Someday Unexpected Love - Bab 86 Katakan Aku Cinta Padamu (2)

Pemilik toko itu terlihat sangat gembira, dia berterima kasih berkata: Kamu sungguh baik, kalau aku bertemu lebih banyak orang sepertimu, bisnisku akan bisa terus berlanjut.

Ah, kamu tidak berpikir untuk tutup toko, benar? Tony Lou bertanya dengan bingung.

Ya betul. Pemilik toko itu menghempaskan napas: Awal tahun ini, semakin sedikit pembeli yang datang membeli, dan aku tidak benar-benar berbisnis, karena itu aku berencana untuk berhenti berjualan di musim dingin ini, dan menjual segala yang ada.

Kalau begitu tidak boleh! Tony Lou tiba-tiba berteriak, jika kamu tidak berjualan lagi, apa yang akan harus kulakukan dengan Helena He jika kita ingin makan? Aku menemukan toko ubimu setelah berkeliling kota!

Helena He duduk di dalam mobil dan melihat kejadian ini, dia tersenyum, sudah bertahun-tahun lamanya, ini masih terasa tidak masuk akal baginya.

Kemudian tidak tau apa yang dibicarakan oleh pemilik toko, Tony Lou membawa ubi itu kembali ke mobil, dia berkata kepada Helena He: Hati-hati sangat makan, jangan sampai kau membuat bibirmu melepuh.

Terima kasih.

Aku tersenyum berterima kasih, hatiku terasa hangat.

Sampai di kediaman Keluarga Du sekitar jam setengah 11 malam, Helena He memegang ubi yang sisa setengah, dan tangan satu lagi memegang ubi yang belum dikelupas kulitnya.

Yang tak disangka adalah, Dennil Du malam ini tidak pergi menemani Michelle Yang, sehingga ketika Helena He pulang ke kamar, Dennil Du sedang berada di ruang kerja bekerja.

Sebenarnya Dennil Du tau Helena He kembali, karena Dennil Du daritadi berada di depan jendela.

Mendengar suara pintu kamar dibuka dan ditutup, Dennil Du bangun dan pergi ke ruang kerja.

Dia mendorong pintu dan melihat Helena He sedang duduk di sofa untuk makan ubi, kemudian ia bertanya: Apakah makan malammu menyenangkan?

Menyenangkan, dia bahkan membelikanku ubi.

Helena He berpura-pura memasang wajah bahagia, dia melihat alis Dennil Du naik, Helena He tidak tau apa yang sedang ia rasakan.

Ah, dasar kekanak-kanakkan. Dennil Du tertawa.

Ya betul, dia kekanak-kanakkan, perbuatan dia yang kekanak-kanakkan ini telah berhasil menghangatkan hatiku!

Ia berhasil membelimu dengan sebuah ubi, sungguh tidak kusangka kau semudah ini untuk didapatkan.

Helena He menggigit bibirnya, dan menoleh kemudian menyindir: Sekarang apakah kamu merasa menyesal, seharusnya siang tadi kamu menyuruh Asisten Niko untuk membelikanku ubi dan bukan bunga mawar, dengan begini engkau sangat mudah mendapatkanku, tetapi sayang sekali, kamu tidak tau aku suka makan ubi, jadi kamu tidak akan sepenuh hati seperti Tony Lou!

Dennil Du tidak berkata apa-apa lagi, tetapi dia diam melihat Helena He telah menghabiskan ubi di tangannya, lalu ia berbalik dan masuk ke kamar mandi.

Helena He terduduk diatas sofa, tidak tau apa yang sedang ia pikirkan, dia mengeluarkan sebuah kotak dari tasnya, dan didalamnya adalah sebuah hadiah yang belum sempat ia berikan.

Dia bukan mempersiapkan kado itu untuk diberikan, menurutnya, apa yang telah terlewat adalah masa lalu, jika tidak disaat itu, dan di tempat itu, dan memberikannya kepada orang itu, maka semuanya adalah tidak ada artinya.

Jadi, sekarang Helena He berencana untuk memusnahkan hadiah itu, hadiah itu dibuat oleh tangannya sendiri, dan juga dibuang oleh tangannya sendiri.

Dia mengambil kotak kado itu dan diam-diam membuka pintu kamar dan berjalan keluar, tangannya memegang sebuah korek api, dan ia mencari tempat yang tenang, dia menaruh surat cinta itu di lantai, dan dia menyalakan korek api.

Api yang berwarna merah terpadu dengan orens itu bergerak-gerak di dalam kegelapan, Helena He menatap api ini, ada sedikit ketidaktegaan.

Dia terpikir tentang luka-luka kecil di tangannya, dan luka di dalam hatinya, pada akhirnya, dia tetap membakar hadiah itu.

Saat Dennil Du berjalan keluar dari kamar mandi, dia melihat Helena He tidak berada di kamar, dia dengan bingung mencarinya ke ruang belajar, tetapi ia tidak menemukannya, dia kemudian turun tangga, tidak ada orang di ruang tamu, pada akhirnya dia melihat Helena He sedang jongkok di sebelah api.

Dia berjalan mendekati api itu, dan perlahan-lahan dapat melihat ekspresi wajahnya, saat berada di belakang api, itu adalah wajah yang sakit, dan disinari oleh api merah, ada juga sepasang mata yang kosong mneatap api itu, seperti membakar sesuatu yang sangat penting tapi harus dibakar karena terpaksa.

Tidak tau kenapa, Dennil Du tiba-tiba merasa hatinya berhenti, sangat sakit rasanya.

Apa yang sedang kamu bakar?

Dennil Du tiba-tiba jongkok didepannya bertanya.

Helena He sedang tenggelam dalam kesukarannya, dan dia tidak menyadari kedatangan Dennil Du, saat Dennil Du bersuara, ini membuat Helena He terkejut dan buru-buru membakar kepingan bambu yang belum ia bakar.

Bukan apa-apa.

Semakin dia mencoba menutupi sesuatu, semakin penasaran Dennil Du, dia menarik beberapa kepingan bambu itu, Helena He berusaha merampasnya, tetapi Dennil Du langsung menyembunyikan itu dibelakangnya, dan bertanya pada Helena He: Apa yang kamu rahasiakan?

Bukan urusanmu, balikkan kepadaku!

Dennil Du mundur beberapa langkah, sesampainya dia di tempat yang terak, dia dengan teliti melihat ke bagian atasnya, dia tidak tau apa tulisan yang ada di tempat yang terbakar, tetapi ada 1 kalimat yang masih tampak dengan jelas: "Seumur hidup ini setidaknya ada satu kali, engkau melupakan orang lain demi dirimu sendiri.....

Dia terpukau, tidak terlalu mengerti apa maksud dari kalimat ini, ia hanya merasa hati dia sedikit tidak enak.

Perasaan yang tidak bisa diutarakan, sepertinya menyenangkan, tetapi juga menyakitkan.

Apa ini?

Dennil Du berbalik dan bertanya kepada Helena He, Helena He melihat Dennil Du, dan berkata: Ketulusan hatiku, adalah barang yang tidak dihargai oleh orang lain.

Dennil Du mengira bahwa yang dimaksud oleh Helena He adalah Tony Lou, karena dia belum pernah melihat barang ini sebelumnya, berarti barang ini bukanlah untuknya.

Baru saja ia pergi makan malam dengannya, sepulangnya ia kerumah, ia langsung membakar ini, apakah dia telah menyakiti hatimu?

Helena He dengan marah berkata padanya: Pergi mati sana!

Helena He bahkan tidak menoleh padanya dan langsung pergi, air matanya langsung mengalir dari sudut matanya, dia tidak pernah mengerti perasaan Dennil Du kepadanya, tetapi ia pikir setidaknya Dennil Du mengerti.

Novel Terkait

Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu