Someday Unexpected Love - Bab155 Menjadikan Anak Sebagai Ancaman (2)

Air mata Helena berupa satu garis lurus, menyusuri hidung jatuh kebawah, dia meskipun menyetujui Michelle Yang, akan mengembalikan Dennil Du kepada dia, tetapi itu hanya tindakan untuk sementara, dia sama sekali tidak berpikir mau mengembalikan siapa kepada siapa, tetapi kelihatan jelas, Dennil Du sudah mau melakukan dengan sungguh-sungguh.

Michelle, apakah sudah bisa tenang?

Dennil Du dengan suara serak bertanya, pandangan mata sangat dingin.

Aku selalu sangat tenang, kalian yang memaksa aku tidak bisa tenang lagi, Dennil Du, kamu ingat, jika kamu berani sembarangan berubah pikiran, aku cepat atau lambat akan mati didepan kamu, dan juga, membawa anak aku……

Lantai paling atas mulai ada wartawan dengan berturut-turut kemari, kameranya tertuju pada tujuan, cekrek, cekrek, cahaya kamera berkedip tanpa berhenti, mereka sepertinya tidak mengutamakan masalah menolong orang, paling mengutamakan adalah diwaktu pertama mendapat berita yang berharga.

Helena menundukkan kepala, tidak ingin difoto oleh mereka, keadaan diri sendiri yang begini parah, dia tidak ingin membiarkan siapapun melihatnya.

Dennil Du dengan dingin berjalan kearah wartawan itu, dengan tegas dan keras berkata: semuanya turun dari sini, siapa yang berani sembarangan foto sembarangan posting berita, besok aku akan membiarkan kalian semua kehilangan pekerjaan!

Perkataan dia ini begitu ada kekuatan dan menakutkan, wartawan itu sangat mengetahui kekuatan perusahaan Du, meskipun dalam hati ada sedikit tidak rela, tetapi demi pekerjaan, hanya bisa pergi dengan diam-diam.

Setelah tunggu semua wartawan itu pergi, dia sekali lagi mengarahkan pandangan kearah Michelle Yang, berkata: serahkan anaknya dulu kepada aku, jika begini terus, tidak jatuh mati juga akan ketakutan sampai mati.

Tidak bisa, aku harus tunggu kamu selesai menandatangani surat perceraian, aku sudah takut dibohongi kalian, aku juga tidak akan percaya siapa pun lagi.

Michelle Yang bersikeras memeluk anaknya dengan erat, Dudu yang sangat kasihan, pandangannya masih tetap begitu polos, dengan sangat kasihan melihat dunia ini, dunia yang begitu kejam, dunia yang tidak ada kasih sayang.

Dia hanya, hanya saja, seorang anak yang umur dua tahun.

Mengapa harus jadi obyek yang dimanfaatkan oleh orang-orang dewasa? Mengapa harus menjadi barang yang dikorbankan dalam benci dan cinta? Tidak ada ayah tidak menyedihkan, yang menyedihkan adalah, ada seorang ibu yang ingin bunuh dia.

Asisten Niko sudah datang, dalam tangan memegang tiga surat cerai, dia memberikan surat cerai ke tangan Dennil Du, dengan merasa bersalah memandang Helena sekilas, dengan sedih berkata: nyonya, maaf.

Ini tidak ada hubungan dengan kamu. Helena tersedu-sedan mengarahkan pandangan kearah Michelle Yang, dengan keras hati menggigit bibir bawah, tidak membiarkan diri sendiri menangis hingga keluar suara.

Terhadap percintaan yang dari awal harus selalu bertindak hati-hati ini, dia selalu berjuang, pada akhirnya tetap kalah kepada dia.

Michelle, kamu gendong anak kemari, aku langsung tanda tangan sekarang.

Dennil Du mengangkat-angkat surat perceraian yang ditangan.

Tidak, kamu tanda tangan dulu, sesudah tanda tangan aku baru kesana!

Michelle Yang sedikit pun tidak mau mengalah, bersikeras menunggu hasil yang dia inginkan.

Helena tidak berhenti menatapi tiga surat perceraian itu, kemudian melihat lagi ke Dudu yang sangat kasihan, cinta dan logika, dia berjuang didalam hati, jika mengorbankan kebahagiaan dia sendiri bisa menukar nyawa seorang anak kecil, dia juga tidak bisa berkata apa-apa, tetapi hati dia, mengapa bisa begitu tidak rela, mengapa bisa begitu sakit……

Dennil Du setengah berjongkok badan bawahnya, menaruh surat perceraian diatas lantai, menerima pen dari asisten Niko, ujung pen sedikit gemetar, Helena juga setengah berjongkok badan bawahnya, dia pelan-pelan mengulurkan tangan, menekan bagian yang mau ditanda tangan oleh Dennil Du, saling berpandangan, air mata berkilau, ada punya dia, juga ada punya dia.

Dennil, jangan……

Air mata berkilau keluar dari mata, dia mengulurkan satu tangan menutupi dada sendiri, bagian itu, ada bagian apa yang sudah mau hancur.

Air mata, adalah semacam hati terluka, jika hati sudah terluka, darah pun sudah tidak bisa diberhentikan lagi.

Dennil Du mengulurkan tangan, dengan pelan-pelan melap air mata diwajah dia: Helena, aku pernah bilang mencintai kamu, akan selalu mencintai kamu, hanya saja mencintai kamu, malah tidak bisa bersama-sama dengan kamu, maaf, mohon maafkan, perasaan hati seorang ayah.

Dia tersedu-sedan menundukkan kepala, sangat menderita menutup mata, setetes air mata yang ditahan menetes turun, itu adalah, tidak rela terhadap percintaan.

Jangan didepan aku menunjukkan rasa tidak rela! Segera tanda tangan, aku sudah tidak ada tenaga membuang waktu dengan kalian lagi!!

Michelle Yang berteriak histeris, suara tangisan Dudu yang diam sangat lama kemudian menyebar kemari lagi, hanya saja sangat lemas, sangat serak, sangat kasihan, sangat ketakutan……

Dennil Du dengan putus asa menatapi anak, tangan yang menggenggam pen lebih kencang lagi, dia tahu, selesai tanda tangan, mulai dari sekarang, hati dia akan mati, cinta dia, juga akan ikut mati.

Tetapi, semuanya sudah tidak penting lagi, asalkan anak itu, hidup.

Helena, lepaskan tangan kamu. Telapak tangan dia menutupi punggung tangan dia, saat memegang dia, tenaganya begitu kuat, sangat ingin menggenggam didalam tangan, seumur hidup juga tidak mau melepaskan.

Dennil, tetapi hati aku sangat sakit, kesakitan seperti sudah tidak hidup lagi, bagaimana……

Aku tahu, hati aku, juga sangat sakit, tetapi Helena, manusia seumur hidup ini tidak boleh hanya hidup demi diri sendiri, kita juga harus mempertimbangkan orang disekitar kita, anak itu, jika sudah mati, masa depan kita, juga tidak akan bahagia, kita bercerai, setidaknya masih hidup, tetapi kita tidak bercerai, dia harus mati, cinta, tidak boleh ada sedikit bayangan, karena, tidak akan bisa bahagia.

Karena, tidak akan bisa bahagia……

Perkataan ini begitu kejam, tetapi juga begitu nyata, karena mengetahui terlalu nyata, dia terpaksa perlahan-lahan menarik tangannya, hanya bisa melihat Dennil Du menggerakkan pen ditangannya, dengan sangat cepat tanda tangan nama sendiri.

Novel Terkait

The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu