Unlimited Love - Bab 139 Dia Ternyata sudah melamarnya (3)

Sikap yang begitu jelas itu mana mungkin bisa luput dari mata Yesi Mo, dia menoleh dan menatap Jennie Bai dengan aneh, melihatnya tengah mengejek dirinya, dia mengangguk-angguk lalu berkata pada Didi dengan lembut, "Baiklah, ayo kita pulang. "

Didi tentu kelelahan, dia tertidur sepanjang perjalanan. Sesampainya di rumah, setelah menenangkan Didi, Yesi Mo turun ke ruang tamu, dan duduk di sebelah Jennie Bai.

"Kakak ipar, apa Didi belum terbangun? "Jennie Bai bertanya dengan gugup. Apa perlu aku naik dan menemaninya? "

"Tidak usah, dia tertidur seperti babi, tidak akan secepat itu terbangun." Yesi Mo menggeleng, kemudian bertanya dengan penasaran, "Jennie, apa tadi yang kamu katakan pada Didi selama menungguku? "

"Aku tidak mengatakan apa-apa. "

Jennie Bai berbohong sambil menundukan kepalanya dan memainkan ujur bajunya, dia menjawab dengan pelan.

"Sudahlah, jangan berpura-pura, apa kamu pikir aku tidak akan mengerti kalau kamu sedang berbohong? "Yesi Mo meraih tangan Jennie Bai, "Apa benar itu berhubungan dengan Rendy Mu? "

"Kak, karena kamu juga sudah mengetahuinya, maka aku akan terang-terangan. "Jennie Bai mengumpulkan keberaniannya untuk mengangkat kepalanya dan menatap Yesi Mo, "Rendy Mu bukanlah orang baik, dia sedang berusaha mencuri hatimu, aku tidak ingin kamu dan dia memiliki hubungan sedekat itu. Kalau sampai kakaku tahu, dia akan tidak senang hati. "

"Kamu ini pasti sudah salah paham, tidak terjadi apa-apa di antara aku dan dia. Apa kamu tidak bisa melihatnya, di dalam hatiku hanya ada kakakmu? "

"Aku tahu, tapi Rendy Mu, dia...... "

"Sudah, sudah. Aku memahami kekhawatiranmu, tenang saja, aku tidak mungkin dekat sekali dengannya. "Yesi Mo membelai tangan Jennie Bai perlahan sambil menenangkannya, dalam hati dia bersyukur, Jennie Bai tampaknya belum mengatakan apa pun pada Stanley Yan.

"Kalau begitu apa yang terjadi di dalam pesawat? "

"Ceritanya panjang..... "

Yesi Mo menceritakan kejadian yang dia alami selama beberapa hari di Amerika dengan terperinci, walaupun sudah mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya, mendengar sendiri cerita terperinci dari Yesi Mo, Jennie Bai masih juga merasa tidak tenang, dan di saat yang bersamaan kebenciannya pada Rendy Mu berangsur-angsur menghilang.

"Kak, perusahaan sudah tiada, lantas apa rencanamu? "Jennie Bai menyeritkan dahinya sambil bertanya.

"Kita jalani langkah demi langkah, sekarang yang paling penting adalah mencari kakakmu, masalah yang lain sementara ini aku tidak ingin memusingkannya. Sudah selama ini, masih juga tidak ada kabar darinya, dan kita juga tidak tahu apa yang terjadi padanya. "

Kekhawatiran terbesit di wajah Yesi Mo, semangat hidupnya terlihat menurun.

Melihatnya seperti itu, hati Jennie Bai juga tidak enak, dia meraih tangan Yesi Mo dan menghiburnya, "Kak, kamu juga jangan terlalu cemas, kakakku adalah orang yang cerdas, tidak akan terjadi apa-apa padanya. Mungkin sekarang ini dia sedang mengawasi kita diam-diam. "

"Lantas kenapa dia tidak juga muncul? Apa dia tidak tahu kita sedang sangat mengkhawatirkannya? Apa dia tidak tahu aku dan Didi sedang sangat membutuhkannya? "Terdengar rasa khawatir dan kerinduan yang mendalam dari nada bicara Yesi Mo, ini membuat Jennie Bai terdiam, dan dalam waktu yang lama, tidak dapat menemukan suaranya untuk mengatakan sesuatu.

"Mungkin kakak dia sedang menemui kesulitan, atau mungkin juga ada sesuatu yang masih menghalanginya. "

"Mungkin saja. "

Yesi Mo tidak berkomenta sambil mengangguk. dalam hati dia diam-diam berkata: Stanley, kamu harus bertahan, apa pun yang terjadi, aku dan Didi akan terus menunggu kepulanganmu.

Stanley Yan yang berada di rumah sakit bedah plastik puluhan ribu kilometer dari situ, tidak tahu sama sekali ada beberapa orang yang sedang sangat merindukannya.

Kali ini dia baru saja selesai dengan operasi pertamanya dan sedang terbaring dengan infus di atas tempat tidurnya. Vivian Luo duduk di samping tempat tidurnya sambil terus mengawasi wajahnya yang masih terbungkus perban, dia bertanya dengan cemas.

"Felix, apa yang kamu rasakan? "

"Baik. Oh iya, apa dokter mengatakan perlu berapa kali operasi wajahku baru pulih seutuhnya? "Ini adalah masalah yang paling mendesak bagi Stanley Yan, kalau bisa, dia tidak ingin terus-terusan seperti orang cacat, terbaring di rumah sakit.

"Paling tidak perlu 3 kali operasi. Luka yang kamu alami di wajahmu sangat parah, tidak bisa dipercepat proses penyembuhannya. "

"3 kali? Tidak terlalu banyak. "Stanley Yan menoleh menatap Vivian Luo di sampingnya, kemudian bertanya dengan cemas, "Vivian, apa menurutmu, wajahku sungguh bisa pulih lagi? "

"Pasti bisa. "Vivian Luo menjawab dengan mantap, bedah plastik yang dijalani Stanley Yan sangat merepotkan. Dokter juga sudah menemuinya untuk diam-diam membahasnya dengannya, dia mengatakan tidak menguasainya 100%, ini membuat Vivian Luo terus merasa khawatir, dia tidak ingin terjadi apa-apa dengan wajah Stanley Yan.

"Bagaimana kalau itu tidak mungkin terjadi? "

"Tidak bisa? "Vivian Luo bengong, dia tidak pernah memikirkan masalah ini. Menatap Stanley Yan yang kepalanya dibalut perba, hatinya cemas, Vivian Luo seakan sudah terpisahkan dunianya dengan Felix Lu, saat ini keduanya sudah dipersatukan kembali, ini membuatnya tidak bisa membedakan lelaki di hadapannya ini adalah lelaki yang dia temukan dan dia rubah untuk menggantikan Felix Lu, atau Felix Lu sendiri.

"Tidak bisa juga tidak masalah, aku akan terus melindungimu, menemanimu. "Sinar mata Vivian Luo mantap, menatap Stanley Yan, dia memasukan tangannya ke dalam saku celananya, menggenggam erat sebuah kotak kecil di dalamnya. Dia seakan sudah membuat sebuah keputusan besar. Dia bangkit berdiri, dan berlutut dengan sebelah kakinya, lalu mengeluarkan kotak kecil dari sakunya itu dan membukanya di depan Stanley Yan sambil mengulurkannya, di dalamnya ada sebuah cincin berlian.

"Felix, apa kamu bersedia menikahiku? Aku berjanji tidak peduli apa wajudmu, tidak peduli apa pun yang akan terjadi, aku akan terus menemanimu di sisimu, bersikap jujur padamu, dan tidak akan menyerah. "

Ini adalah pertama kalinya dalam hidupnya, Vivian Luo melamar seorang lelaki, dia sudah kehilangan Felix Lu sekali, dia tidak ingin kehilangan dia lagi untuk kedua kalinya.

Melihat cincin berlian di hadapannya itu, hati Stanley Yan seperti di terpa ombak raksasa.

Vivian Luo melamarnya, dia seorang wanita melamar seorang lelaki? Ini perlu keberanian seberapa besar, seberapa besar cintanya pada Felix Lu, pada dirinya sendiri?

Menghadapi wanita dengan cinta demikian dalam, apa dia harus menerimanya, atau malah menolaknya?

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu