Someday Unexpected Love - Bab 247 Pilihan Darurat (2)

Helena He menarik lengan Tony Lou, dan memberitahu rahasia Nenek Guan selama ini. Dia pikir setelah Tony Lou mendengarnya, Tony Lou tidak akan lagi membenci keluarganya sendiri, tetapi, dia salah.

"Tidak ada gunanya kamu memberitahu aku hal-hal itu, karena bagiku itu semua sudah tidak penting. Hatiku sudah mati. Semua rasa kesulitan bagiku hanyalah suatu alasan untuk pergi. Lebih baik kamu tidak mengatakannya kepadaku. Kamu telah mengatakannya membuat aku merasa mereka munafik."

"Tony Lou!" Helena He dengan marah berkata: "Kenapa kamu berkata seperti itu? Kenapa kamu berdarah dingin seperti ini? Kamu sungguh punya penyakit mental!"

"Aku tidak membutuhkan komentarmu. Sekali lagi aku aktakan, aku tidak akan mengurusi hal yang berhubungan dengan Keluarga Du! Silahkan kamu keluar!"

Helena He akhirnya putus asa, sangat putus asa. Dia menatap pria itu dengan dingin, dan menghapus air matanya. Ia berbalik dan pergi...

Langit semakin gelap. Kota ini saking familiarnya, pernah membuatnya bisa pulang dengan menutup matanya. Tetapi sekarang, dia adalah seorang yang asing disini.

Dia dengan kesepian berdiri di jalan, ia berjalan tanpa tujuan. Lampu jalanan menyinari bayangannya. Terkadang ada angin yang meniup, dan bayangannya juga ikut bergoyang....

Apa lagi yang harus ia lakukan? Siapa lagi yang bisa ia minta tolong? Sean Ou sekarang ditahan oleh ayah Karin Yang. Tony Lou tidak bersedia untuk membantu, kalau begitu, siapa yang bisa menolongnya? Sungguh tidak ada jalan lagi!

Saat ia berjalan dibawah pohon flamboyan, bunganya bermekaran, warna merah yang terang, dulunya pernah terasa cantik baginya. Tetapi sekarang, dia sudah tidak tertarik, karena warna bunga itu, sangat mirip dengan darah manusia....

Dia teringat akan puisi oleh Li Qing: Dia sudah tidak punya siapa-siapa, dan air matanya tak berhenti mengalir.

Tidak ada kalimat lain yang bisa mendeskripsikan situasi dia saat ini selain puisi itu.

Saat tidak ada cara dan jalan lain, dia pergi ke rumah Yoshua Fei, dia tidak sepercaya diri tadi. Sekarang dia hanya ingin mencoba saja. Saat seseorang sudah putus asa, dia akan pasrah pada hasilnya.

Yoshua Fei sangat terkejut akan kehadirannya, ketika mengetahui tujuan Helena He menghampirinya, dia tertawa.

"Kuberitahu padamu, dulu kalian bersahabat begitu baik, tidak mungkin kalian tidak saling menolong."

"Sudah tidak ada gunanya lagi kamu mengatakan itu padaku."

Dia bersender pada pintu sambil menyilangkan tangannya, dan menatap Helena He.

"Jadi maksudmu kamu tidak diberi pertolongan?"

Aku mengangguk, dan ingin pergi.

"Sebentar." Dia memanggil Helena He: "Aku bisa memikirkan jalan keluarnya, tetapi aku akan meminta bayaran, apa yang aku inginkan, kamu tau kan?"

Helena He menutup matanya, dan dia dengan sendirinya tau, akhirnya pasti akan seperti ini...

"Apa yang kamu inginkan?"

"Kamu!" Dia berdiri di belakang Helena He berkata: "Selama kamu berjanji kamu akan bersama denganku, aku akan membantumu menyelamatkan Dennil Du."

Ah, dia tertawa, dan berbalik, dia lalu menjawab: "Daripada seperti itu, aku mending mati bersama dengannya."

Ada yang pernah berkata, jika Tuhan menutup pintu bagimu, dia pasti akan menyisakan jendela untukmu.

Bagi Helena He, kalau orang lain tidak macam-macam dengannya, berarti Tuhan terlalu lembut padanya.

Dia dengan yakin pergi dari rumah Yoshua Fei, dia tidak menyesal sedikitpun. Mungkin ada beberapa orang akan mengorbankan segalanya demi cinta, tetapi tidak bagi Helena He. Dia mempunyai prinsip dirinya sendiri. Untuk hidup bersama orang yang tidak ia cintai, dia tidak bisa melakukannya. Dan itu bukanlah hal yang diinginkan oleh Dennil Du.

Jika hidup memperlakukannya seperti ini, yasudahlah, dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Saat ia sedang bingung tentang masalah Wibowo Zhong ini, seseorang muncul.

Hari itu, Helena He sedang berjalan di tengah kerumunan orang, tiba-tiba terdengar suara yang familiar.

"Helena He."

Dia dengan bingung menoleh, dan terkejut: "Karina Shi?"

"Kebetulan sekali. Mari kita berbincang sebentar."

"Baik."

Kedua orang itu datang ke sebuah restoran terdekat. Setelah duduk, Helena He bertanya: "Kapan kamu keluar dari tahanan?"

"Minggu lalu."

Ekspresi Karina Shi tak bisa ditebak. Dia hanya menatap gelas ditangannya, dan menunggu Helena He untuk bertanya pertanyaan selanjutnya.

Helena He menatapnya, dan berpikir terlihat sosok Sinta Dou didalamnya. Helena He sangat penasaran, apakah Karina Shi tau bahwa....

"Dimanakah ayahmu?"

Tidak usah peduli apakah Karina Shi tau atau tidak, itu bukanlah hal yang penting. Sekarang ia hanya butuh perkembangan dari Dennil Du.

"Hehe, aku tau kamu akan menanyakan pertanyaan ini."

Karina Shi berkata: "Kamu ingin tau keberadaan ayahku, atau keberadaan Dennil Du?"

Helena He mengerutkan keningnya: "Berikan padaku alamatnya."

"Bagaimana? Kamu ingin menolongnya?" Dia tertawa: "Apakah kamu bisa?"

Sepertinya, Karina Shi sudah tau apa yang terjadi, kalau tidak, dia tidak akan mengatakan hal seperti itu.

"Ini adalah urusanku, kamu cukup memberitahuku alamatnya saja."

"Kalau aku tidak mengatakannya?"

"Kalau kamu tidak mau mengatakannya, kamu tidak akan muncul di depanku lagi."

Novel Terkait

Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu