Someday Unexpected Love - Bab 16 Menerimamu Nginap Semalam Saja

Mobil dalam kegelapan terus berkendara cepat, setengah jam kemudian, berenti di depan pintu sebuah Villa, dia membantunya membuka pintu, ketika turun dari mobil, terdengar dari jauh suara ombak memukul batu-batuan. Helena He berdiri di tempat tinggi samping pagar pelindung, memandangi laut yang jauh, mendesah dengan hela napas: Ternyata kamu tinggal di tepi laut ya?

Yah, setelah menikah tinggal disini saja bisa kah? Dennil Du dengan gentlenya menanya

Ok, Dia mengangguk puas, tidak ada wanita yang gak suka sama laut ...

Mengikutinya ke pintu Villa, dia berdiri diam di pintu masuk memperkirakan, dalam Villa terlihat megah, tirai biru muda, wallpaper dinding putih pucat, satu set sofa abu-abu terang di ruang tamu, setiap perabot bersih seperti pameran museum.

Masuklah. Dia mengaitkan jari kepadanya suruh dia kemari..

Aku tinggal di kamar mana?

Dennil Du menuangkan segelas jus padanya, dengan bingung bertanya: Emang mau sekarang tidurnya?

Emang mau lakuin apa lagi? Ketika kata-kata itu diceplos, dia langsung merasa tak nyaman: jangan salah paham, maksud aku ...

Aku tahu Dia memotongnya: Jangan gugup, aku tidak akan bertindak apapun denganmu.

Ada perasaan terlihat jelas dengan orang. Dia dengan malunya jalan ke sofa dan duduk. Mungkin, sejak saat ini, dia harus belajar membiasakan diri, termasuk membiasakan diri dengannya.

Mungkin, sejak saat ini, dia harus belajar membiasakan diri, termasuk membiasakan diri dengannya.

Kenapa kamu tadi malah memanjat tembok tapi tak gedor pintu langsung? Dennil Du duduk di sofa seberangnya, sambil memegang sebotol kaleng di tangannya.

Panggil juga gak ada gunanya. Desahan tak berdaya: Ibuku juga tak akan membuka pintu.

Bagaimana dengan ayahmu? Matanya yang dalam menatapnya.

Helena He dengan lemas bersandar di sofa: Pergi berjudi.

Tidak ada orang lain kah di rumah? Dia bertanya lagi.

Ada seorang adik laki-laki, dua puluh tiga tahun, seorang preman berandalan. Dia mengaku padanya tanpa penyembunyian, karena dia juga bakalan tahu cepat lambatnya.

Dennil Du tidak lagi menginterogasi, dia memegang dahinya dengan satu tangan, sambil mengocok kaleng birnya.

Masih ada bir lagi?

Dia mengangkat matanya yang bingung dan bercanda bertanya: Kamu ingin minum?

Yah! Dia malam mengangguk setuju.

Tidak takut minum bir aku memakanmu?

Dia menggelengkan kepalanya: Kamu bilang begitu, yang lain berpikir kamu benar-benar tidak memilih ...

Dia tersenyum lembut, lalu mengalihkan pandangannya ke arahnya, memandang dari ujung ke ujung, dengan arti panjang mengejek: sebenarnya ... kamu juga tidak buruk.

Dia emang tidak buruk, tetapi dia jauh lebih buruk daripada wanita-wanita yang sangat fleksibel.

Ambil birnya

Dennil Du berdiri mengambil beberapa kaleng bir taruh didepannya: Makan malam hari ini tidak minum?

Gak ada, aku cuman disaat mood kurang bagus saja baru minum.

Dia berkata dengan jujur, dia tersenyum dan bergema: Aku juga.

Helena He membuka tutup kaleng, dan mengangkat dagunya dan meninumnya dengan tegukan besar, karena terlalu cernas, dia terbatuk banyak kali.

Mengapa moodmu buruk? Dia sangat penasaran.

Dia memutar matanya: Untuk seorang tunawisma, menurutmu suasana hati bakalan baik?

Lain kali kalau gak ada tempat tinggal kamu boleh datang kesini, Dennil Du dengan cepat menjawab, dan ada sedikit penyesalan di matanya.

Dia tidak menyalahkan simpatinya, karena sini akan segera menjadi rumah barunya, dan dia akan menjadi keluarganya, terlepas dari cinta, kasih sayang yang tidak relevan, ini hanya orang yang mau gak mau harus bersama.

Kamu sering membawa seorang wanita ke sini?

Dia menggelengkan kepalanya: tidak sering, saya tidak suka menggunakan tempat tinggal sebagai tempat untuk bermesraan.

Sangat bagus Dia menatapnya dengan puas: Setelah kita menikah, Kamu diluar mau menghumbar-humbar saja pun terserah, asal jangan membawa wanita lain pulang, kalau begitu bisa membuatku payah.

Senyum yang mengejek: pernikahan tanpa cinta benar-benar bagus, menghumbar-humbar aja juga boleh.

Dia berkata demikian, dia mengetes bertanya: Bisakah aku mengajukan pertanyaan?

Kalau tentang percintaan tak perlu ditanya. Dia menatap muka ekspresi bingungnya itu, bola mata berwarna tinta itu terlihat tenang.

Oh, kalau begitu jangan tanya.

Dennil Du menghargai keterusterangan hatinya.

Aku ingin istirahat. Dia meletakkan kaleng bir di tangannya dan menguap.

Ikut aku. Dia membawanya ke lantai dua

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu