Someday Unexpected Love - Bab 185 Di Saat Kapanpun Harus Tangguh (1)

Akhirnya dia karena terlalu sedih pingsan, Dennil Du memeluk dia, otaknya sekejap ngebleng kosong, Helena He berjatuh-jatuh lari kesana, dengan suara serak mengingatkan, "Dennil, cepat antar dia kerumah sakit."

Michelle Yang pingsan selama 3 hari, ketika hari ke-4 bangun, sepasang mata memandang atas langit-langit, tidak melihat siapapun yang berada disampingnya, juga tidak berbicara apapun.

Dennil Du memakai tatapan menyuruh Helena He keluar, dia mengigit bibir, kemudian keluar dari kamar.

Setelah pintu ditutup, Dia memegang tangan dia, dengan lembut berkata, "Michelle, aku tak bakal mengampunkan orang yang membuatmu menderita, aku pasti berkali lipat membalas pada mereka, jadi sekarang, kamu jangan berpikir apa-apa, semua masalah aku yang bantu kamu pikirkan, kamu anggap saja tidak terjadi apa-apa, masalah ini juga jangan beritahu kepada siapapun."

Setelah dia selesai berbicara, tatapan Michelle Yang beralih padanya, wajah yang pucat buat orang terasa kasihan, Dennil Du menyulurkan tangan meraba wajah dia, semenjak tahu rahasia ini, kelakuan yang salah dulu ia lakukan sudah sekejap menghilang semua.

Helena He berdiri koridor rumah sakit, dalam hati masih tetap tidak tenang, dia tidak tahu perasaannya terhadap Michelle Yang itu apa, kasihan, bersalah, atau kaget.

Malam saat pindah dari rumah Du, Ayah mertua pernah memarah Michelle Yang adalah wanita yang Kotor, waktu itu dia dengan beragitasi bilang dia sendiri tidak Kotor, waktu itu Helena He merasa respon dia agak aneh, sekarang lihat, sangat mengerti sekali kondisi itu.

Dennil Du keluar dari kamar, Helena He dengan tegang menanya, "Dia sudah baikan belum?"

Dia menggeleng-geleng kepala, "Masih tidak berbicara."

"Kalau tidak aku yang mengobrol bersamanya?", tanya dia coba-coba.

Dennil Du sedikit ragu, Helena He dengan pasti berakta, "Kamu tenang, aku tak bakal berkata hal yang merasang dia!"

"Baiklah, aku pergi ke kantor sebentar."

"Baik."

Helena He bersiap untuk berbalik badan untuk masuk, "Helena.", dia memanggilnya, berbalik badan ia tanya,, "Kenapa?"

"Masalah Michelle jangan beritahu kepada siapapun."

"Aku tahu, kamu tidak percaya sama aku kah?", dia agak sedikit kecewa.

"Jelas bukan, aku cuman takut masalah ini terbocar keluar, Michelle benar-benar bisa hancur."

"Tenang, aku tak bakal beritahu siapapun."

Helena He memberi tatapan mata yang yakin, dan mendorong kamar Michelle Yang, kemudian menutupnya lagi.

Dia perlahan-lahan jalan kesamping kasurnya, menatap dia beberapa saat kemudian baru berkata, "Michelle, masalah kamu aku sudah tahu."

Melihat mata Michelle Yang ada sedikit amarah, dia segera menjelaskan, "Bukan Dennil yang beritahu aku, tapi saat aku pergi cari kamu, malamnya aku ada berada di sekitar kalian, aku sendiri yang dengar."

Michelle Yang terbengong melirik kearah atas langit-langit, tatapan dia balik tenang.

"Aku masuk hanya ingin beritahu kamu, hidup siapapun pasti mengalami sedikit halangan, jika sudah terjadi, kita tak bisa mengubahkan apa-apa hanya bisa terima, mungkin masalah ini terjadi di wanita siapapun adalah hal yang kejam, tapi mati bukanlah jalan yang salah satunya, hati seseorang yang bersih barulah yang nama bersih, asal kamu membetulkan kondisi hati kamu, kamu lebih bersih dibandingkan orang yang hanya ingin melukai orang lain."

Mata Michelle Yang berkedip-kedip, walaupun masih tidak ingin berbicara, tapi setidaknya dia sudah ada respon.

"Kalau aku jadi kamu, mengalami maslah seperti ini, mungkin bakal menderita beberapa saat, tapi tidak menderita hingga selama hidup, aku juga tak bakal memilih untuk pergi mati, aku bakal mencari algojo itu, terus beripada hukum pada mereka, terus aku berbalik pada orang yang kucintai, jika dia benaran cinta padaku, dia tidak bakal tidak suka aku, jika dia benaran tidak suka aku, lelaki ini tidak perlu aku segan hati lagi, percintaan yang sungguh-sungguh, adalah dapat mentolerir segalanya."

"Aku dari kecil sampai besar, mengalami banyak hal yang menyedihkan, tapi tetap bertahan kondisi hati yang menyenangkan, aku selalu percaya, walau di dunia ini tiada satu orang yang mencintai aku, setidaknya aku masih cinta pada diri aku sendiri, dulu ada seseorang berkata pada aku, orang harus cinta diri sendiri terlebih dahulu, baru bisa dicintai oleh orang lain, kalau sendiri merasa Kotor, maka orang lain juga ikutan merasa demikian."

Novel Terkait

Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu