Perjalanan Selingkuh - Bab 280 Kecewa

Weni mengangguk : “Kejadian hari ini tidak boleh terjadi lagi.”

“Tapi apakah mereka bisa?”

Weni mendengar ucapanku, berkata padaku : “Kamu tenang saja, mereka selalu membawa pistol untuk berjaga-jaga, jaman sekarang, meskipun hebat dalam beladiri tetap tidak bisa mengalahkan senjata api.”

Perkataan ini sama sekali tidak salah, segesit apapun seseorang tidak akan ada yang bisa mengalahkan kecepatan senapan.

“Tapi, bukankah ini melanggar hukum?”

“Mereka sudah memiliki ijin untuk memiliki senjata api, lagipula, apakah kamu pikir ibumu ini tinggal di Jingcheng bertahun-tahun dengan sia-sia? Kalau tidak memiliki kemampuan, bagaimana mungkin bisa sampai di posisi saat ini.

Mendengar apa yang dia katakan, aku percaya.

Tidak memiliki ijin memiliki senjata api adalah ucapan yang dikatakan oleh orang awam, kalau tidak, setiap tahunnya ada begitu banyak penyelundupan senjata api dijual kepada siapa.

Namun Keluarga Demina memiliki koneksi, juga memiliki relasi, untuk mendapatkan ijin kepemilikan senjata api sama sekali bukan hal yang sulit, terlebih lagi kejadian kemarin pasti sudah dilaporkan oleh Weni .

Karena dedikasi Keluarga Demina bukanlah hal kecil yang bisa diabaikan.

Pagi hari aku terus melihat ponsel, namun sepanjang pagi sama sekali tidak menerima telepon dari Steven .

Khawatir akan mengganggunya bekerja, aku hanya bisa mengirim beberapa pesan kepadanya, berharap setelah dia selesai bekerja bisa menghubungiku.

Awalnya hari ini sudah membuat janji dengan Manager Mario untuk mendatangi beberapa keluarga yang mengalami penggusuran untuk memahami situasi yang terjadi, namun karena kejadian kemarin, Weni merasa tidak tenang sehingga membatalkan janji.

Namun dia malah meninggalkanku di kantor dan membantu pekerjaannya.

Lebih tepatnya, aku yang harus mengambil keputusan, lalu meminta konfirmasi dari Weni, sama seperti tugas sekolah, namun permintaan Weni sangat tinggi, dia sama sekali tidak bersikap lunak padaku.

Karena terlalu sibuk, hari ini aku sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk menghubungi Steven, memanfaatkan waktu untuk mengintip ponsel, namun sama sekali tidak menerima pesan darinya.

Dulu hal seperti ini sama sekali tidak pernah terjadi, sehingga hal ini membuatku tidak fokus dalam bekerja di siang hari.

Setelah beberapa kali, Weni menyadari masalah pada diriku.

Dia berkata padaku sambil mengerutkan alis : “Kamu sekarang sedang bekerja, bukan saatnya berpacaran, kalau kamu mau berdiri sejajar dengan Steven, maka kamu harus bisa berdiri di posisi yang sama dengannya terlebih dahulu, apakah kamu ingin selamanya menjadi beban untuknya?”

“Tidak, aku tidak mau seperti itu.” Aku langsung menjawab begitu mendengar ucapan Weni .

Mendengar jawabanku, Weni mengangguk dengan puas : “Putri dari Keluarga Demina sudah seharusnya seperti ini.”

Ketika mengatakan ini, dia mengulurkan tangan menepuk bahuku : “Keluarga Demina kelak mengandalkanmu, sehingga kamu harus menjadi besar dan kuat.”

Ucapannya ini seperti sedang menyampaikan pesan terakhir, membuat hatiku merasa resah mendengarnya.

“Tapi bukankah masih ada ibu?”

Mau tidak mau harus diakui, sejak kembali ke Keluarga Demina, karena ada Weni yang menopang segalanya, aku sungguh tidak merasakan tekanan mewarisi bisnis keluarga sama sekali.

Harus kuakui, meskipun aku tidak sengaja menginginkan, namun Weni dan Steven sudah menjadi sandaranku dalam hidup ini tanpa kusadari.

“Kamu harus tahu, tidak ada siapapun yang bisa menemanimu selamanya, hanya kemampuan yang kamu memiliki yang bisa melakukannya.”

Weni berkata sambil mengkerutkan alis.

Dia berkata dengan wajah yang begitu tegas, membuatku mau tidak mau menganggapnya penting.

Aku mengangguk :”Anda tenang saja, aku pasti akan bekerja keras.”

Mendengar ucapanku, Weni mengangguk dengan puas.

“Berikutnya kamu ikut aku untuk menghadiri sebuah tender.”

Setelah mengatakannya, dia menoleh dan berkata padaku : “Siapkan apa yang perlu disiapkan, panggil Sekretaris Su masuk.”

Mendengar ucapannya aku mengangguk dan berjalan keluar ruang kantor.

Siangnya, di acara tender aku bertemu dengan Steven .

Ini merupakan tender untuk mendapatkan sebuah tanah yang ada di dalam kota, lahan ini sangat penting, tidak sedikit perusahaan yang mengikuti tender kali ini, namun aku tidak menyangka salah satu diantara mereka ada Steven .

Steven mengenakan setelan jas hitam, memasang wajah yang begitu dingin, dan dibelakangnya berdiri seorang sekretaris cantik yang mengenakan setelah jas yang rapi.

Dan aku belum pernah melihatnya sama sekali.

Setelah melihat Steven, aku mendekat dan menyapa : “Steven!”

Langkah Steven terhenti : “Kalian datang untuk mengikuti tender lahan ini?”

Tatapan matanya melewatiku dan mendarat pada Weni .

Weni mengangguk.

“Presdir Himura, apakah ini adalah Nona Demina?” gadis cantik yang berdiri disamping Steven bertanya.

Suara ini begitu tidak asing, ini adalah suara yang terdengar di telepon semalam.

Melihat penampilannya, aku semakin yakin, dia memang wanita yang berada dalam foto itu.

Ketika melihatny, tubuhku membatu, tatapanku penuh dengan ekspresi tidak percaya.

Namun aku berkata diriku kalau ini pasti jebakan dari wanita ini, mungkin saja Steven sama sekali tidak mengetahui semuanya.

Aku baru ingin berbicara dengan Steven, acara sudah dimulai.

Tempat dudukku dengan Steven agak jauh, aku hanya bisa melihatnya duduk berdampingan dengan wanita itu.

Sepanjang acara melihat wanita itu dengan sengaja berbisik dan bersikap akrab pada Steven, membuatku marah sampai sekujur tubuh bergetar.

Dan hingga akhir, bahkan apa yang dilelang diacara tender ini pun aku tidak mendengarnya.

Seluruh perhatianku terfokus pada Steven, memperhatikan semua gerakannya.

Setelah acara selesai, ekspresi Weni terlihat begitu buruk.

Aku baru ingin mengejar Steven, aku ingin bertanya padanya, ada apa diantara dirinya dan wanita itu, namun aku dipanggil oleh Weni .

Ada kekecewaan yang tidak bisa diungkapkan dalam tatapan matanya terhadapku.

“Safira, kamu sungguh membuatku kecewa.” Dia berkata sambil menggeleng kearahku.

“Ma…aku.”

Aku tidak tahu harus mengatakan apa, hatiku begitu sakit bagaikan teriris.

Aku bukan tidak percaya pada Steven, aku hanya membutuhkan sebuah penjelasan darinya untuk merasa tenang.

“Tender kali ini aku mengajakmu datang untuk membiarkanmu belajar, tapi lihat apa yang kamu lakukan! Sejak mulai sampai selesai sama sekali tidak mendengarkan, sama sekali tidak fokus.” Kekecewaan Weni sama sekali tidak bisa ditutupi.

Tiba-tiba ada rasa sedih, murung yang mendera hatiku sampai rasanya berat untuk bernafas.

“Ma, maaf!”

Aku hanya bisa menunduk dan meminta maaf.

“Kamu bukan bersalah padaku, Safira, kalau terlalu fokus dalam percintaan, yang terluka adalah dirimu sendiri, ibumu ini adalah orang yang sudah pernah mengalami semuanya, dan sekarang aku sudah sadar kalau didunia ini hanya diri sendiri yang bisa diandalkan.”

“Ma, Steven berbeda.” Aku menjelaskan dengan tergesa-gesa.

“Aku tahu, dalam hatimu dia berbeda, aku juga tahu hubungan kalian sekarang baik, namun siapa yang bisa menjamin hubungan kalian akan bak selamanya, tidak akan berubah!”

Mendengar apa yang Weni katakan, aku menjadi panic.

Benar!

Aku sudah bukan anak-anak, bukankah David juga begitu manis padaku, begitu lembut padaku, namun setelah beberapa tahun berlalu, perasaannya juga ikut berubah seiring waktu.

Ditambah dengan sikap Steven hari ini, membuatku semakin gundah.

Apakah sepanjang perjalanan ini hanya aku yang berpikir positif secara membabi buta?

Novel Terkait

My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu