Perjalanan Selingkuh - Bab 51 Aku Tidak Mau Dijadikan Kambing Hitam
Bab 51 Aku Tidak Mau Dijadikan Kambing Hitam
"Mereka ada di rumah sakit mana?"
"Di rumah sakit pusat kota."
Setelah Adit selesai berbicara, aku langsung berbalik dan pergi : "Aku pergi ke rumah sakit untuk melihatnya."
Adit segera mengejarku : "Linda, kali ini kau jangan pergi ke sana untuk menambah masalah."
Menambah masalah? Dia mengira aku pergi ke sana untuk menambah masalah?
Aku menoleh untuk melihat Adit lalu berkata dengan serius : "Adit, aku tidak mendorongnya, benar-benar tidak mendorongnya, kau percaya atau tidak?"
Adit tidak berkata apa-apa, hanya terdiam saja.
Aku tertawa dengan pahit : "Saat itu saja aku tidak mencelakakan anak Ling Ling, bagaimana mungkin aku bisa mendorong Kinara sampai jatuh."
Setelah itu, aku langsung berbalik dan pergi dari sana.
"Linda, dia dikamar nomor 301!" Adit tiba-tiba mengatakan hal itu kepadaku.
"Terima kasih!" Aku menoleh dan tersenyum kepadanya.
Aku tahu, jika Adit memberitahuku nomor kamar itu, maka itu berarti dia sudah mempercayaiku.
Terima kasih Adit, temanku.
Aku memberhentikan taksi di depan perusahaan lalu segera pergi ke rumah sakit.
Saat aku berdiri di depan kamar rawat inap, langkahku malah berhenti di depan sana, tiba-tiba saja aku tidak tahu bagaimana cara menghadapi Steven.
Atau bisa dibilang, apakah Steven akan mempercayaiku? Tidak peduli perasaannya terhadap Kinara seperti apa, selama anak yang di perut Kinara adalah anaknya, dia tidak akan mungkin tidak peduli!
Saat aku sedang berpikir, pintu kamar tiba-tiba terbuka, dokter yang memakai jas putih keluar dari dalam kamar.
Aku segera minggir ke samping, lalu mengikuti langkah dokter itu dan bertanya kepadanya : "Bagaimana keadaan pasien yang di dalam?"
Dokter menggelengkan kepalanya sambil menghela napas, di wajahnya terlihat ekspresi sangat disayangkan.
Aku sangat kaget sekali, apakah terjadi sesuatu kepada Kinara? Saat ini, di hatiku tidak ada rasa bahagia, hanya ada rasa takut, meskipun penyebab hal itu bisa terjadi adalah dirinya sendiri, tetapi aku juga tidak mampu menghadapi kehilangan nyawa seseorang.
Aku tidak lagi memperdulikan hal lainnya, langsung menerobos masuk ke dalam kamar pasien.
Keluarga pasien yang sedang berada di dalam, semuanya bengong melihatku : "Kau siapa?"
Aku melihat mereka semua, tidak ada Steven, tidak ada Kinara.
Yang berbaring di atas ranjang adalah seorang nenek tua yang menggunakan bantuan oksigen.
Akhirnya aku menyadari kalau aku sudah salah masuk kamar, aku merasa sangat malu sekali : "Maaf, aku salah masuk kamar, maaf...."
Aku terus-menerus membungkuk dan mengucapkan maaf pada mereka.
"Nona, kau tidak boleh tiba-tiba menerobos seperti itu, jika pasien kaget karenamu, maka kau harus tanggung jawab." Suster yang bertugas mengecek hari itu masuk kedalam kamar, dia menggelengkan kepalanya sambil melihatku dengan tatapan tidak setuju.
"Aku yang salah, aku salah masuk kamar, maaf, maaf!"
Aku merasa bersalah jadi terus meminta maaf kepada mereka.
"Linda--"
Tiba-tiba, dari belakangku terdengar suara yang kukenal.
Aku menoleh dan langsung melihat Steven sedang keluar dari dalam kamar pasien yang satu lagi.
Sikapku yang menyedihkan tadi seharusnya semua sudah dilihat olehnya.
Tetapi aku tidak memperdulikan hal itu, aku membalikkan tubuhku dan menatapnya, memaksakan sebuah senyuman : "Direktur Steven."
Steven hanya berkata "hem" dengan datar, perasaannya tidak nampak di wajahnya yang dingin.
"Apakah dia baik-baik saja?" aku bertanya dengan suara yang terdengar tidak jelas.
"Anaknya terlahir prematur, tubuhnya agak sedikit kecil." Dia menatapku dengan tatapan matanya yang dingin, nada suaranya datar.
Aku tidak bisa menebak pemikirannya saat ini, terlebih lagi tidak tahu apa pendapatnya tentangku saat ini, mungkin di matanya aku adalah seorang perempuan yang sangat kejam dan tidak mempunyai belas kasihan.
"Aku tidak mendorongnya." pada awalnya saat sedang di dalam perjalanan kemari, aku ingin memberitahu Steven, menjelaskan kepadanya, tetapi saat dia ada di depanku, aku malah hanya mampu mengucapkan kata-kata ini.
Saat ini, perbendaharaan kosa kataku tiba-tiba menyusut dengan drastis, bahkan aku tidak tahu bagaimana caranya membela diriku, tetapi di dalam hatiku, aku sangat berharap dia dapat mempercayaiku.
Steven hanya menatapku dengan tatapan mata yang dingin, tidak berkata apapun.
Harapan di mataku pelan-pelan meredup dan menghilang, akhirnya aku hanya tersenyum pahit kepadanya : "Saat itu aku begitu membenci Ling Ling, tetapi aku bahkan tidak pernah berpikir untuk mencelakai anak yang ada di perutnya, aku pernah kehilangan 2 orang anak, tahu rasa sakitnya seperti apa, jadi aku sangat menghargai nyawa seorang anak, lebih dari siapapun."
Setelah selesai bicara, aku tidak mau melihat lagi ekspresi yang ada di wajahnya, aku segera berbalik, hatiku terasa sangat sedih dan hampa.
Aku menangis di sepanjang jalan sampai ke dalam lift, setelah keluar dari lift, aku menemukan bangsal bayi yang baru lahir.
Bagian luar bangsal ditutupi dengan jendela kaca transparan, dibalik kaca transparan itu dia bisa melihat berbaris-baris bayi yang diletakkan di dalam inkubator.
Di dalam inkubator tertulis nama dan kode anak-anak itu, aku melihat sebentar, tidak bisa mengenali yang mana yang merupakan anak Kinara.
"Baris ketiga, bayi yang pertama adalah anak itu."
Suara Steven terdengar dari belakangku, melalui jendela kaca, aku dapat melihat pantulan sosoknya yang samar di sana.
Aku melihat ke arah yang tadi ditunjukkan olehnya dan melihat anak itu, panjangnya kira-kira setengah lengan orang dewasa, kulitnya berwarna merah, dia lebih kecil dibandingkan bayi yang lahir normal.
"Kau sudah menjadi seorang ayah, selamat!" aku berkata sambil melihat anak itu.
Steven malah tidak menjawab perkataanku.
Sosok di jendela kaca itu terlalu samar, aku tidak bisa melihat ekspresinya dengan jelas, hanya merasa suasananya agak tidak nyaman.
Aku tidak punya keberanian untuk menoleh, hatiku sedikit menyalahkannya oleh karena ketidakpercayaannya terhadapku.
Dia tidak membuka mulutnya, akupun tidak berbicara apapun, suasananya sangat tidak nyaman, kadang-kadang ada orang yang datang dan dengan penasaran melihat ke arah kami beberapa kali, akhirnya mereka tidak berani mendekat dikarenakan Steven seperti mengeluarkan aura "orang asing dilarang mendekat" dari tubuhnya.
"Direktur Steven, apakah aku masih boleh kerja?" setelah berlalu cukup lama, aku memutar tubuhku, menatap Steven dan bertanya kepadanya.
Aku tidak rela diberhentikan dari pekerjaanku karena dijebak oleh Kinara.
Aku tahu maksud ucapan Steven, karena Adit mau menjaga mukaku, maka dia berkata Steven menyuruhku untuk istirahat beberapa hari, sebenarnya maksudnya adalah berhenti kerja, saat itu aku berhenti dikarenakan aku dijebak oleh Ling Ling, kali ini karena dijebak lagi oleh Kinara, jika aku pergi begitu saja, orang lain akan semakin merasa aku sudah mencelakai Kinara, aku tidak mau dijadikan kambing hitam.
"Linda, kecuali kau minta maaf kepada Kinara, minta dia untuk memaafkanmu." Steven menatapku dengan tatapan yang dalam.
"Aku tidak akan pernah minta maaf oleh karena hal yang tidak pernah aku lakukan." aku menggelengkan kepalaku dengan tegas, hatiku sangat sedih.
Dia masih tidak mempercayaiku, tiap kali aku memikirkan hal ini, hatiku mulai berdarah, sangat sakit sampai-sampai tidak bisa bernapas.
Jika aku minta maaf, maka aku bersedia dijadikan kambing hitam.
"Aku bersedia mengundurkan diri dan diperiksa, aku hanya berharap direktur Steven bisa membuktikan kebenarannya." aku melihat Steven, setelah aku mengatakan hal ini, aku pergi dengan percaya diri.
Aku menegakkan punggungku dan pergi tanpa menoleh lagi.
Jangan mengira aku pergi dengan percaya diri, sebenarnya di saat aku berbalik, air mataku langsung mengalir keluar, tetapi aku tidak mau terlihat lemah.
Setelah aku sampai di rumah, Moli menyapaku, aku ingin tersenyum kepadanya, tetapi senyumku terlihat sangat jelek, bahkan lebih jelek daripada saat aku menangis.
Moli sangat kaget, dia buru-buru bertanya kepadaku : "Linda, kau kenapa?"
Aku memeluk Moli lalu menangis dengan keras.
Tidak peduli apapun yang Moli tanyakan, aku tidak bisa menjawab apapun, aku hanya ingin menangis sepuasnya.
Hal yang terjadi hari ini merupakan pukulan yang sangat besar bagiku, kemunculan Jason dan jebakan yang dilakukan oleh Kinara, semuanya membuatku sampai di titik kehancuranku.
Novel Terkait
Predestined
CarlyWonderful Son-in-Law
EdrickSee You Next Time
Cherry BlossomLoving The Pain
AmardaMata Superman
BrickMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraAfter Met You
AmardaPerjalanan Selingkuh×
- Bab 1 Berselingkuh sebagai Pembalasan Dendam
- Bab 2 Saya Bukan Alat untuk Membalas Dendam
- Bab 3 Pertemuan Tak Diduga di Toilet
- Bab 4 Laki-Laki Terkadang Tidak Bisa Menggoda
- Bab 5 Aturan Main Aku yang Tentukan
- Bab 6 Aku Meremehkan Kelancangannya
- Bab 7 Harga yang Harus Kamu Bayar
- Bab 8 Dihadapan Suamiku, Aku Berselingkuh
- Bab 9 Begini Kamu Juga Dapat Merasakannya?
- Bab 10 Jangan Bicara Tentang Uang dan Cinta
- Bab 11 Kami Sama-Sama Memiliki Rahasia
- Bab 12 Dunia Memang Sempit
- Bab 13 Siapa Mengancam Siapa?
- Bab 14 Menggodaku, Jangan Menyesal
- Bab 15 Mengapa Kamu Memilih Sheng Shi?
- Bab 16 Sebelum Aku Berangkat, Temani Aku Sekali
- Bab 17 Hubungan Cinta Rahasia Sama Dengan Mutiara yang Dicuri
- Bab 18 Menemukan Krisis, Aku Dipuji
- Bab 19 Setelah Gagal Menjadi Pengkhianat
- Bab 20 Kekasih lebih baik dari Suami
- Bab 21 Hamil....
- Bab 22 Anak Siapa?
- Bab 23 Dua Pertimbangan
- Bab 24 Ini Adalah Selingkuhanmu?
- Bab 25 Mati pun Tidak akan Bercerai
- Bab 26 Pria Di Luar Tidak Bisa Dipercaya
- Bab 27 Pilih Antara Aku Atau Dia?
- Bab 28 Hanya Iseng, Jangan Bicara Cinta
- Bab 29 Pertemuan Canggung Di Rumah Sakit
- Bab 30 Hadiah untuk Putus Hubungan?
- Bab 31 Jangan Lupa Duka yang Pertama
- Bab 32 Kakak Adik Sama Sadisnya
- Bab 33 Rindu Menusuk Tulang
- Bab 34 Tidak Mengingat Masa Lalu dan Tidak Bertanya Tentang Masa Depan
- Bab 35 Apa Maaf Cukup?
- Bab 36 Kualifikasi Asisten
- Bab 37 Bisnis Sangat Kejam
- Bab 38 Kita Tidak Akrab
- Bab 39 Apakah Itu Kamu?
- Bab 40 Hubungan Terakhir
- Bab 41 Kau Hanya Seorang Pengganti
- Bab 42 Mata dan Pikiran Dikendalikan Hati
- Bab 43 Kamu Percaya Hukum Karma?
- Bab 44 Perempuan Ini Sangat Mirip Dengan Steven
- Bab 45 Rencana Ling Ling
- CH 46 Kutukan Kejam
- Bab 47 Tertarik dengan Gadis Cantik Ini?
- Bab 48 Dia Mengenaliku
- Bab 49 Salah Paham
- Bab 50 Wanita Ini Lebih Kejam Daripada Ling Ling
- Bab 51 Aku Tidak Mau Dijadikan Kambing Hitam
- Bab 52 Ayo Ikut Aku
- Bab 53 Aku Menginginkan Steven, Apa Kau Bisa Memberikannya Kepadaku?
- Bab 54 Wanita Cantik Menyelamatkan Pahlawan
- Bab 55 Lahirkan Seorang Anak Bagiku
- Bab 56 Bunga Mawar Hari Valentine
- Bab 57 Kamu Bukan Lindaku
- Bab 58 Dia Akhirnya Mengakuiku
- Bab 59 Dia Adalah Pacarku
- Bab 60 Kejadian Yang Sebenarnya
- Bab 61 Menjadi Sorotan
- Bab 62 Anak Itu Laki-Laki atau Perempuan
- Bab 63 Dia Menggunakan Pil Pengubah Jenis Kelamin
- Bab 64 Mimpi Buruk Yang Datang Tiba-tiba
- Bab 65 Apa maksudmu?
- Bab 66 Bertemu dengan Ling Ling lagi
- Bab 67 Ling Ling Memohon Kepadaku
- Bab 68 Steven Membelikan Cincin Untuk Wanita Lain
- Bab 69 Dia Adalah Safira
- Bab 70 Anggap AKu Buta
- Bab 71 Membawa Ami Pergi Ke Pesta Pertunangan
- Bab 72 Apakah Papa Sudah Tidak Menginginkanku Lagi?
- Bab 73 Dikurung Secara Tidak Langsung
- Bab 74 Kelahiran Moli
- Bab 75 Sebuah Janji Sebagai Ucapan Terima Kasih
- Bab 76 Musuh Di Mata
- Bab 77 Aku Hamil Sekali Lagi
- Bab 78 Hasil Yang Tidak Terduga
- Bab 79 Tidak akan mengubah keputusan walau bahaya
- Bab 80 Dipukuli
- Bab 81 Giok Keselamatan Hilang
- Bab 82 Kedatangan Polisi
- Bab 83 Lihat Saja Nanti
- Bab 84 Kamu Sudah Dijebak Oleh Keluarga Demina ?
- Bab 85 Terpergok Weni Demina
- Bab 86 Ayam Kampung Menjadi Burung Phoenix
- Bab 87 Selamanya Jangan Ganggu Steven
- Bab 88 Yang Murahan Pantas Dipukul
- Bab 89 Steven Tolong Aku
- Bab 90 Memasuki Ruang Duka
- Bab 91 Harus Menikah Dalam Tujuh Hari
- Bab 92 Jika Tidak Mencintaiku, Menjauhlah Dariku
- Bab 93 Aku Sudah Menikah
- Bab 94 Membohongi Mereka
- Bab 95 Memalukan Di Acara Pernikahan
- Bab 96 Aku Mau Cerai
- Bab 97 Tidak Disangka David Bisa Keluar Membantu
- Bab 98 Cerita di Belakang Kehamilan Ektopik
- Bab 99 Sebenarnya Dipasang Cincin Kontrasepsi dalam Rahim
- Bab 100 Ancaman di Rumah Sakit
- Bab 101 Alasan David Membantuku (1)
- Bab 101 Alasan David Membantuku (2)
- Bab 102 Yang Disembunyikan Jason Dariku (1)
- Bab 102 Yang Disembunyikan Jason Dariku (2)
- Bab 103 Dimulai Dari Putri Farad Nemir (1)
- Bab 103 Dimulai Dari Putri Farad Nemir (2)
- Bab 104 Mereka Lebih Kejam Dari Yang Aku Perkirakan (1)
- Bab 104 Mereka Lebih Kejam dari yang Aku Perkirakan (2)
- Bab 105 Konfrontasi Dengan Weni Demina (1)
- Bab 105 Konfrontasi Dengan Weni Demina (2)
- Bab 106 Hubungan Fuji dengan Sisi (1)
- Bab 106 Hubungan Fuji Dengan Sisi (2)
- Bab 107 Paman Fuji…..(1)
- Bab 107 Paman Fuji….. (2)
- Bab 108 Barang Yang Diberikan Fuji Padaku (1)
- Bab 108 Barang Yang Diberikan Fuji Padaku (2)
- Bab 109 Pertemuan Dengan Steven (1)
- Bab 109 Pertemuan Dengan Steven (2)
- Bab 110 Sikap Steven yang Aneh (1)
- Bab 110 Sikap Steven yang Aneh (2)
- Bab 111 Undangan Steven (1)
- Bab 111 Undangan Steven (2)
- Bab 112 Menggunakan Tubuh Sebagai Syarat Pengganti (1)
- Bab 112 Menggunakan Tubuh Sebagai Syarat Pengganti (2)
- Bab 113 Lihat Apakah kamu Bisa Jatuh Cinta Padaku (1)
- Bab 113 Lihat Apakah kamu Bisa Jatuh Cinta Padaku (2)
- Bab 114 Steven, Pasti Jadi Milikku! (1)
- Bab 114 Steven, Pasti Jadi Milikku (2)
- Bab 115 Terkepung Di Semua Sisi (1)
- Bab 115 Terkepung Di Semua Sisi (2)
- Bab 116 Pingsan Setelah Operasi (1)
- Bab 116 Pingsan Setelah Operasi (2)
- Bab 117 Menutupi Kondisi (1)
- Bab 117 Menutupi Kondisi (2)
- Bab 118 Mengancam (1)
- Bab 118 Mengancam (2)
- Bab 119 Cemburu (1)
- Bab 119 Cemburu (2)
- Bab 120 Adegan yang Luar Biasa (1)
- Bab 120 Adegan luar biasa
- Bab 121 Pesta Ulang Tahun (1)
- Bab 121 Pesta Ulang Tahun (2)
- Bab 122 Tertangkap Basah Selingkuh (1)
- Bab 122 Tertangkap Basah Selingkuh (2)
- Bab 123 Tanggal Pernikahan (1)
- Bab 123 Tanggal Pernikahan (2)
- Bab 124 Linda, Apakah Kamu Jatuh Cinta Padaku? (1)
- Bab 124 Linda, Apakah Kamu Mencintaiku? (2)
- Bab 125 Istri Yang Memiliki Suami, Suami Yang Memiliki Istri (1)
- Bab 125 Istri Yang Memiliki Suami, Suami Yang Memiliki Istri (2)
- Bab 126 Terjadi Masalah (1)
- Bab 126 Terjadi Masalah (2)
- Bab 127 Kamu Masih Ingat?
- Bab 128 Jason yang penuh cinta(1)
- Bab 128 Jason yang penuh cinta (2)
- Bab 129 Ciumannya (1)
- Bab 129 Ciumannya (2)
- Bab 130 Pelakunya Harus Tertangkap (1)
- Bab 130 Pelakunya Harus Tertangkap (2)
- Bab 131 Perlakuan Aneh Orang Tua (1)
- Bab 131 Perlakuan Aneh Orang Tua (2)
- Bab 132 Cerita Di Balik Layar (1)
- Bab 132 Cerita Di Balik Layar (2)
- Bab 133 Apa Hubungannya Dengan Keluargaku? (1)
- Bab 133 Apa Hubungannya Dengan Keluargaku ? (2)
- Bab 134 Yosi Vinna adalah Anak Perempuan Itu (1)
- Bab 134 Yosi Vinna adalah Anak Perempuan Itu (2)
- Bab 135 Memanjat Tembok (1)
- Bab 135 Memanjat Tembok (2)
- Bab 136 Bertemu Sisi (1)
- Bab 136 Bertemu Sisi (2)
- Bab 137 Jamuan Pertunangan Sisi (1)
- Bab 137 Jamuan Pertunangan Sisi (2)
- Bab 138 Telepon Dari Rumah Sakit (1)
- Bab 138 Telepon Dari Rumah Sakit (2)
- Bab 139 Donor Darah
- Bab 140 Sunni Sakit
- Bab 141 Evan yang Berbeda (1)
- Bab 141 Evan yang Berbeda (2)
- Bab 142 Aku Bukan Dia (1)
- Bab 142 Aku Bukan Dia (2)
- Bab 143 Perjanjian Pernikahan Akan Dibatalkan (1)
- Bab 143 Perjanjian Pernikahan Akan Dibatalkan (2)
- Bab 144 Dia Adalah Istriku (1)
- Bab 144 Dia Adalah Istriku (2)
- Bab 145 Kemunculan Kakak Sisi (1)
- Bab 145 Kemunculan Kakak Sisi (2)
- Bab 146 Mendonor Darah Untuk Sunni
- Bab 147 Membantu Keluarga Demina (1)
- Bab 147 Membantu Keluarga Demina (2)
- Bab 148 Tercela (1)
- Bab 148 Tercela (2)
- Bab 149 Penghinaan (1)
- Bab 149 Penghinaan (2)
- Bab 150 Foto Di Bawah Pohon (1)
- Bab 150 Foto Di Bawah Pohon (2)
- Bab 151 Baginya Siapalah Aku Ini?
- Bab 152 Dendam Yosi
- Bab 153 Keputusan Steven
- Bab 154 Lepas
- Bab 155 Pendampingan Adalah Pernyataan Cinta Yang Dalam
- Bab 156 Aku Mau Ginjalnya
- Bab 157 Kecelakaan Weni
- Bab 158 Weni Menjadi Gila
- Bab 159 Aku adalah Safira Demina
- Bab 160 Hal Yang Janggal
- Bab 161 Siapa yang Mencelakai Weni Demina ?
- Bab 162 Satu Ginjal, Apalah Artinya
- Bab 163 Memakan Surat Perjanjian
- Bab 164 Orang yang Paling Tidak Ingin Kusakiti Adalah Kamu
- Bab 165 Orang Tua Datang
- Bab 166 Biarkan Dia Menjadi Anakmu Saja
- Bab 167 Dia Sudah Tahu Semuanya
- Bab 168 Rahasia Keluarga Demina
- Bab 169 Kedepannya Kamu Adalah Bibiku
- Bab 170 Gangguan Jiwa
- Bab 171 Mengumpulkan Bukti
- Bab 172 Masa Lalu Fuji
- Bab 173 Aku Hanya Ingin Menikah Dan Punya Anak
- Bab 174 Anak Haram Siro
- Bab 175 Badai Yang Melanda
- Bab 176 Akting yang Buruk
- Bab 177 Pemikiran Pria Burung Phoenix
- Bab 178 Apakah Aku Melakukan Kesalahan?
- Bab 179 Lebih Baik Memprovokasi Dewa Kematian Daripada Memprovokasi Steven
- Bab 180 Li Jin Menjadi Mata-mata
- Bab 181 Sejarah Keluarga Demina
- Bab 182 Ada Hal Tersembunyi Lainnya
- Bab 183 Rencana Pesta Besok
- Bab 184 Sudah Seharusnya Menyerahkan Kedudukan
- Babb 185 Mengumumkan Kepemilikannya
- Bab 186 Jason Muncul Di Acara Pertunangan
- Bab187 Aku Belum Bercerai!
- Bab 188: Orang Asing Yang Akrab
- Bab 189 Sebuah Kontrak Mengganti Selembar Akta Cerai
- Bab 190 Weni Terjadi Kecelakaan
- Bab 191 Satu Buta, Satu Koma
- Bab 192: Aku Mau Menunggu Dia Sadar
- Bab 193 Dikabarkan Oleh Orang Tua Asuh
- Bab 194 Steven Sadar
- Bab 195 Berlompat-lompat Tidak Berapa Hari Lagi
- Bab 196: Pelatih Wanita Yang Spesial
- Bab 197 Terkurung
- Bab 198 Tertangkap Ketika Melarikan Diri
- Bab 199 Hubungan Penculik Dan Sunni Tidak Biasa
- Bab 200 Dibatasi Satu Dinding
- Bab 201 Benar-Benar Pernah Ada
- Bab 202 Dia Berani Tidak
- Bab 203 Jejak Kaki di Dada
- Bab 204 Aku Akan Melindungimu
- Bab 205 Seleraku Tidak Begitu Aneh
- Bab 206 Ikhlas
- Bab 207 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 208 Kemenangan
- Bab 209 Sisi Hamil
- Bab 210 Penjelasan
- Bab 211 Kembali Ke Rumah Demina
- Bab 212 Diusir Keluar
- Bab 213 Masih Sama Dengan Dulu
- Bab 214 Ruang Buku Rahasia
- Bab 215 Lulu Dan Rufin Demina
- Bab 216 Perasaan Syukur Dan Dendam Antara Keluarga Himura Dan 叶老
- Bab 217 Identitas Dennis Yang Lain
- Bab 218 Permintaan Si Tua Ye
- Bab 219 Rahasia Keluarga Mao
- Bab 220 Giok Keselamatan Telah Ditukar
- Bab 221 Membully Orang Dengan Kekuasaannya
- Bab 222 Mempersulitkan Orang
- Bab 223 Pengalaman Berbeda, Cara Bekerja Berbeda
- Bab 224 Orang Yang Disukai Yu Tiantian Adalah Dennis
- Bab 225 Gadis Ini Sangat Kasihan
- Bab 226 Siro Sungguh Tidak Tahu Malu
- Bab 227 Keberadaan Peta
- Bab 228 Ingin Koboi?
- Bab 229 Perkelahian
- Bab 230 Taruhan
- Bab 231 Penjaga Rahasia?
- Bab 232 Wanita Yang Ribet
- Bab 233 Buku Kuno Diculik
- Bab 234 Ayo Menikah?
- Bab 235 Terluka
- Bab 236 Rapat Keluarga Semarga?
- Bab 237 Berangkat
- Bab 238 Pergerakan Malam hari
- Bab 239 Naik Gunung
- Bab 240 Kedatangan Orang Keluarga Himuar
- Bab 241 Bertemu
- Bab 242 Tunggu Aku Pulang
- Bab 243 Marah
- Bab 244 Interogasi
- Bab 245 Penangkapan
- Bab 246 Ruang Rahasia Dibuka
- Bab 247 Membangun Wibawa
- Bab 248 Kencan Di Alam Liar
- Bab 249 Aku Menemanimu
- Bab 250 Wanita Cantik Luori
- Bab 251 Hari Kedua Safira
- Bab 252 Baunya Serupa
- Bab 253 Tujuan Tidak Polos
- Bab 254 Ingin Menjadikannya Sebagai Seorang Kekasih
- Bab 255 Dendan Yang Sulit Diselesaikan
- Bab 256 Strategi Membujuk
- Bab 257 Pasangan Yang Saling Melengkapi
- Bab 258 Harus Ada Si Tua Ye Baru Bisa
- Bab 259 Bertemu Lagi Dengan Ibu Pengasuh
- Bab 260 Meminjam Uang
- Bab 261
- Bab 262 Terjadi Masalah
- Bab 263 Aku Ingin Hidup
- Bab 264 Berhasil
- Bab 264 Perencanaan
- Bab 266 Kecemburuan Justin
- Bab 267 Bekerja Sama
- Bab 268 Diam-Diam Mengikutinya
- Bab 269 Mengenakan Topeng
- Bab 270 Tarian Menyembah
- Bab 271 Aneh
- Bab 272 Halusinasi
- Bab 273 Memecahkan
- Bab 274 Harta Karun Yang Jarang Terlihat
- Bab 275 Tuan Muda Dari Keluarga Wen
- Bab 276 Datang Untuk Menagih Hutang
- Bab 277 Negosiasi
- Bab 278 Disergap
- Bab 279 Wanita Asing
- Bab 280 Kecewa
- Bab 281 Tumbuh
- Bab 282 Pengkhianatan
- Bab 283 Alasan Untuk Semuanya