Someday Unexpected Love - Bab 204 Penyebab Kematian Tuan Du Yang Sebenarnya (2)

Helena He menganggukkan kepalanya dengan mantap, kemudian segera bertanya: “Pembunuh yang membunuh ayah... Apakah kamu tahu siapa?”

“Sekarang masih belum tahu, tapi dilihat dari informasi yang kamu berikan, Sinta Dou sedikit mencurigakan. Tapi tidak mungkin ia adalah pembunuh utamanya, pembunuh sebenarnya yang berada di belakang layar pasti akan lebih sulit ditangani dari pada yang kita bayangkan.”

Helena He sangat setuju dengan pendapat itu dan berkata: “Aku juga berpikir seperti itu. Kalau begitu, sekarang kita harus bagaimana?”

“Jangan biarkan orang lain melihatnya dulu. Walaupun aku sudah tahu petunjuk mengenai jati diriku, termasuk penyebab kematian ayahku, aku tetap tidak boleh membiarkan siapapun mengetahuinya. Selanjutnya, apapun yang kita lakukan di rumah Du harus dilakukan dengan hati-hati. Sebelum menemukan pembunuh sebenarnya, setiap orang bisa jadi adalah kaki tangannya. Semua memiliki kemungkinan sebagai pembunuh.”

“Baiklah, kalau begitu aku akan bekerjasama denganmu dan kita bersama-sama akan menarik keluar pembunuhnya!”

Setelah mengatakan semua rahasia yang terpendam di dalam hatinya, seperti sebuah beban berat yang terangkat, Helena He dalam sekejap merasa sangat ringan. Selain merasa sedih saat melihat kesakitan dalam sorot mata Dennil Du, semua hal lainnya adalah kebahagiaan. Tidak peduli badai hujan apa yang akan menerjang keluarga Du nantinya, asalkan ia dan Dennil Du melewatinya dengan bergandengan tangan, ia tidak takut apapun.

Keesokan harinya, Helena He bergegas ke apartemen Tony Lou. Begitu bertemu dengan pria itu, Helena He langsung berkata: “Kembalikan gelang gioknya kepadaku.”

“Untuk apa?”

“Aku tidak mencarinya lagi.”

“Sudah ketemu?”

”Belum!”

Pria itu menaikkan alisnya: “Kalau memang belum ketemu, lalu buat apa mengambil kembali gelangnya?”

“Kamu jangan banyak bertanya, kembalikan saja padaku.”

Melihat Tony Lou yang terpaku dan tidak bergeming sedikit pun, Helena He akhirnya mendorongnya: “Jangan melamun, cepat ambil gelangnya untukku.”

Pria itu akhirnya mengangguk: “Baiklah kalau begitu. Tunggu sebentar.”

Tony Lou membalikkan tubuhnya dan masuk ke kamar, sedangkan Helena He berdiri di depan pintu. Tidak lama berselang, terdengar suara pecah belah dari dalam kamar. Hati Helena He langsung terkejut dan dengan segera berlari ke dalam. Ia lalu bertanya dengan suara nyaring: “Ada apa?”

Begitu melihat gelangnya sudah pecah berkeping-keping diatas lantai, seketika itu juga dada Helena He terasa panas. Dengan geram ia langsung menghempaskan tubuhnya ke hadapan Tony Lou: “Kenapa kamu merusakkan barangku?!!”

“Maaf, aku tidak sengaja...” Tony Lou terlihat sangat bersalah, sorot matanya teramat tak berdaya.

“MAAF?! Kamu jelas-jelas tahu betapa pentingnya barang ini untukku! Apakah satu kata maaf bisa menyelesaikan semuanya? Kamu harus ganti gelangku!”

Helena He merasa begitu marah sampai air matanya menggenang. Cincinnya sudah hilang dan kalau sampai gelang satu-satunya juga tidak ada, ia bukan hanya bersalah kepada ayah mertua yang sudah meninggal! Tapi, ia terlebih tidak memiliki muka untuk pulang bertemu dengan Dennil Du!

“Baiklah, sekarang juga aku akan pergi membeli gelang yang sama persis untuk menggantinya padamu.”

Tony Lou beranjak ingin pergi, namun dari belakang tubuhnya Helena He memberikannya sebuah tinju yang kasar sambil meraung dengan marah: “KAMU BRENGSEK! Jelas-jelas kamu tahu gelang ini hanya ada satu-satunya, tidak ada lagi gelang seperti ini! Kemana kamu mau mencari yang sama persis untuk menggantinya padaku!”

Helena He membalikkan tubuhnya dan berlari keluar dari apartemen Tony Lou sambil menangis. Di luar, matahari bersinar dengan cerah. Sambil mengusap air matanya, Helena He sambil mengumpat Tony Lou. Tidak dapat terutarakan seberapa putus asa hatinya saat ini. Ia tidak tahu, sebenarnya apakah Dennil Du dan ibu kandungnya memang ditakdirkan untuk bertemu tapi tidak bisa bersatu, atau karena semua bukti yang ada sekarang masih tidak cukup untuk menjadi bukti yang berguna. Yang jelas, benar-benar malang...

Helena He pun pergi ke Perusahaan Du dengan marah. Saat ia bertemu dengan Dennil Du, ia hanya berdiri di hadapan pria itu dengan perasaan bersalah dan tidak mengucapkan apapun untuk waktu yang lama.

“Ada apa?”

Dennil Du bangkit berdiri dan berjalan menghampiri Helena He, jari jemarinya mengait di dagu wanita itu.

Helena He tidak berani menatap mata Dennil Du. Ia takut melihat keputusasaan yang dapat timbul di mata pria itu.

“Ada apa sebenarnya? Melakukan kesalahan lagi?”

Dennil Du dengan tidak senang menyentuh pelan dada Helena He: “Setiap kali berbuat salah, kamu pasti akan berekspresi seperti ini. Membuat aku yang melihatnya tidak tega memarahimu.”

“Dennil, aku benar-benar sangat minta maaf……”

Helena He menekukkan kepalanya dalam-dalam. Kedua tangannya yang tidak berdaya disesakkan ke dalam saku mantelnya, sebelah kakinya digesek-gesekkan sekuat tenaga ke lantai.

“Aku tidak ingin mendengar permintaan maafmu, aku ingin mendengar masalah apa yang membuatmu minta maaf padaku.”

Pria itu menepuk-nepuk kepala Helena He: “Bicaralah.”

“Gelangnya juga tidak ada lagi...”

Suara Helena He sangat teramat kecil, ia benar-benar berharap ibunya Dennil Du bisa muncul sekarang juga. Dengan begitu, barang peninggalan apapun tidak akan diperlukan lagi sehingga ia pun juga tidak perlu merasa sangat bersalah seperti ini.

“Tidak ada lagi maksudnya apa? Hilang lagi?”

Helena He menggelengkan kepalanya: “Tony Lou tidak berhati-hati dan menjatuhkannya hingga pecah!”

Dennil Du termangu sejenak lalu menghela napas: “Sudahlah, sudah pecah ya sudah. Mau marah bagaimana pun juga tidak akan kembali seperti rupa semula.”

“Dennil, apakah kamu merasa aku tidak bisa diandalkan dan hanya bisa merusak semuanya? Kenapa aku bisa menghancurkan semua barang peninggalan!”

“Bukan salahmu, kamu juga melakukannya demi mencari orang. Hanya bisa bilang bahwa sekarang belum datang kesempatannya. Aku percaya, selama ada niat mencari pasti akhirnya akan menemukan...”

“Benar juga, bukankah kamu bisa pergi mencari keluarga kandung ibumu? Mungkin mereka tahu kemana putri mereka pergi?”

Dennil Du mengerutkan alisnya dan menimbang-nimbang: “Tapi aku belum pernah mendengar di kota Surabaya ada keluarga yang bermarga Guan.”

“Kalau di kota ini tidak ada, cari di kota lain saja. Marga Guan adalah marga yang unik, pasti sangat lebih mudah dicari dibandingkan marga Zhang, Wang, Li, atau Liu. Kalau kita bisa menemukan keluarga kandung ibumu, aku percaya pasti bisa menemukan ibumu. Apalagi pada dasarnya, tidak ada putri yang tidak berhubungan dengan keluarga mertuanya dan juga tidak berkomunikasi dengan keluarga kandungnya!”

Poin yang diutarakan Helena He menurut Dennil Du masuk akal, ia langsung memanggil Niko dan memberikan perintah: “Pergi dan bantu aku menyelidiki ada berapa keluarga yang bermarga Guan di kota ini.”

Niko mengangguk: “Baik, sekarang juga langsung aku periksa.”

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu