Someday Unexpected Love - Bab 38 Rindu Kamu Dan Kesepian (1)

Bu, kamu terlalu banyak bicara akhir-akhir ini ... Dennil Du membisikkan kata kepada ibunya dan menarik Helena He keluar dari rumah.

Restoran bergaya barat yang elegan, suara piano terdengar di setiap sudut restoran, sepasang kekasih saling memandang dengan cinta, makan steak, begitu hangat dan penuh dengan perasaan bahagia.

Dennil Du dengan serius memotong steak di piring menjadi potongan kecil, dan kemudian meberikannya ke Helena He: makanlah.

Banyak sekali, bagaimana bisa aku habis memakannya. Helena He menunjuk ke steak, pasta, pizza, bacon, salad, dan jus di depannya ...

Makan yang banyak punya kekuatan untuk melawan segala tekanan. Dennil Du menggoda.

Lalu yang mana yang harus aku makan terlebih dahulu?

Suka yang mana, ya makan yang itu duluan saja.

Ok, aku makan yang itu dulu. Helena He mengambil garpu dan mengaduk lingkaran pasta.

Baru saja membuka mulutnya, secara tidak sengaja ia melihat sepasang kekasih depannya yang juga dilihat oleh beberapa orang disekitar, pelukan dan ciuman yang tak terkendalikan.

Dia menelan air liur dan meletakkan makanan yang hampir dimasukkan ke mulutnya.

Apa apa? Dennil Du bertanya dengan ragu.

Lain kali jangan bawa aku ke tempat yang penuh gairah seperti ini ... Dia menunjuk ke belakangnya.

Dennil Du pun tidak mengerti dan melihat belakangnya, lalu mendengus.

Ini adalah restoran bergaya Barat, orang Barat memang sangat terbuka, berciuman bukan sesuatu yang aneh, dia menggunakan matanya untuk memberi sinyal kepada orang lain: Kamu lihat orang lain tidak ada yang merasa aneh.

... Helena he menghapus keringatnya : Baiklah, aku kalah.

Dia menundukkan kepalanya dan mulai makan dengan tenang, suara piano yang melintasi di telinganya membuatnya terlena.

Bagus

Apa? Dennil Du melihatnya sekilas.

Piano!

Dia menyadari: Ya, bagus.

Aku bisa bermain lebih baik darinya. Tatapan Helena He pun bergeser ke pria paruh baya yang sedang bermain piano di sisi kiri restoran.

Benarkah? Dennil Du terkejut dan sepertinya tidak percaya.

Dia tersenyum percaya diri: Tentu saja, aku adalah seorang master piano.

Jangan banyak omong, naik ke atas panggung dan mainkan sebuah lagu, aku ingin mendenngarnya. Dennil Du tertarik.

Ini bukan bar, bagaimana bisa mengganggu urutan orang lain ...

Apa hubungannya? Dia berdiri: Tunggu aku sebentar.

Dennil Du berjalan ke tempat piano dan tidak tahu apa yang ia bicarakan. Lalu pria paruh baya itu mengangguk.

Ok, kamu pergi sana, aku akan menunggu dan melihat. Kembali ke kursi, dan dia menepuk pundak Helena He.

Restoran tiba-tiba sunyi, dan pria yang memainkan piano sudah berdiri.

Helena He melirik Dennil Du dan bangkit dan berjalan.

Permainan musik belum berhenti, membangkitkan rasa penasaran banyak pasangan, mereka mengalihkan perhatian mereka ke Helena He, sama seperti Dennil Du, yang sedang menantikan pertunjukan berikutnya.

Helena He mengepalkan sepuluh jari, melepaskannya, dan kemudian mengepal lagi, berulang-ulang kali, mengambil napas dalam-dalam, dia sudah 4 tahun tidak menyentuh piano, dan ia pun mulai memainkan piano dengan membawakan lagu yang ia sukai, TEARS.

Di bawah jari-jari yang cekatan,ia memainkan dengan sangat menarik, jiwa-jiwa orang yang berada di lokasi ikut terlena dengan permainan pianonya, termasuk Dennil Du.

Matanya yang terpesona menatap Helena He yang sedang konsentrasi memainkan alunan nada piano, ia tercengang olehnya, sebenarnya wanita seperti apa dia.

Helena memainkan alisnya, membuat matanya terlihat cerah dan memainkan sudut-sudut matanya yangs sedikit berkedip.Pada saat ini, orang lain hanya menikmati musik indah yang dia mainkan, tetapi dia tidak merasakan perasaan apa di hatinya , baru bisa untuk menciptakanmelodi yang membuat orang tersentuh.

Secara tidak sengaja ia bersentuhan piano, di perguruan tinggi, dia mencari sumber pendapatan selama empat tahun dengan bermain untuk sebuah restoran, dia tidak menyentuhnya lagi setelah lulus bekerja di perusahaan.

Bukannya tidak suka, di hari-hari yang menyedihkan itu, bermain piano adalah satu-satunya kebahagiaannya, namun seiring bertambahnya usia, apalagi ia sangat, karena itu ia menerima perilaku tak menyenangkan dari para tamu.

Ketika rasa sakit lebih besar daripada kebahagiaan, dia harus memilih untuk menyerah.

Ketika lagu akan segera berakhir, dia mengumpulkan kenangan pahit dan melukis akhir yang indah.

Ketika gemuruh tepuk tangan merebak secara spontan, Helena He tertegun dengan lembut, memberikan sedikit senyum, dan mendekati Dennil Du.

Sangat bagus. Dennil Du mengangkat senyumnya: Aku tak menyangka.

Helena He menyerup jus buah dan tidak memamerkan keunggulannya, tetapi berbisik: Ayo kita pergi?

Ok. Dennil Du mengangguk, dan kedua orang itu berjalan berdampingan di bawah mata iri semua orang, melangkah keluar dari restoran Barat.

Kapan kamu belajar memainkan piano? Setelah meninggalkan restoran, dia bertanya dengan penasaran.

Helena berpikir: Ketika saya berusia dua belas tahun, guru musik di sekolah menengah ku dulu berpikir bahwa aku memiliki bakat ini dan mengajariku memainkan piano.

Lalu mengapa kamu tidak mengembangkan bakatmu ini?

Karena banyak syarat yang tak terpenuhi. Dia tertawa sedih: mimpi seorang pianis tidak mudah dicapai.

Dennil Du mengambil bahunya: Apa yang bisa aku bantu? Aku akan mengirimmu ke sekolah-sekolah terbaik di luar negeri, sehingga kamu akan menjadi master terkenal.

Pyuhh ...

Novel Terkait

Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu