Someday Unexpected Love - Bab 207 Berbagai Insiden (2)

Dia duduk di sampingnya, mengawasinya sibuk, dan dengan berat hati berkata berkata, "sayang, bisa tidak kita tidak pergi?"

"Tidak."

"Kenapa?"

"Karena ini adalah pekerjaanku."

"Kamu bisa berhenti dari pekerjaanmu."

"Pusing, bekerja bukanlah seperti pakaian, bilang buang langsung buang. Bagaimana seseorang bisa bekerja tanpa etika profesional?"

Dennil Du menghela nafas: "Aku hanya tidak tenang kamu pergi sejauh ini sendirian."

"Aku bukanlah anak-anak. Bagaimana aku bisa bilang kalau aku tidak bisa pergi karena kamu tidak tenang ketika aku pergi? Pikirkan dari sudut pandang lain. Jika karyawan perusahaanmu telah ditugaskan melakukan perjalanan bisnis, dia akan mengundurkan diri jika tidak ingin pergi. Menurutmu itu berlebihan tidak?"

"Baiklah, alasan mu bagaikan keranjang yang tidak bisa lagi di isi."

Dennil Du tiba-tiba memeluknya: "perjalanan ini satu minggu, sebelumnya ini akan mempererat hubungan kitakan?"

Helena tersenyum dan mendorongnya: "Tidak bisa, ada banyak barang yang belum aku bereskan."

"Aku akan membantumu bereskan nanti ..."

"Itu juga tidak bisa, setelah selesai bereskan barang aku akan menulis laporan."

"malam begitu panjang, bisa melakukan banyak hal, tidak apa-apa hanya melakukan satu pekerjaan lagi?"

Dennil Du melepas jaketnya dan mulai menarik dasinya.

"Kalau begitu tunggu sampai selesai dari kerjaanku, jika ada cukup waktu, tidak masalah untuk melakukan beberapa hal lagi."

"Hal semacam ini tidak boleh ragu untuk dikerjakan, jika ingin kerjakan ya harus dikerjakan ..."

Dia menahannya di tempat tidur, mencium pipi dan bibirnya yang merah, memegangi kepalanya dengan satu tangan, dan tangan satu lagi mulai membuka kancingnya.

"Aku benar-benar sibuk ..."

"Suamimu, kamu tidak memakai pengaman..."

Dia mengingatkan dengan ringan, dan Dennil Du menjawab dengan suara berat, "tidak perlu pakai itu, aku ingin punya bayi."

"Tidak, sekarang krisis belum berakhir, aku tidak bisa hamil!"

Keringat keluar dari dahinya Helena, dan dia khawatir apakah Dennil Du akan benar-benar terperangkap oleh napsu, pasrah akan segalanya ...

"Tidak masalah, aku akan melindungimu."

Ini adalah janjinya, tetapi di hati Helena tidak bisa menganggap ini enteng, karena dia tidak ada keberanian untuk judi ini.

"Bagaimana kamu melindungiku? Bisakah kamu tinggal di sisiku selama 24 jam? Bisakah kamu menyiapkan makan tiga kali sehari untukku? Ketika ada orang yang tidak menyukaiku ketika aku bisa lebih baik, Tidak peduli seberapa waspada itu, tidak mungkin untuk mencegahnya..."

Helena tahu perasaannya, dengan mengunakan perasaan membuat dia tersentuh. Ibarat diatas kepala ada pisau. Tiba saatnya berhati-hatilah!

Dennil Du takut dia akan terus berbicara, antusiasme yang berapi akan menghilang, dan dia harus bangun dan membuka laci, dan mengeluarkan Durex ...

Dini hari, langit cerah dan cuaca yang bagus.

"Suamiku, aku akan mengikuti seminar di siang hari, menulis laporan di malam hari, jadi aku mungkin tidak punya waktu untuk teleponmu. Jika kamu tidak memiliki sesuatu yang penting, ingatlah untuk tidak menggangguku."

Dalam perjalanan ke bandara, Helena menelepon Dennil Du.

Dia menatap kosong ke depan, dan berkata dengan marah, "Aku belum pernah ketemu wanita yang berkata seperti itu padaku."

“Lalu apa yang seharusnya aku katakan?” Dia bertanya dengan sengaja.

"Sering menelepon."

"Laporkan keberadaan ya?"

"Apakah selain insiden, tidak ada yang bisa dibicarakan?"

Helena tersenyum, "Oke, saya mengerti."

Pada pukul sepuluh di pesawat, Dennil Du mengawasinya pergi melewati pemeriksaan keamanan, di matanya terdapat tatapan perasaan tidak rela.

Di setiap langkahnya dia berbalik melihat, menatapnya tidak rela, tidak sabar untuk berbalik, dan ingin kembali, dan tidak pergi ke mana pun.

Pesawat akhirnya lepas landas. Enam jam kemudian, Helena tiba di ibukota Beijing pada pukul 4 sore.

Agensi majalah ini tidak mengatur tempat tinggal saat ini, tetapi semua biaya dapat diganti setelah kembali.

Begitu dia meninggalkan bandara, sebuah mobil pribadi diparkir di depannya: "Halo, apakah ini Nona He?"

Dia mengangguk dengan tenang: "Ya, kamu siapa ya?"

Berbicara dengannya adalah seorang pria paruh baya berusia empat puluhan, dengan sikap ramah dan mengunakan aksen Beijing.

"Aku bertanggung jawab untuk menjemputmu ke hotel."

"Menjemputku?" Helena menunjuk dirinya sendiri dengan terkejut, dirinya berpikir bahwa agensi majalah tidak mengatur jemputan. Mengapa ada orang yang datang menjemputnya?

"Ya, silahkan masuk ke mobil."

Pria paruh baya itu menarik pintu untuknya dan membuat isyarat yang menyenangkan.

"Siapa kamu? Kenapa aku harus masuk ke mobilmu?" Helena menatapnya dengan waspada, dengan sikap yang mengusir.

"Aku baru saja diperintahkan untuk menjemputmu. Kamu akan tahu ketika kamu ikut denganku."

Oh, dia mencibir, "Bagaimana aku tahu orang macam apa kamu? Aku tidak bisa pergi dengan orang asing kecuali kerabat."

Helena mengangkat koper di tanah dan mengambil beberapa langkah untuk memanggil taksi.

Pria paruh baya itu mengikutinya dengan sengaja menprovokasi: "mendengar tuanku berkata bahwa Nona He adalah seorang wanita pemberani, apakah kamu takut aku akan memakanmu?"

Helena berhenti tiba-tiba, dan dia mengakui bahwa dia telah terjatuh oleh provokasinya.

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu