Someday Unexpected Love - Bab 126 Perceraian Yang Sulit Di Ucapkan (2)

Dennil Du membungkam mulutnnya dalam waktu yang sangat lama, Hellena He tau sebenarnya ia telah mendengarnya, setelah lewat berapa lama, ia beranjak pergi ke kamar mandi, ia tak juga keluar setelah dua jam berlalu, setelah itu ia keluar dan tetap tak mengatakan apapun, lalu pergi meninggalkan kamar.

Ia tak pergi ke ruang buku, Helena He mendengar ia pergi mengendarai mobilnya.

Satu-satunyabyang tersisah di ruangan tersebut hanyalah suasana yang dingin. Menggunakan caran seperti ini mengumumkan perceraian, ini semua bukanlah niat aslinya, tetapi ia tau, sekali ini Dennil Du pasti akan menyetujuinya.

Air matanya mengalir membasahi handuk bantal, di dunia ini yang paling menyakitkan adalah, jelas-jelas hati ini sangat terluka, tetapi berpura-pura tegar, jelas-jelas sangat peduli tetaoi berpura-pura tak peduli, jelas-jelas tak dapat melupakan sehingga hanya bisa mengatakan selamat tinggal.

Sebenarnya, ia memahami Dennil Du, siang hari berikutnya, ia memanggil Helena He ke kantornya.

Ia menundukkan kepalanya di hadapan Dennil Du dan menunggunya membuka pembicaraan.

Dennil Du berdiri di sudut jendela kemudian menatapnya, sinar matahari menyinari tubuhnya,

Mengenai masalah perceraian, aku telah memikirkannya kembali. Ia berhenti sejenak: aku stuju.

Ia tak terkejut mendengar jawaban Dennil Du, karena ia tau cara yang ia pakai semalam tak dapat di terima oleh Dennil Du, ia tak dapat menerima ketika keduanya sedang dalam keadaan yang bahagia, pada saat keduanya sedang bersatu, kemudia Helena He masih dapat berfikiran untuk bercerai, Dennil Du yang sombong dan argoan tak bakal dapat menerima cara seperti itu, sehingga ia menyetujuinya.

Baiklah, jadi kapan kita mengurus berkasnya.

Kapan pun boleh.

Helena He menahan sakit di hatinya, kemudian mengangkat kepalanya: Kalau begitu besok saja.

Boleh.

Sekali ini Dennil Du benar-benar blak-blakan, tak ada keraguan sama sekali.

Kalau begitu aku keluar dulu.

ia membalikkan badannya lalu berjalan keluar, ketika bayangannya hampir menghilang, Dennil Du tiba-tiba berkata: Malam itu, di antara aku dan Michelle Yang tak terjadi apa-apa, apakah kamu mempercayainya?

Helena He menghentikan langkahnya, ia membekakanginya dan berkata: Kalau aku memberitahu mu, di antara aku dan Tony Lou tak terjadi apapun, kamu mempercayainya?

Keduanya diam dalam waktu bersamaan.

Helena He mentertawakan dirinya sendiri: Dennil, ini adalah alasan mengapa aku bersih keras ingin bercerai, sekarang kita sudah tak menaruh kepercayaan di antara satu sama lain, mengapa masih harus memaksakan untuk bersama? Aku tak akan mengucapkan kata-kata perpisahan untukmu agar kelak kamu bahagia, karena aku sebenarnya berharap...... kamu tak akan bahagia.

Suara keras dari pintu yang telah tertutup, jarak antara keduanya tak terbilang jauh, hanya sebatas dinding saja.

Sesampainya Helena He di dalam kantornya, dengan secepatnya ia mengemas barang-barangnya, besok, kantor ini sudah tak ada hubungannya dengan ia lagi, orang-orang yang berada di sini juga tak ada hubungannya dengan ia lagi.

Kemudian ia merogoh Hpnya, dan menelpon Margaret Chu: Halo, margaret, pulang kerja nanti temani aku melihat apartemen ya.

Margaret Chu dengan tak yakin bertanya: Melihat apartemen?

Aku dan Dennil Du besok akan mengurus berkas-berkas perceraian, kalau sudah bercerai aku harus pindah rumah.

Ha?? Margaret Chu berteriak tajam: Kamu beneran sudah mau cerai!

Helena He memelankan suaranya dan memperingatinya: Kamu sekarang masih kerja, bisa tidak kamu jangan jerit besar-besar di dalam kantor......

Oke, oke, aku tak berjerit, tapi kamu beneran mau cerai? Dennil Du sudah menyetujuinya? Apakah ia ada membahas mengenai harta gonogini? Bukannya ia memiliki sebuah vila di tepi pantai, biarkan ia memberikan vila itu kepadamu......

Margaret Chu dengan berbisik dan penuh penekanan mengatakan perkataan tersebut, Helena He menghela nafas, kemudian mematikan telponnya.

Saat seperti ini, tak menghiburnya juga tak masalah, ia masih mengatakan hal-hal yang tak berguna!

Malam itu ia tak pulang kerumah Dennil Du, akan tetapi pulang ke rumah orang tuanya, tentu saja ia menutup rapat-rapat masalah prceraiannya.

Helena, apakah kamu baik-baik saja di rumah ibu mertua?

Saat makan malam, ayah Helena dengan cemas bertanya kepada anak perempuannya itu, sembari ia menjepitkan paha ayam ke dalam mangkuk nasinya.

Lumayan.

Helena He menyembunyikan wajahnya, ia tak ingin melihat pandangan orang tuanya yang penasaran tersebut.

Helena, sebenarnya ada satu pertanyaan yang tak enak untuk ku tanyakan, tetapi...... ibu Helena menghentikan perkataannya, ia ingin mengatakannya akan tetapi tak berani.

Ada apa-apa lagsung saja di bicarakan.

Baiklah, aku akan mengatakannya, aku juga kan ibumu, menanyakan kepadamu beberapa pertanyaan juga sudah sewajarnya.

Helena He mengangkat kepalanya, dengan ragu menatap ke arah ibunya, tak tau sebenarnya apa yang ingin di tanyakan olehnya.

Kamu dan Dennil Du telah menikah selama setengah tahun lamanya, kenapa..... perutmu...... tak ada pergerakan sedikitpun ya.

Ibu Helena He melirik kearah perutnya, ia bertanya dengan penasaran.

Dulu aku menunda kehamilan.

Ha??? Kedua orangtuanya terkejut dan membesarkan mata mereka: kenapa? Mereka bertanya secara bersamaan yang artinya mereka sama-sama merasa tak mengerti.

Helena He dengan simpel berkata: apakah ada yang aneh, hanya saja tak ingin cepat-cepat punya anak.

Kenyataanya, alasan tersebut juga bukan alasan palsu, karena awalnya Dennil tak memiliki perasaan kepadanya, ia tak mau di saat seperti itu malah memiliki seorang anak, kemudian, Dennil mulai menaruh perasaan kepadanya, Michelle Yang pun kembali lagi, ia semakin tak ingin memikirkan soal anak, karena ia tak dapat memastikan, apakah Dennil akan menceraikannya, ia tak ingin mempunyai anak tanpa seorang ayah.

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu