Someday Unexpected Love - Bab 133 Makan Malam Terakhir (1)

Helena kembali ke kantor wakil direktur. Asisten Niko mengikutinya dan bertanya, "Nyonya, anda tidak pergi bersama direktur Dennil?"

"Buat apa aku pergi dengannya?"

"Kami sudah pergi begitu lama, anda.... tidak merindukannya?" Asisten Niko bertanya dengan maksud bercanda.

"Apa dia ada merindukanku?" Helena bertanya.

Asisten Niko menggaruk kepalanya: "Direktur Dennil tidak akan memberi tahu saya jika dia merindukanmu, tetapi seharusnya ia merindukanmu."

"Jangan katakan apa pun lagi yang kamu tidak yakin. Saya tidak ingin mendengar apa pun yang kemungkinan, seharusnya, mungkin..."

"Nyonya, aku serius. Direktur Dennil sepertinya sedang dalam suasana hati yang buruk saat ini. Kurasa dia memikirkanmu."

Helena memandangi komputer dan menekankan: "Saya tidak ingin mendengar kata seperti ini."

Ketika Asisten Niko menyadari apa yang dia katakan salah, dia hanya diam.

"Apakah kamu tidak lelah? Apa yang kamu lakukan berdiri di sini seperti tiang pancang?"

"Oh, kalau begitu aku akan pergi."

Mendengar suara menutup pintu, Helena menatap dinding di belakangnya dengan sedih, Michelle Yang ada di dalamnya, apa yang dia lakukan di dalamnya? Mengapa Dennil Du membawanya ke perusahaan? Apakah ingin membuatnya malu?

Dia membaring kepalanya di meja dengan lemah, perasaan lelah itu datang lagi, tidak tahu berapa lama, ia mendengar suara mendorong pintu, dan suara langkah kaki.

Dia begitu familier dengan langkah kaki itu hingga jantungnya sedikit bergetar. Dia menghela nafas dan berdiri memandang pria di depannya dengan rasa malu dan panik. Dia berusaha mengeluarkan senyum yang lebih buruk daripada menangis dan berkata, "kamu kembali."

Saat pertama kali melihat Helena, Dennil Du terkejut dan bahkan lupa untuk merespons. Selama beberapa bulan tidak melihatnya ia tampak sangat kurus. Satu badannya yang kurus dan lemah membuat orang-orang khawatir tentang dia. Apa yg membuatnya menjadi kurus dan lemah seperti itu?

"Kenapa kamu menjadi sangat kurus?" Dia bertanya dengan dingin.

Meskipun adalah kata-kata orang yang peduli, tetapi dengan nada seperti itu, membuat hati Helena sedikit sedih.

"Baru-baru ini, nafsu makanku tidak terlalu bagus." Dia menjawab dengan lemah dan kembali ke kursinya.

"Tidak sabar ingin bercerai?"

Helena melihatnya kecewa, Itukah yang dia pikirkan?

Untungnya, dia tidak berencana untuk bercerita tentang kehamilannya, jika tidak, apa yang dikatakannya mungkin lebih menyakitkan dari itu.

"Kamu telah setuju untuk bercerai, masalah cepat atau lambat, buat apa aku harus tidak sabar."

Dennil Du pergi ke jendela dan berbalik ke arahnya: "karena seseorang bermarga Lou itu pergi yang membuatmu sedih?"

Helena mengerutkan alis, bagaimana dia bisa tahu bahwa Tony Lou pergi? Tidak peduli bagaimana ia mengetahuinya, kata-kata ini yang keluar dari mulutnya ini benar-benar menyakitkan.

"Aku mau bagaimana adalah urusanku, tidak ada hubungannya dengan siapa pun, jadi tolong jangan gunakan imajinasimu."

Air mata sedikit ingin jatuh, tapi diberhentikannya tepat waktu, menggigit bibir bawahnya dengan erat, menahan kerapuhannya yang tidak ingin dilihatnya.

Dennil Du memperhatikannya menggigit bibir bawahnya dan merasakan rasa sakit di hatinya. Setiap kali ia ingin menguatkan diri, ia terbiasa melakukan ini.

"Malam ini Sean Ou akan mentraktirmu, ikut aku."

"Tidak!"

Hampir berseru, ia menolaknya, ia menolak dengan alasan tersendiri dan tidak ada pilihan lain, Dennil Du tidak tahu dan tidak bisa mengertinya.

"Tidak bisakah kita makan bersama terakhir?"

Helena terkejut mengangkat kepalanya, makanan terakhir? Apa maksudnya dengan itu adalah bahwa ia akan pergi mengurus prosedur besok?

Meskipun ini adalah hasil dari penantiannya, tetapi keluar dari mulutnya, hatinya sakit seperti menyusut menjadi gumpalan.

"Tidak bisa ... aku minta maaf."

Dennil Du menatapnya dengan kecewa, tidak mengatakan apa-apa lagi, dan berbalik ke ruangannya.

Melihatnya pergi dari belakang, air mata Helena akhirnya keluar, bukannya tidak mau pergi tapi tidak bisa pergi, ia tidak ingin di saat seperti itu ia membuat semua orang melihatnya muntah-muntah, lebih parahnya lagi ia takut ada orang lain yang melihat tanda-tanda kehamilannya, ia sekarang seperti seekor burung yang sensitif, yang kehilangan sebelah sayapnya, takut untuk mencoba terbang lagi.

Keberanian, kadang-kadang adalah sesuatu yang hanya bisa dilihat.

Matahari terbenam, langit yang semula cerah ditutupi oleh lapisan abu-abu, Helena berdiri didepan jendela, menghadap kepintu kantor, didepan mobil Dennil Du berdiri seorang wanita.

Michelle Yang tersenyum cerah, bahkan jika tidak ada sinar matahari pun ia masih tetap bersinar.

Dennil Du membukakan pintu dan perempuan itu masuk, lalu ia sendiri mengikutinya masuk kedalam mobil itu.

Mobil itu melaju pergi, makan malam yang harusnya ia hadiri digantikan oleh orang lain, menertawakan diri sendiri, ia dari dulu tidak pernah menempatkan dirinya pada posisi yang tinggi. Ia selalu tahu bahwa tidak ada dia, ada yang lain.

Novel Terkait

Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu