Someday Unexpected Love - Bab 61 Suka Berarti Cintakah? (1)

Dennil Du merangkul pinggangnya dan memeluknya ke kamar, meletakannya diatas kasur yang luas, memanjat kearah telinganya berbisik: “Jangan menyiksa aku lagi, bolehkah?

Helena He menolehkan kepalanya, wajah berekspresi penuh kepasrahan: “Aku orangnya sudah disini, kamu ingin ngapain yah ngapain saja.”

Dennil Du tak berdaya tersenyum-senyum, memutarkan kepalanya, memaksa dia bertatapan dengannya: “Lihat ekspresimu sekarang, seperti aku ingin memperkosa kamu saja.”

Dia tidak berbicara, dia lanjut berbicara: “Aku akan berlembut-lembut kok…”

Saat ini ciuman Dennil Du sangat lembut, seluruh tubuhnya karena terlalu tegang, sudah tegang seperti batu yang keras.

“Jangan tegang, santai saja, berpikirlah aku adalah lelakimu, perasaan aku padamu, berpikir ini saja, yang lainnya tidak perlu dipikir.”

Dennil dengan lembut menenangkannya, sepasang mata kelihatan sangat lembut sekali.

Helena He sekilas melirik padanya dan mengejeknya: “Ada kebutuhan fisiologi bilang saja butuh, jangan semua masalah dialihkan pada hubungan perasaan, bolehkah?”

Kamu….

Dennil Du sebel sekali, ingin melemparkan wanita ini dari jendela, biasa pandai bicara ya sudahlah, tapi malah saat ini juga ingin membuatnya marah baru puas.

“Helena, kamu ini benaran kekurangan ajar, malam ini aku aku harus benar-benar mengajarimu, kalau gak kamu tidak tahu wanita harus seperti domba lembut.”

Wu….belum tunggu dia bicara lagi, dia sudah menundukkan badannya erat-erat dan menutup mulutnya.

Tengah malam, Helena He bangun, serasa seluruh badannya kerangka serasa tersebar, lemas, tidak ada tenaga, pegal, keram.

Dia menggunakan kedua tangannya menahankan badannya untuk bangun, diam-diam masuk kedalam kamar mandi, mandi air panas, saat dia keluar, Dennil Du tetaplah bertidur tenang.

Mengulurkan tangan bertepuk-tepuk pipinya, dia berbisik: “Wei, Dennil Du, bangun.”

Orang yang disampingnya tidak ada respon sama sekali, bisa membuatnya sampai pingsan, bisa kepikiran, orang ini menghabiskan berapa banyak tenaga.

“Memakan habis bersih, tidak ingin mengakui kah?” Helena He melambaikan tinjuan tangan pada wajah lelaki yang sedang tidur nyenyak itu.

Dia masih tidak bangun, dia langsung menarik selimut nya, menutup AC, membuka jendela, sekejap angin musim semi bertiupan membuat orang jadi merinding dan bulu semua naik.

Dennil Du perlahan-lahan tidak tahan lagi, dia tidak sadar mengelurkan tangan memeluk Helena He, berbisik: “Jangan gerak, dingin.”

Dia memeluknya begitu saja, beberapa saat kemudian, Helena He samar-samar bertanya: “Kamu sekarang lagi memeluk siapa?”

Saat dia bertanya pertanyaan ini, dia sudah memutuskan jika Dennil Du berani menyebutkan nama Michelle Yang, walau menarung nyawa dia juga akan mencekik matinya.

Meninggalkan seorang yang hatinya tiada keberadaan dia, hati dia malahan tidak menerima lelaki lain didunia ini selain dia, sama aja perlahan-lahan bunuh diri.

“Memeluk kamu…”

Jawaban Dennil Du tidak jelas.

Helena He terbengong, tidak putus asa pada telinganya berbisik lagi, menanya: “Jadi aku siapa?”

Dia berbalik badan, berkata: “Babi.”

Babi?

Helena He langsung terbingung, dia sangat terkejut melihat punggung Dennil Du yang saat ini bahunya sedang menahan untuk tidak bergerak, baru sadar kalau dirinya dimaini olehnya…

“Dennil, emang dasar pisau pembunuh, kamu sama sekali tidak tidur kan?” dia sangat sebal mengoyangkan badannya.

Dennil Du berbalik badan, menguap terus menjelaskan: “Aku barusan bangun.”

“Barusan bangun itu kapan?”

Sepasang mata yang gelap itu pelan-pelan memutar, dia dengan lembut menjawab: “Saat kamu menanya aku sedang memeluk siapa.”

Helena He mengangkat alis, menunjuk dan bertanya padanya: “Ngomong yang jujur, tadi kalau tidak bangun, dalam bawaan sadar kamu bakalan menjawab apa?”

“Aku…” Dennil sengaja membuat orang penasaran: “Aku bisa…”

“Cepat ngomong.”

“Ai, ini benaran susah dijawab.”

Dia menghela napas: “Aku mana tahu dalam bawaan sadar bisa menjawab apa, kalau aku tahu, aku bakalan tidak berkata apapun.”

Helena He sangat kecewa mendengar jawabannya, lihat keadaan gini, menurut pengalaman sebelumnya, dia bakalan memanggil nama Michelle Yang.

Melihat dia berbalik badan, Dennil Du dengan tertawa mendekatinya: “Kenapa, marah kah? kecewa kah?”

Dia tidak bersuara.

Dia bertanya lagi: “Benaran marah?”

Dia masih tidak bersuara.

Akhirnya, Dennil Du dari belakang merangkulnya, dengan lembut menjelasi: “Bukan aku tidak menjawab kamu, tapi karena aku merasa tidak perlunya untuk menjawab pertanyaan ini, kamu pikir, kalau aku menjawab yang kupeluk adalah kamu, kamu pasti bakalan ragu dengan jawaban aku, kalau aku bilang Michelle, kamu bakalan langsung marah, saat ini aku sekarang hidup atau mati pun bisa-bisa jadi masalah.”

Jari Helena He sedikit bergerak, merasa perkataan dia bukannya tidak masuk akal, akhirnya mengalih pembicaraan: “Jadi kamu awalnya ingin berbicara denganku tentang apa?”

“Kamu berkeras kepala ingin membangunkan aku hanya demi ini kah?”

“Kamu yang berkeras kepala ingin bicara dengannku, awalnya aku tidak ingin tahu!”

Dennil Du langsung berbaring tidur kembali: “Ya sudah, kalau awalnya kamu tidak ingin tahu, kebetulan sekarang aku tidak ingin bicara lagi.”

Helena He segera menarik lengannya, tidak senang berteriak: “Mana boleh begitu! Aku mengorbankan begitu banyak, kamu mana boleh masuk lubang langsung ingin melewatin begitu saja?”

“Mengorbankan begitu banyak?” Dennil Du penuh keasyikan berkata kalimat itu, terus meledekinnya: “Kamu mengorbankan apa?”

“Aku sudah menemanimu tidur, emang pengorbanan ini tidak cukup besar?”

Kata-kata yang begitu terbuka dari mulut dia keluar, benar-benar sangat sulit, Helena dengan sebal berpikir, lagian sudah melakukannya, sekarang ingin cari muka pun sudah telat.

“Kamu menemaniku tidur, aku pun juga menemanimu tidur….”

“Dennil Du!” Saat ini sangat emosi, langsung mengambil bantal melempar kearahnya: “Aku lempar mati kamu, lelaki brengsek yang tak tahu malu!”

Dennil Du mengulurkan tangan merangkul pinggang tipisnya, dengan keras terus penuh keasyikan merangsang dia: “Helena, saat kamu bermabuk lebih terpesona daripada saat kamu marah, apalagi saat suara kamu lembut seperti domba, aku hanya berpikir saja pun, bisa merasakan tulang menggaring….”

Novel Terkait

Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu