Someday Unexpected Love - Bab 61 Suka Berarti Cintakah? (2)

Helena He sudah mau menggila, pipinya memanas, segera turun kasur, berlari ke kamar mandi mencari tabung baja stainless, terus balik ke kamar berterik: “Wei, Marga Du, kamu berhasil membuat kakak marah, aku sangat emosi sekarang, akibatnya sangat parah.”

Dennil Du menatap tabung baja stainless yang dipegang tangannya, segera mengangguk kepala: “Ya, kelihatan emang sangat parah, turun tangan boleh ringan sedikit kah? Jangan lupa meninggalkan nyawaku, jangan salah paham, aku bukan takut mati, aku cuman tak tega lihat kamu belum sampai umur 30 sudah jadi wanita janda.”

“Tidak masalah, aku tidak memperdulikannya.!” Helena He maju selangkah.

Piang…

Terdengar suara yang besar, tabung baja sudah terbelah jadi dua, Helena He terbengong, tidak menyangka Dennil Du bisa segampang itu membelah putus tabung baja itu….

Dia melihat terus putusan tabung baja yang dilantai, perlahan-lahan mengalih mata ke atas, bergerak terus sampai berhenti di wajah tampang Dennil Du, hanya melihat dia sedang mengerutkan kening, wajahnya menggalau, gigit gigi serasa setiap saat ada kemungkinan ditelan dengannya.

“Wei, Marga He, Kakak sekarang juga sangat marah, akibatnya juga sangat parah!”

…..

Helena He pelan-pelan memundur kebelakang, tidak kelihatan Marga Du ini punya beberapa kemampuan, emang benar lelaki yang pinter akting, semua susah diduga…

“Apa yang ingin kamu lakukan?”, dia dengan waspada menatap Dennil Du yang mendekatinya.

“Jelas balas dendam.”

“Aku tidak mengapa-ngapainmu, kamu balas dendam apa!”

Dennil Du tertawa dingin berkata: “Hampir saja kehilangan nyawa, masih tidak mengapa-ngapainku, apakah perlu sampai berdarah hingga ngalir seperti sungai, baru bisa dikatakan mengapa-ngapainku kah?”

Helena He di paksa sampai di ujung tembok, hati dia sekilas bergetar, mata sekejap tertutup, menunggu lelaki dihadapannya menurunkan tinjuan tangannya.

Piang…Terdengar suara yang besar lagi, Helena He berteriak: “Aaaa…”

Teriakan yang nyering memecah keheningan malam, Dennil Du tertawa berkata: “Tinjiuan aku hanya meninju kearah dinding, kamu teriak-teriak ngapain?”

….

Helena He pelan-pelan menghela napas, tengah malam atas sudah dibuat sampai capek sekali, tengah malam berikutnya dikejutin sampai dia takut, saat ini dia akhirnya menyimpan kembali duri pada tubuhnya, dengan lembut berbaring kembali di dada Dennil Du.

Kedua orang berbaring pada kasur, Helena he bersandar di lengan dia tidak berkata apapun, Dennil Du meledekinnya: “Kenapa tiba-tiba kamu menjadi tenang, sangat tidak biasa.”

Dia menghela napas, hatinya, hati masih sedikit takut berkata jujur: “Aku bukannya takut nanti bisa berakhiran dengan tabung baja tadi.”

Puh…Dennil Du tertawa berbahak-bahak: “Aku tidak memukul wanita, dan tidak mungkin memukulmu.”

Dia menutup lampu, memeluk erat Helena He, dalam kegelapan dia dengan lembut berkata: “Kemarin kata yang ingin kukatakan, sebenarnya sudah ngomong.”

“He? Kamu sudah ngomong kah?” Helena He penuh dengan ragu menanyakannya.

“Sudah ngomong, kamu juga sudah mendengarnya.” Dia mencium keningnya: “Mau aku ngomong sekali lagi kah?”

“Mau.”

Helena He mengangkat kepalanya, dengan penuh berharap, sayangnya saat ini gelap sekali, Dennil Du tidak dapat melihat wajahnya yang penuh harapan itu.

“Aku sudah suka padamu.”

Dia terbengong: “Hanya ini?”

“Ya.”

“….Oh.” Dari nadanya tidak terdengar rasa gembira ataupun senang, kalau hanyalah kalimat ini, sebenarnya tiada membuatnya senang, bagi dia, suka pada seseorang adalah hal yang gampang sekali, dia juga suka sama Tony Lou, tapi itu bukannya cinta.”

“Helena, walau aku sekarang masih belum bisa sepenuhnya mencintaimu, tapi aku benaran suka dengan kamu, sangat-sangat suka.”

Kata-kata dari hati Dennil Du, terdengar di telinga Helena He, bukannya tidak tulus, dia bermalas-malasan menguap, berkata: “Baiklah, kalau kamu begitu menyukaiku, aku anggap kamu benar mencintai aku, sisanya aku tidak peduli.”

Malam yang bagaikan air, selalu pasti ada sedikit penyeselan, dia meraba pergelangan tangan Helena He yang putih itu, penuh penyelasan menghela napas: “Gelang itu, dari awal aku ingin memberi pada orang yang kusayang, Michelle dan kamu tidak ada nasib yang sama, aku kira aku bisa mempertahankan cintaku padanya, tapi saat ini aku baru sadar, dan mau gak mau mengakui, aku sama sekali tidak bisa mengontrolkan diriku untuk menyukaimu.”

Helena He tiba-tiba mengerti: “Jadi kamu memberikan aku gelang ini bukan karena perasaan kamu tiada tempat taruh, tapi hanyalah ingin memberikan pada orang yang kamu hiraukan?”

Dia mengangguk-angguk: “Yah, emang demikian.”

….Wanita yang sedang berpacaran emang bodoh, wanita yang bertepuk sebelah tangan lebih bodoh, kenapa dia bisa percaya dengan perkataan Karina Shi, kata yang di ngomong dengan wanita itu emang bisa dipercayai?

Sekarang berbicara apapun sudah telat, barang yang sudah hancur tidak akan kembali sempurna lagi.

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu