Someday Unexpected Love - Bab 206 Semuanya Tidak Tenang (1)

Helena pasti tidak bisa duduk diam, begitu dia melangkahkan kaki depannya, kaki belakangnya langsung mengejar kaki depannya: "Dennil, tunggu, kita bersama-sama."

Ada pohon tua di bangunan sekitar tempat tinggal, begitu melihatnya pasti sudah tau itu cukup tua, cabang-cabangnya tebal dan padat, berkelok-kelok seperti monster tua.

Di bawah pohon, seorang nenek dengan rambut perak sedang duduk, Dennil Du melangkah maju dan bertanya dengan sopan, "Halo, keluarga mana yang bermarga Guan disini?"

Nenek itu mengangkat wajah tuanya sambil menyipitkan matanya dan berkata, "Saya bermarga Guan, kalian ada urusan apa?"

Ketika Helena mendengar bahwa nenek itu bermarga Guan, tiba-tiba dia menjadi semangat, instingnya mengatakan kepadanya bahwa orang tua itu pasti adalah orang yang mereka cari atau memiliki hubungan dengan orang yang mereka cari.

“Nek, apakah Anda mempunyai anak perempuan?” Dia bertanya dengan penuh harapan.

"Iya, ada apa?"

Dennil Du dan Helena saling menatap, sepertinya ada harapan.

"Kalau begitu, siapa namanya?"

Orang tua itu tersenyum: "Novi Guan."

“Novi Guan?” Helena berkata dengan terburu-buru, “Apakah dia memiliki nama lain Amelia?”

Mereka menahan napas, menunggu orang tua itu mengangguk.

Sayangnya, semakin besar harapan, semakin besar kekecewaannya, orang tua itu menggelengkan kepalanya, "Tidak ada, anak saya hanya memiliki satu nama, Novi Guan."

“Lalu di mana dia sekarang?” Helena bertanya lagi.

"Di rumah."

Orang tua itu menunjuk ke sebuah bangunan di belakangnya dan berteriak dengan suara serak, "Novi, Novi..."

Seorang wanita muncul dari balkon di lantai atas, dia bertanya dengan heran, "Bu, ada apa?"

"Disini ada dua orang mencarimu..."

Helena dengan cepat melambaikan tangannya: "Kami tidak mencari putri Anda, kami hanya bertanya-tanya saja."

Melihat putri orang tua itu, Helena memikirkan wanita yang dilihatnya pada malam ketika kakeknya meninggal, hatinya langsung berubah menjadi tenang.

Datang membawa harapan, pulang dengan kekecewaan, dalam perjalanan kembali, mereka tidak berbicara, sesekali Helena melihat Dennil Du. Melihat ekspresinya yang sangat serius, jelas suasana hatinya sedang tidak baik.

"Suamiku, jangan sedih, mari kita pikirkan cara lain, aku akan menepati janji, aku akan mendengarkanmu!"

Helena menyentuh lengannya, Dennil Du mengangguk: "Ya."

Pada malam hari, mereka berdua duduk di sofa, Dennil Du mengerutkan kening dengan lelah, Helena berbaring di pangkuannya, berpikir keras di mana mereka harus mencari Nyonya Guan.

Tiba-tiba, ketika teringat tentang mengambil cincin untuk kakek terakhir kali, dia melihat album kecil di laci, dia segera bangkit, menemukan solusi baru dan berteriak: "Dennil, saya tahu!"

“Apa yang kamu tahu?” Dia sudah tidak tahan lagi.

“Ayo, ayo pergi ke ruang kerja Ayah.” Dia dengan cepat membungkuk untuk mencari sandalnya.

Dennil Du menghela nafas, "Untuk apa kesana?"

"Tentu saja pergi mencari foto ibumu. Coba kamu pikir, keduanya adalah sepasang suami istri, tidak mungkin tidak ada foto bersama bukan?"

Apa yang dia katakan bukannya tidak masuk akal, dia berdiri dan berjalan menuju ruang belajar Albert Du.

Setelah memasuki ruangan, Helena menutup pintu dengan waspada, ada orang lain yang bisa melihat, sebaiknya berjaga-jaga.

Dia bergegas ke meja kakek, membuka laci, dia terkejut menemukan album foto itu masih ada di sana.

"Dennil, ini dia! Album foto!"

Helena mengeluarkan album dan membalik halaman demi halaman. Dennil Du berdiri di sampingnya, menatap tajam ke foto. Dalam ekspresi itu, ada nostalgia tentang ibunya, Helena tidak merasakan sakit hati, dia bahkan tidak tahu seperti apa rupa ibunya.

Perlahan-lahan, keduanya terlihat sedikit kecewa. Mereka telah membalik setengah album, hampir semua foto Sinta Dou. Helena tahu bahwa kakeknya mencintainya, tetapi tidak sampai segitunya juga mengkoleksi semua fotonya.

Namun, harus diakui bahwa wanita tua itu sangat cantik.

"Dennil, ternyata kamu sangat imut ketika masih kecil."

Akhirnya terlihat foto Dennil Du, Helen menatap dengan penuh kasih, Dennil Du buru-buru membalikkan halaman itu, tetapi Helena tidak membiarkannya, dia terus menatap Dennil Du ketika dia masih kecil, hidung, mata, dan wajah yang gemuk, hanya melihat saja bisa membuat orang ingin menggigitnya.

"Sudah cukup belum, ayo lanjutkan."

Dia mendorongnya dengan tidak sabar, kemudian Helena menggelengkan kepalanya, "Lihat seumur hidup juga tidak cukup, ini adalah Dennil ku loh."

"Mau lihat juga lihat aku yang sekarang. Kamu menatap seorang anak, orang yang tidak tahu bisa mengira kamu adalah pedofilia."

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu