Unlimited Love - Bab 86 Mengikuti Permainannya (1)

“Kemarin malam, seorang pria bernama Felix datang membawa sekelompok orang mencari masalah dengan Tuan muda.”

Seiring dengan penjelasan Marson Luo, Yesi Mo telah mengetahui apa yang terjadi.

Kemarin malam Felix membawa orang menghampiri hotel Stanley Yan, terjadi perselisihan diantara mereka berdua, dan banyak orang yang terluka.

Saat Felix berada di tengah keributan entah siapa yang memukulnya hingga terluka parah, setelah polisi datang polisi langsung menangkap semua orang.

Felix di bawa ke rumah sakit untuk berobat, karena Stanley Yan mendapatkan luka yang sangat sedikit, dia dibawa oleh polisi dan dimasukkan ke dalam sel penjara, awalnya masalah ini sangat muda untuk diatasi, memberi uang sebagai jaminan maka dia akan bisa keluar, namun entah apa yang terjadi, pihak kepolisian tidak menerima uang jaminan.

“Nona Yesi, kamu harus menolong Tuan muda!”

“Kamu tenang saja, aku akan memikirkan caranya sekarang!” Yesi Mo menganggukkan kepalanya. Baru saja ingin menghampiri Wirawan Mo, dari balik tubuhnya terdengar suaranya yang bingung, “Yesi, ini”

“Ayah, kebetulan kamu datang! Terjadi sesuatu dengan Stanley, kamu harus menolongya!”

Yesi Mo berlari menarik tangan Wirawan Mo berucap dengan panik.

“Stanley? Apa yang terjadi padanya?”

Tanya Wirawan Mo menatap Yesi Mo dengan bingung, mendengar Yesi Mo yang menceritakan kembali masalahnya, Wirawan Mo mengerutkan alisnya, “Baiklah, aku mengerti! Kamu jangan khawatir, aku akan menelepon menanyakan situasi yang lebih detail!”

Ucap Wirawan Mo menenangkan Yesi Mo, lalu membalikkan tubuhnya naik ke atas, Yesi Mo meminta Marson Luo untuk menunggu di bawah, lalu melangkah naik ke atas.

Saat membuka pintu, Wirawan Mo sedang menelepon, Yesi Mo tidak berani mengganggunya, duduk di sisi sofa menunggunya dalam diam, beberapa lama kemudian Wirawan Mo selesai menelepon.

“Ayah, bagaimana situasinya?” tanya Yesi Mo dengan khawatir.

“Sedikit rumit, jika tidak diurus dengan benar dia akan dituntut, mungkin saja harus mendekam di dalam penjara!”

“Ha? Kenapa bisa seperti ini?” Yesi Mo terkejut hingga membuka mulutnya lebar.

“Luka Felix sangat parah, berdasarkan ucapan temanku yang seorang polisi disana, Felix ingin menuduh Stanley atas mencelakai dengan sengaja, dan juga ada orang yang memaksa pihak ke polisian, untuk tidak melepaskannya.” Wirawan Mo menghela nafas berucap, “Yesi, masalah ini sangat rumit, jika tidak diperlukan, sebaiknya kamu jangan ikut campur!”

“Tidak bisa, aku harus menolongnya! Aku tidak bisa membiarkan terjadi sesuatu padanya!”

Wirawan Mo langsung mengerutkan alisnya, melihat wajah Yesi Mo yang bersikeras lalu bertanya, “Yesi, kamu”

Wirawan Mo tidak pernah melihat Yesi Mo bersikeras seperti ini demi seorang pria, dan sangat memperhatikan seseorang.

Bahkan menghadapi masalah Rico Mu, dia juga tidak khawatir hingga seperti ini.

“Ayah. Karena aku Stanley bisa menjadi seperti ini, jadi aku tidak bisa hanya berdiam diri melihat masalahnya!”

“Karena kamu? Katakan dengan jelas!” Wirawan Mo tidak menyangka Yesi Mo akan mengatakan hal seperti ini, seketika dia bertanya dengan bingung.

Saat mengetahui alasan Felix mencari masalah dengan Stanley Yan, semuanya karena kemarin malam Stanley Yan menolong Yesi Mo agar tidak dilecehkan oleh Felix, seketika wajah Wirawan Mo mendingin.

“Brengsek, berani-beraninya menyentuh putriku? Sudah bosan hidup? Yesi, kamu tenang saja, ayah akan mengurus masalah ini!”

“Terima kasih ayah!” ucap Yesi Mo menatap Wirawan Mo penuh terima kasih.

Turun dari lantai atas, Yesi Mo menyuruh Marson Luo untuk kembali ke hotel menunggu kabar.

Selesai sarapan, dia dan Wirawan Mo pergi ke kantor polisi, awalnya ingin melihat Stanley Yan, melihat kondisinya, tidak disangka ternyata mereka tidak diijinkan untuk menemuinya.

Yesi Mo menjadi panik meminta Wirawan Mo untuk mencari cara lain, Wirawan Mo menyuruhnya untuk tenang, selesai menelepon beberapa orang, tidak lewat dari sepuluh menit, seorang polisi kulit putih dengan perut besarnya datang menghampiri mereka, dan menyebutkan jika dirinya adalah kepala kepolisian di kantor polisi ini, dan mengatakan akan membawa mereka menemui Stanley Yan.

Saat Yesi Mo melihat Stanley Yan, tiba-tiba hatinya merasakan rasa yang teramat sakit.

Stanley Yan terlihat sangat mengenaskan, wajah yang memar, bahkan dipakaiannya masih terdapat jejak kaki, disiksa di kursi ruang interogasi, terlihat sangat tertekan.

“Stanley, bagaimana keadaanmu?”

Yesi Mo berlari mencengkram lengan Stanley Yan, bertanya dengan panik, bahkan suaranya terdengar sedikit bergetar.

Wirawan Mo yang wajahnya tadi masih terlihat tenang, melihat tindakan putrinya. Seketika alisnya berkerut, namun tidak mengatakan apapun, dan menolehkan kepalanya menyuruh Kapten Miller dan dirinya untuk keluar lebih dulu.

“Yesi, kenapa kamu datang kesini?” Stanley Yan mengangkat kepalanya memaksakan senyumnya pada Yesi Mo.

“Kudengar terjadi sesuatu padamu! Apa mereka memukulmu?” Yesi Mo mengulurkan tangannya mengusap wajah Stanley Yan dengan lembut, “Apa sakit?”

Stanley Yan sedikit memiringkan kepalanya, lalu menggeleng, “Aku tidak apa-apa. Terima kasih sudah mengunjungiku!”

“Akulah yang harus mengatakan terima kasih, jika bukan karenaku, kamu tidak mungkin menjadi seperti sekarang ini!”

Membicarakan hal ini Yesi Mo merasa sangat bersalah, semua ini bermula karena dirinya.

“Tidak ada hubungannya denganmu!” Stanley Yan menggelengkan kepalanya, mengerutan alisnya, “Oh iya, bagaimana dengan Bella? Apa terjadi sesuatu dengannya?”

“Seharusnya dia baik-baik saja!” ucap Yesi Mo menatap Stanley Yan dengan ragu.

Stanley Yan mengerutkan alisnya. Menarik sudut bibirnya, “Yesi, bisakah kamu membantuku untuk melihat kondisi Bella sejenak? Katakan padanya jika aku baik-baik saja, suruh dia untuk jangan khawatir?”

“Baik, nanti aku akan pergi melihatnya!” Yesi Mo mengangguk, melihat kondisi Stanley Yan tidak terlalu baik, dia berucap menasehati. “Kamu jangan bicara dulu, istirahatlah sebentar! Aku akan mencari cara untuk mengeluarkanmu!”

“Maaf merepotkanmu!” Stanley Yan menganggukkan kepalanya, tidak mengatakan apapun lagi.

Yesi Mo menatap Stanley Yan beberapa saat, menghela nafas dalam, membalikkan tubuhnya berjalan keluar, di depan pintu baru saja Kapten Miller pergi, raut wajah Wirawan Mo terlihat kurang baik.

“Ayah, bagaimana situasinya?”

“Mungkin dia masih perlu tinggal disini selama dua hari, tadi aku sudah membicarakannya dengan Kapten Miller, paling cepat besok pagi dia baru bisa dijamin! Kamu tidak perlu khawatir, aku sudah menyuruh orang untuk mencari tahu, tidak akan ada orang yang mempersulitnya lagi!” Wirawan Mo menepuk bahu Yesi Mo tersenyum, “Kamu tunggu disini sebentar, aku akan berbicara dengannya sebentar!”

“Baik!”

Di dalam ruang interogasi. Stanley Yan mendengar suara langkah kaki dia mengira jika itu adalah Yesi Mo, saat mengangkat kepalanya dia menemukan Wirawan Mo, setelah tertegun sejenak dia sedikit menundukkan kepalanya, “Presdir Mo, tidak disangka kamu juga datang kesini!”

“Bagaimanapun, masalah ini disebabkan oleh Yesi, tentu saja aku tidak bisa membiarkannya!” Wirawan Mo berjalan lalu duduk di hadapan Stanley Yan, menatapnya menganggukkan kepala, “Untuk dua hari ini mungkin akan sedikit menyulitkanmu, tapi aku akan berusaha secepat mungkin menjaminmu untuk keluar!”

“Maaf merepotkanmu!” Stanley Yan menggeleng perlahan.

“Tidak perlu menagtakan hal itu, kamu tenang saja tinggal disini! Untuk sementara tidak akan ada orang yang mempersulitmu lagi!”

Selesai berucap Wirawan Mo berjalan keluar, “Yesi, ayo kita pulang!”

“Ayah, kamu pulang dulu saja! Aku masih harus pergi karena ada urusan sebentar!”

“Kalau begitu hati-hati! Cepatlah pulang!” Wirawan Mo tidak menanyakan Yesi Mo akan pergi kemana, melakukan apa, dan langsung menganggukkan kepalanya, menyuruh orang untuk mengantarkannya.

Yesi Mo segera pergi menuju hotel yang ditempati Stanley Yan, saat pintu terbuka hal yang pertama dilihatnya adalah Marson Luo.

“Nona Yesi, bagaimana dengan Tuan muda?”

“Dia tidak apa-apa!” Yesi Mo menggelengkan kepalanya, lalu mengkerutkan alisnya bertanya, “Apa Bella ada?”

“Ada. Silahkan masuk!” Marson Luo menyingkir, lalu berteriak ke ruang tengah, “Nyonya muda, Nona Yesi datang!”

“Untuk apa kamu datang kemari?” melihat Yesi Mo, wajah Bella Lan mendingin, berucap dengan keras, “Apa belum cukup kamu membahayakan Stanley?”

“Nyonya muda!” Marson Luo langsung menghentikannya. Wajah Bella Lan semakin dingin, mendelik padanya, “Tutup mulutmu!”

Marson Luo segera memundurkan langkahnya, terus memberikan tatapannya pada Yesi Mo, sarat akan memberitahu Yesi Mo untuk tidak menanggapi ucapannya.

“Bella, aku”

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu