Someday Unexpected Love - Bab 162 Menceritakan Mabuk Cinta (1)

Pembicaraan sampai disini, jika tidak segera jalan, benar-benar keterlaluan, muka Michelle Yang penuh dengan air mata dan mengambil handuk, dengan keras memeluk diri sendiri, dengan malu berjalan ke arah pintu.

Berhenti!

Dia berhenti dan tidak bergerak, tidak berbalik, mendengar laki-laki di belakangnya tanpa perasaan berkata: Tolong cintai diri kamu sedikit, kalau tidak, hanya membuat aku lebih membenci kamu!

Ruangan sangat tenang, Dennil Du kelelahan dan tiduran di atas ranjang, kedua mata tidak ada tenaga dan menatap langit-langit, dalam kepala, semua adalah ekspresi Helena He tersenyum.

Waktu seperti ini, dia sangat ingin memeluknya, jika tidak dapat memeluknya, walaupun hanya melihat dia, juga baik.

Dia berdiri, merapikan pakaiannya, menggunakan jaket, sekali lagi meninggalkan rumah, pergi ketempat yang dia ingin kunjungi.

Mobil berhenti di depan tempat tinggal Helena He, dia dengan polos menatap jendela lantai dua, mendorong pintu mobil, tidak seperti biasanya, hanya dengan tenang melihat sebentar lalu pergi, tetapi seperti orang mabuk, dengan sekuat tenaga teriak: Helena He, keluarlah!

Helena He juga sedang memikirkan masalah bertemu dengan Dennil Du, seketika mendengar suara teriakan dari bawah, terkejut dan berlari kearah jendela, melihat Dennil Du berdiri tidak bisa diam di samping mobil, dia tidak peduli apapun, berbalik badan dan bergegas turun.

Dia membuka pintu, berlari kecil sampai di depannya, dengan napas terengah-engah bertanya: Kenapa kamu malam sekali baru datang kesini?

Sekarang sudah jam 12 malam, setiap kali Dennil Du menunggu di bawah dia tahu, hanya saja, tidak pernah selarut ini.

Dia tidak berbicara, hanya dengan teliti melihat dia, Helena He dibuat binggung dengan tatapannya malam ini, dengan ragu bertanya lagi: Apa yang terjadi?

Selesai berbicara, dia dengan erat memeluknya, berbisik di telinganya, terpatah-patah berbicara: Aku hanya ingin memeluk kamu.

Malam yang cerah, lampu jalan yang hangat menerangi, seorang laki-laki dan seorang perempuan dengan erat memeluk, dengan hati saling berbicara satu sama lain.

Tidak tahu lewat berapa lama, merasakan getaran di tengah pelukan, Dennil Du meregangkan tangan, melepaskan jaket, meletakan ke tubuhnya, tatapan hangat yang berbeda muncul di mukanya, dan berbicara: Senang dapat melihatmu.

Helena He menatapnya, dengan suara kecil berbicara: Kamu sudah gila? Sekarang sudah jam berapa tahu tidak?!

Waktu menurut aku tidak penting, aku hanya tiba-tiba ingin bertemu dengan kamu, jadi, harus bertemu......

Dia sekali lagi memeluknya, Helena He larut di tengah kehangatan dan tidak dapat berkata-kata, dia tengan tenang mendengarkan detak jantungnya, sekali-kali memberitahu diri sendiri: Sebentar saja, sesekali membuang harga diri, kehilangan akal sehat, tidak akan jadi masalah.

Helena He, aku pindah kesini dan tinggal bersama kamu. Dennil Du berbicara.

Membawa anak kamu kesini?

Helena He dengan lurus berbicara, dia terdiam, dia melepaskan pelukannya: Pulang saja.

Tiba-tiba berbalik, hanya mendengar dia berbicara: Malam ini, aku tidak pergi boleh tidak?

Membelakangi dia, dia berbicara: Tidak boleh. Dengan tegas menolak.

Selangkah demi selangkah maju kedepan, dia tahu dengan jelas dibelakangnya ada sepasang mata yang menatapinya, tetapi dia tidak berbalik, karena dia tahu, kalau dia berbalik, dia tidak bisa berpaling.

Masuk ke dalam ruangan, menutup pintu, dia dan orang di luar terpisah oleh jarak, perlahan naik ke atas, awalnya dia tidak dapat tidur pulas, waktu seperti ini, dia semakin tidak dapat tidur.

Waktu terus berjalan, waktu menunjukkan pukul 1:45 pagi, dia berjalan kearah jelndela, melihat kebawah, dia, ternyata masih disana........

Helena He kesal, dia tahu hari ini Dennil Du pasti mengalami hal yang tidak baik, kalau tidak, tidak mungkin memaksa untuk tidak pergi, dia mungkin pernah tidak biasa, tetapi biasanya masih dapat ditahan oleh diri sendiri.

Dia menggigit bibirnya, hatinya bingung, ingin melupakan bahwa dia ada, atau mengizinkan dia masuk, hal ini menjadi sesuatu yang rumit baginya sekarang.

Handphone berbunyi, dia melihatnya, ternyata Dennil Du mengirim pesan: Selamat malam, aku pergi.

Kenapa disaat seperti ini dia mengucapkan selamat malam? apakah karena dia tahu dia belum tidur, atau dia melihat seseorang berdiri di jendela......

Helena He dengan sedih melihat seseorang diluar jendela, membuang handphone ke atas kasur, dengan khawatir segera berlari kebawah, Dennil Du sedang berbalik badan dan bersiap masuk mobil untuk pergi, tetapi dalam sekejap, dipeluk oleh orang dengan erat.

Dennil. Dia terpatah-patah memanggil namanya, tetapi tidak tahu harus berkata apa selanjutnya.

Dennil Du kaku untuk beberapa detik, pelan-pelan membalikan badan, lalu memeluk Helena He, mencium bibirnya, ada sesuatu yang hangat jatuh di pipinya, oleh ciumannya masuk kedalam mulut, asin.

Hatinya seketika meleleh, menarik tangannya, berlari kearah pintu.

Sampai di lantai dua, Helena He langsung memeluk lehernya, berjinjit, mencium dagunya, dia menahan gerakannya: Helena He, kenapa kamu tidak bertanya kepada aku alasan aku ingin tinggal?

Alasan aku tahu, kenapa harus bertanya? dia mendongak, tatapannya seperti air.

Tapi aku masih ingin memberitahukannya kepada kamu......

Dia mengangguk: Bicaralah.

Dennil Du memeluk pinggangnya, membuat mereka terasa dekat, dengan suara kecil: Malam ini, aku mabuk, Michelle Yang menggunakan pakaianmu, berpura-pura seperti kamu.

Helena He terkejut: Kamu ingin memberitahu kepadaku, bukan membuatku kesal kan?

Tidak, apapun tidak terjadi diantara kami.

Kenapa?

Novel Terkait

Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu