Perjalanan Selingkuh - Bab 144 Dia Adalah Istriku (1)

Setelah Sisi datang kemari, dia menemukan dirinya yang dulu lagi.

"Beberapa tahun belakangan ini, aku selalu tanpa sadar membuat diriku sama luar biasanya dengan Sasi, namun aku menyadari kalau sebenarnya aku tidak bahagia sedikitpun."

Sisi menarik tanganku dan berjalan melewati jalan gunung yang sudah dibuat menjadi ubin batu yang rapih, bagaikan seorang peri yang membawaku sampai ke tempat yang paling tinggi.

"Perubahan disini sangat besar sekali."

Sisi menemukan sebuah tempat duduk dari batu dan duduk disana, dia menepuk-nepuk tempat di sisinya, mengisyaratkanku untuk ikut duduk.

Ada bunga-bunga kecil berwarna kuning dan ungu yang tidak kuketahui namanya tumbuh di lereng bukit, jika melihat satu bagian begitu saja tidak terlihat indah, namun jika digabungkan menjadi satu malah terlihat indah sampai terlihat memabukkan.

Cahaya matahari terbenam menyinari kami, terlihat tenang dan juga indah.

Aku tahu kalau Sisi mempunyai banyak masalah yang disimpan di dalam hatinya dan berusaha untuk disembunyikannya, bagaikan sebuah beban berat yang harus ditanggungnya.

Kali ini, melupakan semua masalah itu malah lebih baik.

"Sudah lama sekali aku tidak pernah bersenang-senang seperti ini."

Kami saling bersandar satu sama lain, seperti saat kami masih adalah seorang mahasiswa, saat kami bersama-sama menghafal kosa kata Inggris di kampus, cahaya matahari yang jatuh menyinari tubuh kami membuat kami terlihat seperti memakai selapis kain kuning.

Malam harinya, kami tinggal di hotel yang ada di sebelahnya, namun karena orangnya sangat banyak, aku dan Sisi tidur di satu kamar, tetapi untung saja pemandangan dari kamar yang tersisa itu adalah yang terbaik.

Saat tirainya dibuka, kami dapat langsung melihat keindahan di balik gunung.

Sisi menunjuk ke kejauhan, disana terlihat gelap sehingga sudah tidak dapat melihat pemandangannya dengan begitu jelas, namun dia malah menunjuk ke satu arah.

"Disana, ayahku membeli sebidang tanah, dia berkata kalau tempat itu memiliki fengshui yang baik, nenekku dan Sasi dimakamkan disana, aku berpikir, kelak nanti itu juga akan menjadi tempat peristirahatanku yang terakhir."

"Apakah ayahmu percaya kepada fengshui?" aku menoleh dan menatapnya.

****(fengshui adalah kepercayaan tentang keberuntungan)*****

"Orang yang berbisnis pasti percaya akan hal itu." setelah itu, Sisi tertawa mengejek : "Waktu itu, karena diramalkan aku akan membuat bisnisnya tidak baik, dia langsung membuangku disini dan tidak mempedulikanku sama sekali."

"Kalau begitu kenapa kemudian ayahmu menjemputmu kembali?"

"Karena peramal kacangan itu berkata, anak kembar, yang satu sudah pergi, yang satu harus diambil, makanya dia menjemputku kembali, ayahku mengambilku juga demi kekayaannya itu."

Aku dulu selalu mengira kalau keluarga Sila memperlakukan Sisi dengan sangat baik, jika tidak, Sisi tidak akan bisa memiliki karakter yang seperti ini, sekarang aku baru tahu kalau pemikiranku ternyata salah.

"Ada banyak sekali hal-hal kotor yang sudah dilakukan oleh orang-orang kaya, tidak setenang dan sebaik yang seperti orang-orang lihat."

Setelah itu, Sisi tidak mengatakan apapun lagi.

Dia sangat jarang membicarakan soal keluarganya kepadaku, kali ini adalah sebuah pengecualian.

Namun aku juga tidak akan banyak bertanya, jika dia ingin membicarakannya, maka aku akan mendengarkannya, aku tahu kalau dia bukan sengaja ingin menyembunyikannya, dia hanya tidak ingin mengungkit soal itu saja.

Kami menginap semalam di sini, keesokan harinya kami pergi bersama ke makam nenek Sisi dan Sasi.

Aku melihat foto yang ada di atas batu nisan, Sasi dan Sisi benar-benar sangat mirip, namun Sasi terus berhenti di umur 14 tahun, senyumannya terlihat lembut dan tenang, terlihat seperti nona besar yang dibesarkan di keluarga kaya.

Sedangkan Sisi, karakternya dari pertama kali aku mengenalnya sudah berapi-api, bagaikan siluman wanita penggoda yang datang ke dunia.

Saat mobil yang kami naiki sedang dalam perjalanan pulang, ponsel Sisi terus berdering dengan nyaring.

"Ayahmu."

Saat aku melihat nama peneleponnya, aku merasa sedikit ragu apakah harus memberitahu Sisi.

"Tolong bantu aku mengangkatnya."

Setelah itu, Sisi memasang earphone dan menjawab panggilannya sambil mengendarai mobil.

Aku melihat wajah Sisi semakin lama semakin tidak enak dilihat, akhirnya dia langsung mengerem mobilnya dan berhenti.

"Kenapa?"

Sisi melepaskan earphone di telinganya : "Tidak apa-apa, dia hanya mengambil kembali saham yang awalnya ingin diberikan kepadaku."

"Kita langsung kembali ke Shanghai." Sisi berkata sambil menatapku.

Aku mengangguk : "Boleh juga."

Aku memang sudah berencana untuk bekerja di perusahaan Jason, sekarang memang sudah saatnya untuk kembali.

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu