Perjalanan Selingkuh - Bab 260 Meminjam Uang

Waktu aku mengikuti Weni Demina kembali ke keluarga Demina, Weni memberi orang tua angkat aku uang sejumlah 10M sebagai bentuk terima kasih. Bahkan karena uang itu, orang tua angkatku berjanji kepada Weni bahwa hubungan aku dan mereka telah berakhir sampai sana.

Setelah mengetahui hal ini dari Weni, aku merasa diriku dijual dengan harga 10M. Tetapi tidak tahu mengapa, hatiku merasa agak lega.

Mendengar kata-kataku, ekspresi ibu pun menjadi kaku: "Uang itu sudah digunakan untuk membeli rumah. Kamu juga tahu harga rumah Beijing terlalu tinggi, 10M juga hanya bisa membeli rumah seluas 100 meter persegi lebih"

"Kalaupun begitu, kalian juga harus menyisakan uang untuk merawat penyakit ayah! Kalau benaran tidak bisa, jualah rumah di kampung"

"Kak..." Puput memanggil dengan hati-hati.

Dulu aku mengira marga Puput Titian hanya sebuah kebetulan, karena orang yang memiliki marga Titian juga termasuk banyak, tidak menyangka dia benar-benar memiliki hubungan saudara dengan ibu kandungku.

Meskipun aku tidak pernah berinteraksi dengan Puput , dari waktu menjadi rekan kerjanya, aku bisa melihat dia adalah seorang gadis yang sangat sederhana.

Aku menoleh kepada Puput dengan ekspresi yang lembut.

Puput kemudian pun berkata: "Bibi membeli rumah atas nama anak gadisnya, jadi..."

Setelah mendengar kata-kata Puput , aku pun mengerti. Ternyata mereka membeli rumah atas nama Yosi dan sepertinya Yosi sudah tidak mau menghirau mereka lagi setelah mendapat rumah.

"Bagaimana dengan rumah di kampung?" Aku bertanya.

Tatapan Puput mengedipkan cahaya, "Sudah dijual dari kemarin. Semua uang dikumpulkan untuk membeli rumah di Beijing yang bergaya kuno, luasnya kurang dari 200 meter persegi!"

Rumah yang kurang dari 200 meter persegi, mendengar nada suara mereka yang santai, orang akan mengira rumah kota Beijing sangat tidak berharga!

Dulu waktu bersama David, rumah kami di Shanghai dibeli dengan kredit. Rumah seluas seratus meter persegi dengan harga kredit beberapa Milliar. Pinjaman bulanan yang harus dibayar bisa membuat orang tertekan sampai tidak bisa berdiri, bahkan kondisi kami sudah termasuk ke kategori keluarga yang mampu. Banyak orang yang berjuang sepanjang hidup dan bahkan tidak bisa mengumpulkan uang untuk membayar dp rumah.

"Linda, ibu dari dulu mencoba untuk menelpon kamu, tetapi telpon kamu selalu tidak aktif. Awalnya ibu ingin meminjam uang dengan kamu, tetapi ibu tidak bisa menemukan kamu. Sekarang kebetulan kita bertemu, apakah kamu bisa memberi ibu sedikit uang lagi?" Ibu melihat aku dengan wajah kasihan.

Di dalam kesan aku, meskipun ibu terlihat sangat lembut dari penampilan, kata-kata dia dan perilaku dia semuanya sangat egois dan dia sangat suka memaksa orang dengan menggunakan alasan budi agar bisa mendapatkan keuntungan.

"Maaf, aku ingat hubungan kita sudah berakhir ketika kalian menerima uang 10M itu" Aku melihatnya dengan dingin.

Aku tidak percaya dia sama sekali tidak memiliki uang sisa. Berdasarkan pengenalan aku terhadap dia, dari 10M itu pasti ada sisa lagi setelah membeli rumah.

"Mengapa kamu begitu? Mau bagaimanapun, kami telah mengasuh kamu beberapa tahun" Ibu tiba-tiba berteriak dengan kuat, ekspresinya terlihat sangat emosional.

Tatapan semua orang juga tertuju kepada kami.

Ekspresi Puput juga tidak begitu bagus.

Sementara Steven yang dari tadi tidak bersuara pun langsung menghalang di depanku dan menatap ke ibu angkatku dengan wajah yang digin: "Kalau bukan kalian membawa pergi Safira, bibi Weni juga tidak perlu merasakan sakit hati kehilangan anaknya selama belasan tahun, kakek Demina juga tidak akan jatuh sakit karena terlalu kangen kepada cucunya. Egois kalian menghancuri keluarga lain secara keseluruhan, kalian bahkan membohongi Safira dan membiarkan dia menjadi pengganti anak putri kalian. Sekarang kalian masih ada wajah membahas tentang budi mengasuh?"

Aura Steven sangat kuat, dia melindungi aku di belakangnya dengan aman.

Setelah berkata, Steven pun menarik aku dan berjalan pergi dari mereka, "10M itu adalah biaya terima kasih yang diberikan bibi Weni kepada mereka. Kalian sudah tidak berhubungan lagi"

"Kak…" Melihat kami mau pergi, Puput pun memanggil aku lagi.

Aku menghentikan langkahku dan menoleh kepadanya: "Kakak kamu bukan aku, tetapi Yosi"

Setelah berkata, aku dan Steven langsung berjalan ke arah Si Tua Ye berada.

Suara bisikan berdering dari sana sini. Dalam masyarakat zaman sekarang, mau apapun yang dilakukan orang tua, selama mereka tidak membunuh anak-anaknya, anak-anak harus mematuhi keputusan mereka tanpa syarat. Meskipun para orang tua tidak akan bisa bertindak seperti itu jika mereka mengganti posisi dengan anaknya, mereka akan memaksa dengan alasan budi. Mereka hanya bisa menunjukkan keluruhannya waktu mereka meremehkan orang lain.

Sejak aku tinggal bersama orang tua angkatku, mereka sangat jarang membawa aku bertemu dengan para kerabat dan teman. Sekarang berpikir kembali, sepertinya mereka takut orang lain akan meragu setelah melihat penampilan aku. Meskipun perubahan pertumbuhan gadis itu sangat drastis, perubahan aku terlalu tidak masuk akal, karena penampilan aku dan Yosi berbeda sangat jauh.

Aku hanya sempat pulang waktu nenek meninggal. Karena belasan tahun tidak berjumpa, banyak kerabat telah melupakan penampilan aku dan mereka hanya merasa asing ketika melihat aku. Kalau tidak membanding, kesempatan orang menyadari perbedaan drastis penampilan aku sangat rendah. Meskipun begitu, nenek yang telah mengasuh Linda sejak kecil tetap bisa menyadari perbedaan aku dan Yosi dalam satu tatapan.

Steven berhenti berjalan dan bertanya: "Apakah kamu baik-baik saja?"

Melihat ekspresi Steven yang dipenuhi kasih sayang, aku mengangguk dengan ringan, "Iya. Hanya merasa sedikit sedih saja"

"Mereka tidak pantas dengan kesedihan kamu" Steven mengelus kepalaku untuk menghibur aku.

Aku mengangguk. Meskipun aku telah memahami semua ini, ketika menghadapinya secara terus terang, aku tetap akan merasa sedikit sedih. Bagi aku, untuk masalah orang tua angkat aku selalu menganggap aku sebagai pengganti dan boneka mereka, aku akan merasa sakit hati setiap kali memikirkannya.

Waktu aku memasuki apotek, aku melihat Dennis sedang memeriksa nadi pasien, sementara Si Tua Ye duduk di sampingnya dan memberi petunjuk kepada Dennis dari waktu ke waktu.

Kalau ada penyakit yang susah disembuhkan, Si Tua Ye akan beraksi secara personal.

Melihat kedatangan aku, Dennis hanya sekedar melirik kepadaku sebelum lanjut menanyakan kondisi pasien, waktu aku baru mau bersuara, Steven menarik lenganku untuk duduk di samping sudut.

"Tunggu dia selesai saja!"

Aku mengangguk dan menahan pemikiranku untuk sesaat.

Membanding dengan pasien-pasien ini, masalah aku dan Steven sama sekali tidak termasuk penting. Acara ini adalah klinik gratis, orang yang datang semuanya adalah orang-orang miskin yang tidak sanggup memeriksa ke rumah sakit besar dan memutuskan untuk mencoba di sini. Seiring waktu berjalan, reputasi Si Tua Ye menjadi semakin bagus sampai banyak orang dari luar kota sengaja berangkat ke sini untuk diperiksa Si Tua Ye yang acaranya hanya diadakan seminggu sekali.

Mereka akan menunggu dari sore hingga malam, sampai lampu lentera dinyalakan para pasien baru pulang dengan puas.

Dennis sibuk memijat bahu Si Tua Ye.

Sementara aku langsung beraksi, menuangkan segelas air dan memberinya kepada Si Tua Ye. Kemudian memanggil dengan nada suara manis: "Kakek Ye"

Si Tua Ye menjawab 'Iya' dengan tatapannya tertuju kepada Steven.

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu