Someday Unexpected Love - Bab 25 Kehilangan Keperjakaanku Bagaimana (2)

Karena sukurin lah, orang yang selalu menganggap dirinya paling benar seperti dia memang harusnya di pukulin, di pukul sampai mati, kalo belum mati pukul lagi sampe mati!

...... Dennil Du tanpa aba-aba pun tiba-tiba merinding.

Aku antar kamu pulang ya. Ia sudah memutuskan untuk tidak mewakili Sean Ou untuk menjelaskannya kepadanya kembali, waktu akan membuktikan siapa diri Sean Ou sebenarnya.

Baiklah. Helena He menganggukkan kepalanya.

Mobilnya berjalan sangat lambat pada malam musim gugur itu, pemandangan di sepanjang jalan masih sama seperti yang dulu, Helena merasa sedikit bosan, sehingga ia sembarang membuka pembicaraan: Malam ini si marga Ou itu menyebut kamu seorang lelaki yang setia.

Jangan dengar dia yang sembarangan bicara itu. Dennil Du dengan konsen menyetir mobil, wajahnya tak menunjukan ekspresi yang mencolok.

Ia tak sembarangan bicara..... Padanganya lurus mengarah kedepan: kalau bukan karena setia, gimana bisa kamu menikahi aku?

Demi seorang wanita lalu menikah dengan wanita lain, penjelasan yang paling masuk akal yaitu demi melupakanya, kenyataanya ialah demi melindungi orang tersebut di dalam lubuk hatimu, beserta dengan cintanya.

Rem keras dari Dennil Du, seketika ia langsung memutar arah mobilnya, wajahnya yang tampan masih tetap sama seperti biasanya, hanyalah ekspresi mukanya yang tiba-tiba menjadi dingin.

Hei, kenapa tiba-tiba memutar arah? bukannya kamu mau mengantarku pulang kerumah?

Temani aku minum. Suaranya sedikit terdengar serak.

Kenapa? apakah kamu bad mood? ia pernah bilang, ia dan hellena sama, ia hanya akan minum hanya ketika moodnya sedang tidak baik.

Tak ada jawaban ia ataupun tidak, tetapi sekujur tubuhnya terlihat mengkaku.

Tuan Du, kamu lihat aku masih bisa minum kah?

Helena He dengan nada tak senang bertanya, bukannya dia tak tau malam ini ia telah minum berapa banyak.

Kamu tak perlu minum, aku saja yang minum.

....... Lalu buat apa dia ikut pergi?

Mobil Dennil Du berhenti di sebuah Bar yang sangat kekinian, nama Barnya adalah 'Bar sunnys'.

Dennil Du memarkirkan mobilnya, lalu berjalan lurus ke dalam, meskipun Helena tak begitu bersedia menemaninya, akan tetapi karena ia masih mempunyai perasaan kemanusiaan, akhirnya ia pun ikut masuk ke dalam.

Tempat semacam Bar ini yang dimana orang baik dan orang tak baik bercampur menjadi satu, hubungan yang tak jelas dan prostitusi semuanya tak ada bedanya, yang sedikit berbeda hanyalah orang yang pergi kemari adalah orang-orang yang kedudukannya lebih tinggi.

Sekali lagi ia melihat ke arah para lelaki dan wanita yang mencari sebuah kebahagiaan yang tak jelas, Helena merasa sangat lelah, mungkin juga ketika malam ini telah berlalu, mereka sama sekali tak mengingat sediktpun jikalau mereka penah berhubungan tanpa status dengan siapa dan wajanya bagaimana. Ia tak menyukai perbuatan yang tak benar seperti ini.

Kamu minum sedikit saja, aku harus buru-buru pulang jam sebelas ini!

Ia menarik-narik jas bagian bawah Dennil Du yang halus, ia berharap bad moodnya hanya berlangsung sebentar saja, dengan begitu keadaannya tak akan mungkin berkembang sampai ke mabuk parah.....

Dennil Du tak menghiraukannya, ia tetap diam dan duduk di sudut yang gelap, lalu meminta dua botol anggur merah Prancis dan terus-menerus meminumnya sendiri.

Mood kamu menjadi jelek karena aku mengungkit orang yang kamu sayangi itu ya?

Aku juga jadi penasaran kamu sudah segitu sayangnya sama dia, lantas kenapa tak bersamanya? apakah telah terjadi sebuah kesalah pahaman?

Kamu boleh mengeluarkan semuanya, aku janji bakalan jaga semua rahasiamu......

Jangan hanya minum tak jelas dan tak bicara seperti ini, kalau begini terus kamu bisa cepat mabuk!

Helena He mengomel tak jelas sedari tadi, akan tetapi Dennil Du tak menjawabnya sepatah katapun, melihat keadaan yang menyulitkan seperti ini ia harusnya berhenti mengomel, ia yang kehabisan cara tak dapat menahan mululutnya kembali.

Bisa gak sih kamu jangan pura-pura diam seperti ini? aku merasa kamu yang seperti ini tak ada kharismanya sama sekali.

Dennil Du meletakkan cangkir wine nya, memalingkan pandangannya ke arah Helena He, baru saja ia ingin berbicara, Helena He langsung menghalanginya: Baiklah, baiklah, lanjutkan saja diam mu itu, aku tau kamu sedang tak ingin bicara apapun.......

Aku ingin bicara apa? nada suaranya terdengar seperti mempetimbangkan sesuatu.

Bukannya kamu akan menyuruh ku untuk menutup mulut ku? ia mengecilkan suaranya dan berbisik: Aku sudah dua puluh tahunan melihat ekspresi wajahmu ini, apapun itu aku dapat menebaknya.

Bicara mengenai keahlian dalam mengamati mimik bicara serta ekspresi wajah, ia merasa kemampuannya 'matanya' sangat luar biasa dan tak ada tandingannya......

Baguslah kalau sudah tau.

Helena He di buatnya seakan tercekik dan tak dapat mengeluarkan sepata kata pun lagi, harus ya ia berkata sangat jujur seperti itu? apa lagi ia tak perlu ikut minum, sekarang juga tak membiarkannya bicara, memangnya ia seorang mayat hidup apa?!

Aku rasa di bandingkan dengan tutup mulut, orang yang di hadapanmu ini lebih baik menghilang saja. Ia mengulurkan lehernya, lalu memberikan sebuah saran.

Gak bisa. Dennil Du mengulurkan lengannya lalu melingkarkan ke leher Helena, dengan suara yang terdengar mabuk berkata: Kalau kamu pergi, terus aku ada apa-apa gimana?

Lehernya di pasung sampai hampir tak bisa bernafas, ia menggunakan tenaganya untuk memberontak, dengan tak di sangka ia berbicara sambil menahan sakit: Ada apa-apa? kamu itu pria yang sudah besar, memangnya bisa terjadi apa dengan mu? apakah kamu takut tak cukup untuk di mangsa oleh para wanita?!

Yang kamu katakan itu benar, aku takut di mangsa oleh para wanita.... Ia menunjuk-nunjuk dirinya sendiri, dengan tak ada malu berkata: Kamu pikir lelaki seperti aku ini, duduk di tempat seperti ini apakah gak berbahaya? sekali kamu melangkahkan kaki dan pergi, pasti banyak wanita dengan niat tak baik mendekati ku, kalau sampai begitu....... Sampai begitu.......

Kalau sampai begitu gimana? mendengar suara yang semakin mengecil tersebut, Helena sedikit tak tahan untuk bertanya.

Dennil Du memanggilnya dengan jari telunjuknya, agar ia sedikit lebih mendekat, dengan tak niat ia mendekatkan kepalanya ke arah Dennil Du, lalu ia langsung membisikkan ke telinganya: Kalau sampai begitu, aku kehilangan keperjakaku gimana?

Lampu kaca Bar berkelap kelipkan warna merah dan terkadang menjadi gelap tersebut, memantulkan lekuk wajah Dennil Du dengan jelas, Helena sangat ingin berkata: Muka ganteng gitu aja bangga ya?

Lalu ia menghelakan nafas panjang, di sertai dengan meneguk air liurnya, dengan rasional ia mengubah perkataan yang ingin di katakannya: Baiklah, aku bakalan tetap duduk di sini menjadi pelindungmu.

Dengan orang yang moodnya jelek dan juga mabuk seperti ini, tak ada gunanya berbicara serius, kalau tidak sama saja dengan gak nyambung.

Novel Terkait

I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu