Someday Unexpected Love - Bab 245 Kelahiran Sang Anak (2)

Setelah mendengarkan satu kata itu, Nadya Guan pun tiba-tiba menangis dan tidak bisa menahan diri. Sekian lama ia memimpikan anak-anaknya memanggilnya ‘ibu’. Meskipun Helena He hanyalah menantunya, tetap saja Nadya Guan merasa sangat puas.

“Besok aku akan tinggal disini agar lebih mudah menjagamu.”

“Baiklah.”

Keesokan harinya, Nyonya Guan benar-benar pindah. Ia mengaku bahwa sebenarnya ia sudah tahu Helena He tinggal disini dan setelah berpikir masak-masak, barulah ia memutuskan untuk menyewa vila di sebelah dan akhirnya mendapatkan kesempatan untuk mengenal.

Begitu melihat sehamparan besar bunga lili di pintu depan Helena He, dengan penuh rasa penasaran ia pun bertanya: “Kenapa hanya menanam satu jenis bunga ini?” Helena He yang sedang menyirami bunga itu dengan hati-hati pun menjawab pelan: “Karena Dennil menyukai bunga ini.”

Dalam sekejap, hanya tersisa 10 hari menjelang kelahiran, Helena He semakin tidak nyaman bergerak dan ia semakin merindukan sosok Dennil Du. Helena He hanya bisa khawatir sepanjang hati, hingga tak terasa sudah satu setengah bulan berlalu sejak pria itu terakhir meneleponnya.

Saat malam hari, Helena He tidak bisa tidur. Ia terus teringat akan hari dimana ia berpisah dengan Dennil Du. Saat pria itu mengangkat tangan kanannya, ia merasa hatinya sangat teramat sakit, sampai ia seperti kesulitan bernapas. Helena He pun bangun dan membuka brankas. Brankas ini belum pernah ia buka sejak tiba di Amerika. Di dalamnya, terdapat barang-barang yang dimasukkan oleh Dennil Du sehari sebelumnya. Karena Helena He menolak untuk pergi, Dennil Du pun memutuskan untuk menggantikan dirinya membereskan semua ini atas inisiatifnya sendiri.

Malam ini, kalau bukan karena perasaan rindunya pada Dennil Du, Helena He tetap tidak akan membuka brankas itu. Ia melihat pakaian yang ada di dalam brankas dan berpikir bagaimana tekad Dennil Du untuk mengemas barang-barangnya dan mengirimnya pergi. Helena He merasa takut akan hal ini sebelumnya, tapi sekarang ia tidak takut lagi. Sekarang, saat ia mengingat pakaian yang disiapkan pria itu untuknya, ia merasa tegar.

Helena He mengeluarkan pakaian itu satu persatu dan meletakkannya di atas kasur. Saat ia mengambil pakaian terakhir, sepucuk kertas putih berbentuk hati menangkap pandangan matanya. Dengan terkejut ia mengambil kertas itu dan dengan tidak sabar segera membukanya—

“Helena, saat kamu melihat surat ini, apakah kamu masih marah padaku? Sebenarnya, aktingku dengan Venti semata-mata hanya untuk memicu dan memaksamu pergi. Ada banyak hal yang terjadi di rumah yang membuatku khawatir kalau kamu tetap tinggal di negara ini. Aku tahu kamu tidak rela meninggalkanku dan bagaimana mungkin aku rela memintamu untuk pergi? Tapi, kita harus percaya bahwa perpisahan yang singkat ini adalah demi masa depan yang lebih baik. Tidak peduli dimanapun kamu berada, kamu harus ingat bahwa aku tidak akan pernah mengkhianatimu, mengkhianati pernikahan kita untuk alasan apapun. Jadi kamu harus menjaga dirimu baik-baik untukku dan juga untuk anak kita...”

Setelah membaca isi surat itu, Helena He terjatuh pelan ke atas lantai dan menangis histeris. Sebenarnya, ia sudah tahu. Ia tahu bahwa Dennil Du hanya berusaha untuk memaksanya pergi. Itu sebabnya ia dengan putus asa mendekati Venti Cheng dan keduanya berjalan menembus badai. Ia sudah sejak awal mempercayai Dennil Du, mempercayai perasaan pria itu untuknya. Tapi sekarang Helena He merasa susah hati, apalagi ia tidak bisa menemani Dennil Du disisinya. Sekarang mereka berdua sudah hilang kontak satu sama lain dan harus menunggu untuk waktu yang lama, ntah sampai kapan...

Helena He menangis untuk waktu yang lama, sampai-sampai ia membangunkan ibu mertuanya yang ada di sebelah.

Nyonya Guan bergegas masuk ke dalam kamar Helena He dan langsung berlutut begitu melihat putrinya yang sedang menangis diatas lantai dan terlihat begitu sedih. Ia pun bertanya: “Helena, ada apa?”

“Ibu, aku rindu pada Dennil. Aku benar-benar sangat merindukannya!”

Kerinduan adalah salah satu bentuk khawatir. Dan rasa rindu yang amat sangat ini, terasa begitu menusuk hingga ke sumsum tulang...

“Aku tahu, aku mengerti. Tunggu anakmu lahir, setelah itu kamu bisa pulang menemuinya!”

Helena He menangis dengan hatinya yang terasa remuk. Tidak peduli bagaimana ibu mertuanya menghiburnya, ia tidak bisa mengendalikan kelenjar air matanya. Akhirnya, karena kehabisan cara, Nyonya Guan pun hanya memeluk Helena He dengan erat dan membiarkannya menangis sampai merasa lebih baik.

“Sakit... Perutku sakit...”

Sepertinya karena kesedihan yang teramat sangat, ada sepercik rasa sakit yang terus menerus mendatangi perut Helena He. Berdasarkan pengalaman, Nyonya Guan tahu bahwa menantunya pasti akan melahirkan. Ia langsung memanggil pelayan untuk naik dan bersama-sama membawa Helena He ke rumah sakit.

Rasa sakit dan tersiksa yang Helena He rasakan saat melahirkan begitu luar biasa. Anaknya lahir dengan tiba-tiba, ia bahkan hanya perlu mendorong selama kurang dari 10 menit. Dalam kesadarannya yang perlahan melemah, Helena He bisa mendengar suara tangis yang begitu nyaring, begitu kencang, begitu jauh...

Dalam pandangannya yang mengabur, Helena He melihat sesosok bayi mungil yang diangkat oleh sang dokter. Itu... Itukah buah cintanya dengan Dennil Du? Kalau Dennil Du ada disisinya sekarang, pria itu bisa melihat anak mereka yang baru lahir dengan mata kepalanya sendiri.

Kesadaran Helena He akhirnya hilang karena keletihan. Saat ia tersadar, hal pertama yang terlintas di benaknya adalah melihat anaknya—

“Suster, suster.” panggil Helena He dengan lemah.

“Bagaimana dengan anakku? Aku mau melihat anakku, biarkan aku melihatnya...”

Suster itu tersenyum, menunjukkan bahwa ia mengerti perasaan Helena He saat ini. Ia mengangkat bayi itu dari dalam keranjang bayi dan membawanya ke hadapan Helena He sambil berujar dengan bahasa formal: “Bayimu seorang laki-laki, sangat tampan.”

Air mata Helena He kembali pecah dan tangannya bergetar saat ia berusaha meraih dan menyentuh wajah bayinya. Tapi tangannya hanya gemetar di udara dan tidak sanggup turun. Bayi ini seperti kristal dengan wajahnya yang putih dan hidung serta matanya yang kecil. Bayinya terlihat sempurna seperti malaikat dalam lukisan, membuat Helena He merasa tidak sanggup untuk menyentuhnya.

Novel Terkait

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu