Someday Unexpected Love - Bab 157 Tidak Tinggal Serumah (1)

Tidak lama setelah Dennil Du pergi, ada sosok muncul dari pintu rumah, sosok yang duduk di kursi roda, didorong keluar oleh pelayan.

Helena tahu siapa sosok itu. Dia keluar dari mobil dengan cepat, mendekati bayangan yang berada dalam kegelapan, dan berseru pelan: "Pa."

"Tinggalkan kami sebentar." Tuan Du memberi perintah kepada pelayan di belakangnya, pelayan itu mengangguk dan berbalik pergi.

"Pa, apa yang kau lakukan di luar sini?"

Walaupun Helena adalah seorang istri yang diceraikan, dia tidak menyalahkan siapa pun, karena dia tahu bahwa ayah mertuanya tidak ingin hal-hal terjadi seperti ini.

"Helena, kamu harus percaya pada Dennil, dia akan mempunyai cara untuk menyelesaikan permasalahan Michelle, dan pintu keluarga Du selalu terbuka lebar untukmu!"

Helena dengan sedih : "Masalah ini bisa dibicarakan nanti, hal-hal didunia ini susah diprediksi, jangan banyak memikirkan masa depan, terlalu memikirkannya, hanya akan menambah masalah...."

Albert Du menunduk dengan rasa bersalah dan khawatir: "maka kamu.... berhati-hatilah."

"Pa, kau juga harus berhati-hati, harus menjaga dirimu sendiri. Apa yang aku janjikan padamu, akan selalu aku ingat."

"Baik....."

Dennil Du sudah keluar, tidak tahu apa yang ada di tangannya. Dia memanggil pelayan untuk mendorong ayahnya kedalam dan kemudian naik ke mobil bersama Helena.

Ketika mesin menyala, dia bertanya dengan suara pelan: "Apa yang kau janjikan pada papa?"

Jari tangan Helena bergetar dan menjawab: "Tidak ada."

Keduanya tidak lagi berbicara. Dennil Du mengendarai mobil ke tempat yang asing, menunjuk ke sebuah villa dan berkata, "Kamu akan tinggal disini seterusnya."

"Aku tidak bilang mau datang ke sini." Helena berkata dengan datar.

"Lalu kemana lagi kamu bisa pergi?" Dennil Du bertanya : "Ini adalah rumah yang dulu aku beli atas namamu. Tadinya aku berencana akan pindah untuk tinggal bersamamu, tapi papa sedang dalam kesehatan yang kurang baik, jadi kita tidak jadi pindah, dan rumah ini dibiarkan kosong."

"Jadi apa maksudmu? Ingin hidup dengan selir muda dirumah mewahmu?"

Helena sedikit tidak bisa menerima, jika bukan istri sah Dennil Du, dia tidak akan memiliki keterlibatan perasaan apapun dengannya.

"Tidak, hanya berharap aku tidak ada di sampingmu, kamu tetap bisa menjalani kehidupan yang baik."

"Aku akan menjalani kehidupan yang baik, tetapi kamu tidak perlu meminjamkanku rumahmu."

Dennil Du mengerutkan kening : "Bukan aku memberikannya untukmu, aku sudah mengatakan itu dibeli atas namamu. Rumah itu milikmu."

"Apakah kamu diam-diam memberiku kompensasi atas perceraian ini?"

"Helena!" Dia sedikit marah: "Tidak bisakah tidak menyindirku seperti ini?" Dia meraih tangannya dan meletakkannya di dadanya: "Kamu bisa merasakannya tidak? disini, sangat menyakitkan."

Dia menarik tangannya dan berkata dengan keras kepala: "Baik aku akan tinggal disini, asal kamu berjanji padaku bahwa mulai dari sekarang sampai seterusnya, kamu tidak boleh selangkah pun masuk kedalam, aku tidak ingin menjadi bahan perbincangan orang, masih berhubungan dengan mantan suami setelah perceraian!"

Dennil Du tidak terpikir dia akan membuat permintaan seperti itu. Meskipun itu sedikit sulit, akhirnya ia setuju.

"Baik."

Helena membuka pintu dan turun, Dennil Du menyerahkan kunci itu dan ingin mengantarnya masuk, tetapi ditolaknya : "Aku bisa melakukannya sendiri."

Dia melihatnya berjalan dan perlahan menghilang di depan matanya. Sejak pernikahan hingga sekarang, mereka hampir tidak pernah terpisahkan. Pada saat ini, perasaan tidak dapat ditarik kembali, seperti digigit oleh puluhan juta semut, rasa sakit yang tak tertahankan.

Helena berjalan masuk ke lingkungan yang asing dan melihat-lihat dekorasi didalam rumah itu, memang ia tidak berbohong, semuanya di sini adalah gaya kesukaannya.

Hanya saja terlalu sepi.

Jika berkata ia tidak menyukai rumah ini, mungkin lebih tepatnya ia tidak suka dengan perasaan sendirian, tetapi tidak suka mau bagaimana? Mulai malam ini, dia harus mulai beradaptasi dan terbiasa tanpa Dennil Du disampingnya.

Dia meletakkan kopernya dan berjalan ke lantai 2. Malam ini, cahaya bulan sangat bagus dan terang, bahkan tanpa menyalakan lampu, dia bisa melihat segala sesuatu di depan matanya, dia pergi ke jendela kamar dan membuka sudut tirai, sesuai dugaannya, mobil itu masih terparkir di sana, dan pria itu masih berdiri di sana, hanya ia yang bisa melihatnya, sedangkan pria itu tidak bisa melihatnya.

Ketika dia melihat kelantai dua, lampu tidak menyala. Dia mengira sepertinya Helena belum pergi ke atas. Dia berpikir bahwa pada saat ini mungkin ia sedang sendirian di ruang tamu yang tampak asing dan sepi, jadi dia tidak bisa menahannya, saat ia ingin bergegas masuk untuk melihatnya, ponselnya berdering, dia menghela nafas, berbalik dan duduk di mobil.

Mobil berhenti didepan pintu rumah, dan dia berjalan tanpa ekspresi. Di rumah ini sudah tidak akan ada Helena, dia tidak akan tersenyum kepada siapa pun lagi.

Baru saja yang menelpon adalah Michelle Yang, jika bukan karna takut dengan kegabahannya dan melepaskan kemarahan pada anaknya, dia tidak akan peduli untuk cepat kembali.

Membuka pintu kamar, dia dengan marah menemukan Michelle yang telah berada didalam kamarnya dan sedang memasukkan pakaiannya ke dalam lemari.

"Kamu tidak boleh tinggal di kamar ini." katanya dengan dingin.

"Mengapa?"

Novel Terkait

I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu