Perjalanan Selingkuh - Bab 72 Apakah Papa Sudah Tidak Menginginkanku Lagi?

"Makan yang banyak, sebentar lagi kita harus naik ke panggung!" aku mengambil sepotong kue strawberry dan menyuapkannya ke mulut Ami.

"Mama, enak sekali!" Ami makan sambil tersenyum dengan gembira.

"Dasar orang kampung....."

Tiba-tiba dari samping terdengar suara ejekan seseorang.

Awalnya Ami makan dengan sangat gembira, tetapi setelah mendengar perkataan ini, tangannya tiba-tiba diam lalu dia menatapku dengan tatapan bersalah.

Aku menepuk tangan Ami : "Ami makan saja! Ada beberapa tante-tante yang jika sudah tua dan memasuki masa menopause, maka dia akan selalu tidak menyukai apapun yang dilihatnya, ini bukan salah kita."

"Siapa yang kau maksud dengan sudah menopause?" seorang wanita paruh baya berjalan kemari dengan garang.

Dia berpakaian dan berdandan dengan sangat modis, tubuh dan wajahnya sangat terawat dengan baik, usianya yang 50an terlihat seperti wanita berusia 40an, dia jelas adalah seorang nyonya kaya yang terbiasa hidup mewah.

"Aku hanya sedang berbicara dengan anakku." aku menjawabnya sambil tersenyum.

Pandangan matanya berpindah dari wajahku ke wajah Ami, ekspresinya tiba-tiba terlihat sangat terkejut.

"Kalian siapa? Siapa yang mengijinkan kalian masuk kemari?" dia meninggikan suaranya dan menatapku dan Ami dengan marah.

Suaranya segera saja menarik perhatian orang-orang di sekeliling kami.

Ami merasa sedikit takut, dia menarik ujung bajuku dan bersembunyi di belakangku.

"Aku diundang oleh seseorang, aku mempunyai undangannya."

Setelah itu aku mengeluarkan undangan berwarna merah muda berbingkai emas dari dalam tasku.

Di atasnya tercetak versi kartun dari Steven dan Sunni, di tengahnya ada bentuk hati yang sangat besar, desainnya penuh dengan romansa merah muda.

"Keluarga Sunni benar-benar yah, sembarangan mengundang orang." wanita itu mengejekku sambil memelototiku, setalah itu dia berbalik dan pergi dengan sepatu hak tingginya.

Aku menarik nafas dalam dan memberitahu diriku sendiri, tahan, harus tahan, tujuan aku datang kemari hari ini adalah untuk menghancurkan pesta pertunangan ini, bukan untuk bertengkar dengan orang bodoh.

Saat musik di pesta pertunangan terdengar, pembawa acara berdiri di atas panggung dan memulai pidato.

Saat aku melihat Sunni berjalan melewati karpet merah sambil menggandeng lengan Steven, aku menarik Ami dan berjalan ke depan dengan garang.

"Tunggu sebentar--"

Aku berteriak dengan yakin.

Orang-orang di sekeliling kami satu persatu melihat ke arah kami, aku menarik Ami yang sedikit tegang dan berjalan di atas karpet merah dengan diikuti pandangan terkejut Steven dan Sunni.

"Apa yang terjadi?"

"Kenapa masih belum mengusirnya keluar...."

Begitu keluar perintah, penjaga keamanan langsung memegang tanganku dan Ami, ingin menarik kami keluar dari sana.

Dalam seketika Ami menangis dengan kencang, lalu melihat Steven dan berteriak dengan sedihnya : "Papa, apakah papa sudah tidak menginginkanku dan mama lagi?"

"Papa--"

"Steven, apakah kau mau mencampakkan kami berdua? Bagaimana kau bisa berbuat seperti itu?" aku juga dalam sekejap meledak dalam aktingku sendiri, aku menangis dengan sangat sedih.

Aku melihat raut wajah Steven berubah muram, melihat wajah Sunni yang terlihat seperti ingin memakanku.

"Papa--"

Ami menangis tersedu-sedu, terlihat sangat sedih. Membuat orang yang melihatnya merasa kasihan.

"Lepaskan mereka dulu."

Sebuah suara yang berat datang menerobos kerumunan, setelah itu, aku melihat seorang pria yang wajahnya mirip dengan Steven muncul di depanku.

Kelihatannya umurnya kira-kira 50 atau 60an, sepertinya dia adalah papa Steven!

Dia menyuruh petugas keamanan yang memegang tangan Ami untuk pergi dari sana, lalu dia berjongkok dan menatap Ami : "Adik kecil, beritahu kakek, siapa papamu?"

Ami menghapus air matanya dan menatapnya dengan tatapan memelas, lalu dia tanpa sadar mendekat ke arahku.

"Kalian lepaskan aku." aku memberontak dan melepaskan diri dari cengkraman petugas keamanan di lenganku lalu segera memeluk Ami.

Sekarang aku agak sedikit takut, aku tidak menyangka kalau masalahnya akan menjadi seserius ini, tadi Ami pasti sangat takut.

"Ami, jangan takut, jangan takut, sekarang aku akan membawamu pergi dari sini." aku memeluk tubuhnya dan menghiburnya dengan lembut.

"Jangan takut, aku hanya ingin menanyakan beberapa hal kepada anak ini." Papa Steven tersenyum dan terlihat baik.

Aku melindungi Ami dan berkata kepadanya : "Anak ini penakut, jangan menakutinya, jika kau ingin bertanya, maka bertanya padaku saja!"

"Baiklah kalau begitu, aku bertanya kepadamu, apakah anak ini benar adalah anak Steven?"

"Tentu saja, kau lihat saja wajahnya, bisa dipalsukan tidak?"

Aku berbohong dengan percaya diri.

Tetapi banyak orang di sekeliling kami yang mengangguk dan menyetujuinya.

Tadi mereka sudah melihat wajah Ami dengan jelas, pasti mereka dapat melihat kalau dia sangat mirip dengan Steven, jika ada yang mengatakan kalau mereka bukan papa dan anak, pasti hanya sedikit orang yang percaya.

Papa Steven menunduk dan menatap Ami, matanya menatapnya dengan teliti bagaikan sinar X-ray, akhirnya tatapannya jatuh kepada tanda lahir berwarna biru yang ada di lengan Ami

Setelah dia melihat hal itu, dia menganggukkan kepala : "Sepertinya benar, anak di keluarga kami di lengannya semua mempunyai satu tanda lahir biru."

Aku sangat terkejut, dulu aku benar-benar tidak memperhatikan hal ini, ini sangat kebetulan sekali!

"Gadis kecil, beritahu kakek, siapa namamu?"

Papa Steven melambaikan tangannya kepada Ami.

"Darius, apa maksudmu?" tiba-tiba terdengar suara lainnya yang terdengar sangat marah.

Sepasang suami istri paruh baya jalan kemari sambil bergandengan tangan, saat aku melihat wajah mereka, aku merasa sangat terkejut, rasanya aku ingin menangis.

Aku tidak bisa mengatakan dengan jelas kenapa saat ini hatiku merasa sangat sedih.

"Pernikahan antara Steven dan Sunni akan berlanjut, tetapi anak keluarga kami tidak boleh berkeliaran di luar." Darius menoleh dan menatap pasangan suami istri itu.

Melihat mereka yang kelihatannya sudah mau bertengkar, Steven berjalan kemari sambil membawa Sunni.

"Linda, apa yang ingin kau lakukan?" Steven menatapku dengan dalam.

"Linda, aku dengan baik hati mengundangmu untuk datang ke pesta pertunanganku, kau malah tidak tahu mendapatkan anak liar ini dari mana untuk membuat keributan di pesta pertunanganku." Sunni menggertakkan giginya dan melihatku dengan benci, kata-kata yang dikeluarkannya mengandung kebencian.

"Safira, ayo ke samping papa dan mama." wanita paruh baya itu melambaikan tangannya kepada Sunni dengan lembut.

Aku melihat Sunni tersenyum dengan cerah dan berjalan ke samping pasangan suami istri itu, hatiku tiba-tiba merasa sakit, air mataku langsung mengalir keluar.

Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa bereaksi seperti ini, mereka berdua ini sepertinya adalah Weni dan Siro! Papa dan mama Sunni yang baru ditemuinya kembali.

Weni memanggil Sunni ke sampingnya lalu saat dia melihatku, tatapan matanya tiba-tiba berubah menjadi tajam : "Aku tidak peduli apa tujuanmu, kau sudah berani menghancurkan pesta pertunangan putriku, aku akan membuatmu menanggung akibatnya."

Setelah mendengar perkataannya, hatiku semakin merasa sakit.

Aku juga tidak bisa menjelaskan perasaan yang seperti apa, datang dengan kuat dan tiba-tiba.

Saat ini, aku bahkan hampir melupakan tujuan awalku datang kemari, aku membuka mulutku tetapi tidak ada kata-kata yang keluar darinya, hanya merasa dadaku sangat sesak sampai tidak bisa bernapas.

"Mama, wanita ini adalah teman kuliahku, karena dia iri dengan wajahku, dia sengaja mengoperasi wajahnya." Sunni memeluk lengan Weni sambil berbicara menghadapku.

"Aku tidak--"

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu