Someday Unexpected Love - Bab 59 Peristwa Gelang Giok (1)

Lihat dia minum bir menghilangkan kegalauan malah semakin galau, Yoshua Fei merebut cangkirnya, dengan serius bertanya denganya: “Kak Dennil, jawab satu pertanyaan aku.”

“Pertanyaan apa…”, dia dengan mabuk mengangguk kepala.

“Beritahu aku, Di dunia ini Cinta itu adalah apa, kalimat selanjutnya apa?”

Dennil Du sekilas terbengong, berpikir-pikir: “Mengajar orang Hidup Mati berjanji bersama.”

“Salah!”, Yoshua Fei menahan bahunya: “Bro, jawabanmu itu sudah 500 tahun yang lalu, jawaban yang baru sekarang, seharusnya: dengan cara apapun merebut menjadi milik sendiri.!”

Sean Ou tertawa bahak-bahak, Yoshua Fei benaran lelaki playboy yang terkenal di kota Surabaya, kata-kata yang masuk dimulutnya, selalu menjadi sensasional bikin orang tak berdaya hidup…

Dennil Du akhirnya juga mabuk, mabuk tidak bersadar diri, Sean Ou dan Yoshua Fei tidak ada akal melihat dia, satu geleng kepala, satu menghela napas.

“Bagaimana? Kita mengantar dia pulang saja.”, Yoshua Fei menguap.

Sean Ou mengangkat alis: “Antar apanya, telepon gadis desa itu datang jemput!”

“Siapa telepon?”

“Jelas kamu yang telepon!”

“Kenapa aku yang telepon?”

“Kamu bukannya setiap hari memuji dia cantiknya punya sikap? Kamu tidak telepon, emang aku yang mana-mana lihat dia tidak puas telepon dia?”

…..

Yoshua Fei mengambil ponsel Dennil Du, dengan tidak sukarelanya membongkar nomor Helena He, dan menelponnya.

Beberapa saat suara TUT TUT, dia mengangkatnya: “Halo?”

“Kak ipar, aku, Yoshua Fei.”

Helena He terbengong: “Ada masalah apa?”

“Kak Dennil mabuk, kamu datang kesini bawa dia pulang dong, tempat lama.”

Telepon ditutup setengah jam kemudian, Helena He muncul di Klub Phantom, dia mendorong kamar ruang satu, dibuat aroma bir jadi sedikit pusing.

“Kenapa dia minum sampai demikian?”

Sean Ou dengan penuh arti memandang dia: “Tanya kamu sendiri.”

“Tanya aku? Tanya aku apa?”, Helena He jadi bingung.

Barusan dia ingin bertanya dia apakah tidak menjaga maruah wanita, tapi dihentikan oleh Yoshua Fei.

“Helena, aku harap kamu lain kali sebelum melakukan sesuatu, harus mempertimbangkan dulu apakah bisa mempengaruhi suami, boleh kah?”

ini kedua kalinya Sean Ou memanggil namanya ditambah marga, dia juga tidak beri sikap baik padanya, bersindir berkata: “Aku mempengaruhinya kah? kamu terlalu menjujung tinggi aku, aku termasuk apa dalam hatinya? Sean Ou, dibanding orang lain kamu lebih jelas mengerti Dennil Du mengapa menikah denganku!”

pertanyaan yang begitu sinis membuat Sean Ou tidak bisa berbantah apa-apa.

Sekejap suasana dalam ruangan menjadi sedikit cangguh, Helena He tidak berkata apapun lagi, menarik Dennil Du keluar tanpa menoleh kepala lagi.

Malam, Dennil Du berkali-kali menendang selimut, ketika Helena He sudah keempat kalinya membantunya menutup selimut, menatap wajah dia saat tidur, menatap dengan waktu yang lama.

Dia perlahan-lahan menjongkok, duduk di bawah lantai, berpikir perkataan Sean Ou, mulutnya mengait dengan penuh sindiran: “Mungkin setiap orang kira kamu sangat memperdulikan aku, bahkan sampai kamu minum bir, mereka juga bilang karena aku, begitu tidak enak, dibandingkan ibumu cari kelemahan aku lebih membuatku semakin tidak terima.”

Pelan-pelan menghela napas, dia lanjut berkata: “Hubungkan kita berdua tiada cinta, cinta hanyalah satu ditambah satunya lagi, tapi satu tambah satu bukannya dua, seperti kamu tambah aku, juga tidak sama dengan kita berdua.”

Subuh, Dennil Du sadar diri dari kemabukan, Helena He seperti biasanya tenang, tidak mengungkit masalah kemarin malam, tidak mengungkit kata-kata Sean Ou juga.

Dia berbangun dan masuk ke kamar mandi sikat gigi cuci muka, setelah memberesi penampilan, menerima jas dari tangan Helena He.

“Tony Lou suka padamu kah?”

Sebelum dia pergi, dia bertanya.

Helena He dengan tenang melihat dia, berkata: “Kenapa kamu bisa kira dia suka padaku? Menurut kamu orang yang biasa seperti aku, wanita umur 28 baru nikah, di bakalan bisa suka kah?”

“Kenapa tidak? Mungkin kamu belum sadar kelebihan dirimu sendiri, tapi tidak berarti laki-laki tidak kelihatan, Ada pesona tertentu dalam dirimu yang membuat lelaki manapun tak bisa menolak.

Helena He tersenyum, bercanda bertanya: “Termasuk kamu kah?”

Dennil Du tidak menjawab, dia berbalik memakai jas kemeja, tidak menoleh kepala langsung bergegasan pergi.

Helena He berdiri di depan Jendela, memandang punggung dia, melihat hingga mobilnya menghilang menjadi satu titik hitam, baru pelan-pelan menyimpan rasa kecewanya.

Hari natal mendekat, Dennil Du pertama kalinya beromantis dengan Helena He.

Satu hari sebelum hari natal, dia memberinya kotak yang indah di hadapannya.

“Apa?”, Helena He dengan bingung bertanya, tidak langsung menerimanya.

“Lihatlah dulu baru tahu.”

Dia tunjuk dirinya sendiri: “Untuk aku punya?”

“Yah.”, Dennil Du mengangguk kepala.

Helena He merasa aneh menerimanya, membuka kotak dan melihat, ternyata adalah gelang giok yang unik indah dan penuh kecerahan.

“Benaran memberinya padaku kah?”

Dia merasa mustahil mengangkat kepala, tidak mengerti maksud dia.”

Dennil Du tersenyum: “Yah.” Dia mengambil gelang giok: “Aku bantu kamu pakai saja, daripada kamu tidak percaya.”

Dia menggandeng tangan kanannya, terus memasang gelang giok, hati Helena he seketika menjadi hangat, saat ini baru merasakan sedikit terhibur.

“Terima kasih ya.”

“Begitu sopan ngapain.”

Dennil Du menghabiskan banyak tenang baru selesai memasangnya, Helena He mengangkat tangannya bergoyang-goyang, berkata: “Sepertinya ukurannya agak sedikit kecil.”

Tapi masih bisa dipakai, jadi dia tidak memperhitungkan hal yang sekecil itu lagi.

“Kenapa tiba-tiba memberiku hadiah?”, dia penuh penasaran bertanya.

“Hari natal aja.”

“Aku bukannya anak kecil, sebenarnya tidak ada hadiah pun juga gak masalah.”

dia tertawa tidak berkata jujur, padahal dalam hatiya sudah senang sekali.

“Besok malam ada waktu kah?”, Dennil Du penuh dengan arti memandanginya.

“Kenapa?”

“Membawamu kesuatu tempat, kamu bukannya ingin tahu kenapa berimu gelang kan? Nanti saat itu kuberitahu.”

Helena He terbengong, berkata: “Emang gelang ini ada arti tertentu?”

dia tertawa tak menjawab: “Besok malam bakalan tahu.”

Karena kata-kata Dennil Du, Helena He tidak tahu seberapa berharapnya kedatangan keesok harinya, benar, tidak pernah begitu berharap.

Novel Terkait

Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu