Someday Unexpected Love - Bab 210 Menyatakan Perang (1)

Dalam perjalanan pulang, Helena He bertanya kepadanya, "Dennil, apakah Nyonya Guan benar-benar adalah ibu kandungmu?"

Dia mengangguk: "Ya."

"Kenapa begitu meyakinkan?"

"Interaksi kasih sayang keluarga."

"Oh," ,dia baru mengerti, dan tiba-tiba berkata, "Bisakah kamu mengantarkanku pulang?"

"Bukankah kita sedang berjalan pulang ke rumah?"

"Bukan, maksud aku adalah rumah Ibuku."

Dennil Du mengerutkan kening, "Mengapa malam begini pergi ke rumah Ibumu?"

"Aku melihat kalian berdua saling bertemuan, membuatku juga ingin pulang kerumah merasakan kasih sayang keluarga."

Dia sangat tidak senang, "Besok saja baru pulang, seharian naik pesawat kamu tidak lelah kah?",

"Tidak lelah kok. Aku ada tidur di kantormu sebentar di sore hari. Aku merasa sangat bersemangat."

Dennil Du menghela nafas tanpa berdaya: "Baiklah."

Dia memutar mobilnya dan pergi ke kerumah Ibunya Helena He.

Setelah tiba di gang, Helena He berteriak: "Berhenti, berhenti di sini saja, aku berjalan masuk sendiri."

Dennil menghentikan mobil, ia keluar dari mobil, dan dia ikutan keluar dari mobil.

“Hei, kenapa kamu turun?” ,Helena He bertanya dengan bingung di jendela.

"Menemani kamu pulang."

"Tidak perlu, aku sendiri saja."

"Tidak masalah, aku bisa menunggumu."

"Tidak perlu tunggu, kamu pulang dulu saja."

Dia tidak ada emosi yang baik berkata, "Sekarang pulang nantinya bukan akan menjemputmu lagi."

"Tidak perlu jemput lagi, aku tidak akan pergi malam ini."

"Apa?", Dennil Du kaget. "Kamu mau menginap di sini malam ini?"

"Ya."

Helena He melambaikan tangannya: "Pulanglah, aku pergi dulu ya."

Dennil Du menatapnya bayangan punggung dia berlarian, bergumam, "Kalau tahu demikian, mending tak usah antar kamu pulang tadinya ..."

Ketika pintu dibuka, lampu rumah menyala dan terlihat pemandangan yang langka dan hangat.Orang tua sedang makan pangsit bersama-sama di meja makan.

"Helena, kenapa kamu pulang?"

Steven He menatapnya dengan heran.

"Pulang untuk melihat kalian."

Dia duduk, Yulia Yang bergegas ke dapur untuk mengambilkan pangsit untuknya. Helena He berteriak ke dapur, "Bu, aku sudah makan, tidak makan lagi."

“Kamu kenapa pulang kalau sudah makan?”, Yulia Yang bergumam keluar dari dapur.

"Lihatlah apa yang kamu katakan, seolah-olah aku pulang untuk menipu makan dan minum saja. Emangnya aku tak dapat makan di rumah Du?"

"Aku bukan bermaksud demikian...", Yulia Yang tersenyum, "Kukira kamu hanya ke sini untuk makan malam."

"Tentu saja tidak, aku hanya ingin pulang menginap satu malam.", jelasnya santai.

Melihat rumah yang dulu penuh pertengkaran yang tak ada habisnya, sekarang pertengkaran itu hilang, dia tersenyum lega, kecuali adik lelaki itu yang membuatnya jadi sedikit kesal, yang lainnya dia sudah sangat puas.

“Di mana adikku?” ,dia mendongak dan bertanya.

"Kayaknya pergi cari Tony ..." ,dia menjawab dengan santai.

Dia lega, asal dia tidak pergi mencari masalah bagaimana pun tak apa-apa, walaupun Tony Lou adalah kelompok gek hitam, dia tidak bakal menghasut adiknya untuk melakukan kejahatan, jadi dia sangat tenang hati.

Salah ...

Tiba-tiba, dia memikirkan masalah yang sangat parah. Pada sore hari, Marsha Du meminta alamat Tony Lou padanya. Jika dia pergi ke rumah Tony, bakal bertemu dengan adiknya, dan adiknya menyukai Marsha Du. Marsha Du suka sama Tony, ketiga ini mungkin bisa karena kesalahpahaman jadi bertengkar nantinya!

Berpikir demikian, dia berkeringat dingin dan dengan cepat bangkit dan berkata, "Ayah, Ibu, aku keluar sebentar."

Dia berlari cepat ke apartemen Tony Lou. Lampu apartemen menyala. Sebelum dia masuk, dia mendengar Marsha Du menangis. Tiba-tiba hatinya menggantung di tengah udara. Suatu malam yang lalu, Marsha Du menangis karena dia hampir diperkosa oleh adiknya, dan malam ini menangis lagi, sepertinya pasti terjadi sesuatu.

Suara yang keras, dia mendoron pintu dan berjalan langsung ke ruang tamu. Di sofa di ruang tamu, mata Marsha Du bengkak seperti kacang kenari, dan menangis seperti hujan, kelihatan sedih sekali.

“Ada apa?” ,dia mengerutkan kening.

"Tanya adikmu, aku sedang mengobrol dengan Kakak Tony baik-baik saja, dia tiba-tiba datang, kemudian mendadak marah, bilang ingin menyatakan perang sama Kakak Tony!"

“Menyatakan perang?”, Helena He merasa kepalanya muncul garis hitam, dia Willy He, berani juga menyatakan perang sama Tony Lou? Bagaimana mati pun tak tahu!

"Mereka menyatakan perang, kamu kenapa menangis?"

"Adikmu bilang jika dia menang, aku akan menjadi milik dia, dan Kakak Tony ... dia setuju!"

Marsha Du menangis hingga patah hati ketika dia berbicara bagian y.

“Kamu tidak percaya pada Tony?” ,Helena He bertanya dengan emosi yang tak baik.

"Tentu saja aku percaya padanya!"

"Ya sudah, kamu menangis untuk apa lagi?"

"Tapi Kakak Tony berkata, jika dia menang, aku akan tetap menjadi milikku sendiri ..."

“Kenapa?”, Helena He bertanya dengan sengaja.

"Karena dia tidak menyukaiku !!"

Marsha Du meraung nangis lagi, tangisannya bergetaran, dan Helena He menutupi telinganya, mengerutkan kening, "Bagaimana dengan mereka sekarang?"

"Pergi duel."

"Di mana duelnya?"

"Aku tidak tahu."

"..."

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu