Perjalanan Selingkuh - Bab 182 Ada Hal Tersembunyi Lainnya

Kalau mendengar bagian awal masih kuanggap mendengar cerita, tapi mendengar bagian belakang, aku tiba-tiba merasa ini mungkin bukan cerita, tapi adalah hal yang sungguh pernah terjadi.

Karena kepingan logam emas dan giok keselamatan itu memang ada.

“Apa kegunaan dari dua barang ini sekarang?” Aku menelan air ludah, bertanya Wina.

“Itu adalah kunci untuk membuka tempat suci aliran Yun Yin, di sana tertinggal warisan ribuan tahun aliran Yun Yin.”

Mendengar sampai di sini, aku menjadi tertegun, kalau cerita ini semuanya benar, kalau begitu warisan di tempat suci seharusnya ada banyak sekali harta yang berharga, terlebih lagi mendengar ibu menggambarkan siasat perang yang menakjubkan, juga buku kedokteran yang hebat, dan juga barang berharga kuno, juga bisa dibilang terlalu menakjubkan.

Kalau ini benar, barang-barang itu lebih menggiurkan lagi dari perhiasan emas perak.

Pantas saja dulu bisa mengundang rencana jahat kerajaan, barang-barang ini cukup membuat banyak orang tergiur, tapi berita ini kalau masih ada orang tahu, pasti juga bisa ada orang berencana jahat.

“Ma, bertahun-tahun seperti itu, apa tidak ada orang yang menggunakan medali emas membuka tempat suci itu?” Aku mendongak tanya ke wanita itu.

Barang-barang ini, jujur dikatakan, sampai sekarang ini aku belum mengerti sepenuhnya, karena memang agak tidak masuk akal, tapi dipikir dengan seksama, sepertinya juga masuk akal.

Mengingat cerpen bersumber dari kehidupan, di cerita sejarah masyarakat juga meninggalkan beberapa cerita, itu menjelaskan memang benar pernah ada.

Berpikir sampai sini, dalam hatiku mulai berharap, seakan dunia ini tiba-tiba terbuka sebuah pintu baru besar dan menungguku untuk mengeksplorasinya.

“Untuk membuka tempat suci selain perlu barang ini, masih perlu darah manusia.”

“Darah manusia?” Ini juga terlalu berlebihan!

“Tidak perlu banyak, cerita dari leluhur mengatakan, perlu ada orang yang berjodoh, tapi ratusan ribu tahun ini, terus tidak mengerti kenapa alasannya, hanya bisa mewarisankan terus dari satu generasi ke satu generasi, setelah waktu berlalu lama, barang ini juga hampir menjadi barang yang tak berguna tapi sayang untuk dibuang, tapi bagaimanapun barang yang milik leluhur, tidak bisa menghilangkan pesan dari leluhur, maka juga menjadi barang petanda anggota keluarga Demina, sama juga dengan keluarga Himura.”

Bersemangat lama sekali, baiklah! Terakhir juga hanya bisa menganggapnya jadi sebuah cerita saja.

“Tempat suci itu ada dimana?”

Aku juga tidak bisa menahan rasa penasaran bertanya.

“Waktu berlalu lama, sudah lupa, tapi, katanya peta tersembunyi di dalam satu buku kuno.”

“Sungguh makin berkhayal saja, ini juga telalu lucu sekali.”

Bisa dibilang, barang-barang ini sama sekali melebihi khayalanku, bahkan sampai sekarang, aku masih berpikir, apa sedang bermimpi.

Memikirkannya, aku tidak tahan untuk mencubit pahaku sendiri, kesakitan sampai memperlihatkan gigi baru berhenti.

“Kamu ini, tidak ada apa-apa kenapa mencubit diri sendiri? Apa sudah jadi bodoh?” Wajah Wina penuh khawatir melihatku.

“Aku ini mau melihat apa bukan sedang bermimpi!”

Usai mengatakan, mendongak melihat dia berkata: “Betapa baiknya kalau kamu bisa sadar terus seperti ini.”

Wina menghela nafas: “Aku juga berharap begini.”

Lalu, dia tiba-tiba berkata padaku: “Aku tetap merasa pemikiranku jadi lebih berantakan lagi juga karena ada hal tersembunyi lainnya, aku tidak percaya terjatuh sekali bisa membuat orang menjadi gila.”

“Yang kamu maksud kamu mungkin sudah dicelakai oleh mereka?” Aku melototkan mata dengan lebar, dengan takjub melihat ke arahnya bertanya.

“Aku kedengaran kenyataan-kenyataan itu, sebelumnya aku juga sudah dibohongi untuk mengalihkan saham keluar, seperti itu, bagi mereka keberadaanku juga sudah tidak diperlukan lagi, manusia, selain mati, menjadi bodoh adalah cara yang paling baik untuk dituntaskan.”

Berkata sampai sini, kegelapan di matanya tersentak.

“Apa dia tahu?” Aku membuka mulut, nada suara berbelit-belit.

“Maksudmu Siro?” Dia membalikkan badan melihatku, ujung bibir tersenyum bertanya.

Aku tertunda sedetik lalu mengangguk.

“Seharusnya tahu!” Dia perlahan mengangguk, sorotan mata terluka.

Setelah lama sekali, aku kelihatan dia seakan terjerumus masuk ke dalam dunianya sendiri, saat sedang mengintrogasi dia, baru menemukan, tidak tahu sejak kapan kembali lagi ke kondisi linglung.

“Ma….”

Aku mencoba memanggilnya.

“Safira, ulang tahun kakekmu sudah hampir tiba?” Dia tiba-tiba menoleh, mata terang berkilau melihatku bertanya.

Aku seketika tidak bisa menjawab, mengangguk setelah terdiam sedetik: “Sepertinya tanggal 25 Oktober.”

Dihitung-hitung, sepertinya masih tinggal 6 hari lagi, aku tidak menyangka mama yang sudah jadi gila dan bodoh masih ingat dengan ulang tahun kakek.

“Bagaimana kalau kita pergi memilih bersama satu kado untuk kakekmu? Aku ingat kamu tahun lalu menari balet dengan satu lagu untuk kakekmu, kakekmu tertawa lebar seperti bunga yang mekar, kamu tidak tahu saja, saat itu kakekmu diam-diam pamer dengan teman-temannya lama sekali.” Dia berkata panjang lebar.

Dengan sangat mudah ingatan yang kubenam tercongkel keluar.

Yang dia katakan itu adalah masalah saat aku berumur 9 tahun, waktu itu pesta ulang tahun ke-60 kakek, karena mengadakan satu pesta besar, acara yang sangat serius, karena ini aku berlatih menari dengan keras seminggu dengan guru, hanya untuk memperlihatkan tarian ke kakek, itu juga adalah hadiah ulang tahun yang kuberikan ke dia.

Tidak disangka, setelah bertahun-tahun lamanya, dia masih bisa ingat adegan saat itu.

“Safira, kali ini, kamu mau menyiapkan hadiah apa untuk kakek?” Dia menoleh, agak nakal melihatku, lebih banyak kenakalan seorang gadis kecil, dibanding dengan yang dulu.

“Beli hadiah saja!”

Aku sekarang juga tidak ada bakat apa yang bisa dikeluarkan, ditambah lagi, sekarang orangnya sudah tidak ada lagi, melakukan apapun juga sia-sia.

“Kalau begitu bagus, kita sama-sama pilih kado, aku ingat kakekmu paling suka peralatan teh porselin, aku pergi beli satu set untuknya.”

Dia mengatakan dengan wajah yang penuh semangat, aku juga tidak sampai hati untuk merusak khayalannya, tidak berani memberitahu dia, kakek sudah meninggal, beberapa bulan lalu.

Aku menahan air mata, mengangguk: “Baik, aku temani kamu pergi beli bersama.”

Setelah pergi dari kamar, baru menemukan bahwa Steven dan Siro sedang duduk di ruang tamu ngobrol dan minum teh, bilangnya saja ngobrol sebenarnya agak sedikit terpaksa, hubungan di antara dua orang juga tidak serasi seperti dilihat dari permukaan.

Tunggu setelah aku membawa Wina keluar, keduanya mendongak, mengangguk setelah keduanya terdiam: “Kalian sudah keluar.”

Lalu kedengaran Steven tersenyum berkata: “Tadi aku sudah mendiskusikan dengan baik bersama paman Li, besok dengan formal mengadakan jumpa pers, mengklarifikasikan statusmu.”

Mendengar perkataan Steven, aku tak bisa menahal untuk memindahkan sorotan mata ke Siro.

Kelihatan wajahnya yang berat, ekspresinya terlihat tidak terlalu baik.

Bisa diduga, hal ini seharusnya juga bukan dengan rela hati.

Juga tidak tahu Steven mengatakan apa dengan dia, membuat dia tidak bisa tidak menyetujui, dalam hati tak bisa dihindari untuk lebih kagum lagi terhadap pria itu.

Tak peduli Li Jin ataupun Siro, seakan asal Steven mau apa, terakhir tujuannya bisa tercapai, kecakapannya menebak hati orang membuat takut orang.

“Sudah pulang, pilih satu kamar untuk tinggal!” Siro melihatku sebentar berkata.

“Tinggal di kamar waktu aku kecil dulu saja!” Aku dengan leluasa membuka mulut berkata.

Aku tahu, kamar itu sekarang sudah ditempati oleh Sunni.

Tujuan aku mengatakan perkataan ini, juga mau mengusir Sunni keluar, merambas milik orang pada akhirnya suatu hari harus dikembalikan.

Novel Terkait

Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu