Perjalanan Selingkuh - Bab 113 Lihat Apakah kamu Bisa Jatuh Cinta Padaku (1)

Aku melihat penelepon di atas layar dan menyerahkannya kepada Steven. tersenyum dan bertanya kepadanya, "Mau angkat atau tidak?"

Steven melirik dengan santai: "Kamu angkat saja teleponnya!"

“Kalau begitu kamu jangan menyesal?” Aku mengangkat alisku dan meliriknya.

Melihat Steven menjilati bibirnya, mengatakan baik, aku mengangkat teleponnya langsung.

"Kak Steven"

“Maaf, Kak Stevenmu sudah lelah sekarang, dia sedang istirahat.” Kata-kataku menantang Sunni.

Aku mencoba memprovokasi kemarahan Sunni. Dapat dikatakan jika dia tidak bahagia, maka aku bahagia.

Rasa sakit kehilangan anak membuatku hidup dalam kesengsaraan setiap hari. Aku tidak bahagia, Mengapa pelakunya bisa menikmati hidupnya?

Aku tahu bahwa perilaku aku sekarang ini sedikit abnormal, seperti memasuki ujung tanduk banteng.

Tetapi aku benar-benar sangat membencinya di hatiku. Tahukah dia bahwa ketika aku berpikir aku mengalami kehamilan ektopik, perasaanku yang ingin mati bersama anakku?

Aku meletakkan cinta terhadap dua anak pertamaku kepada anak itu. Itulah harapan aku.

Betapa tidak bersalahnya anakku yang dibunuh begitu saja, dan dia bahkan ingin membuatku sepenuhnya kehilangan kualifikasi untuk menjadi seorang ibu, betapa kejamnya.

“Linda, kamu adalah wanita sialan, aku pasti akan membuatmu mati dengan sengsara.” Kutukan terburu-buru Sunni terdengar dari telepon.

Suara itu seperti iblis yang keluar dari neraka dengan duka haus terhadap darah.

Tapi aku tidak takut sama sekali. Setelah Keluarga Himura berjanji untuk melindungi orang tuaku, aku sekarang sendirian. Dapat dikatakan bahwa yang bertelanjang kaki tidak takut kepada yang memakai sepatu. Aku meskipun menyerahkan nyawaku, aku akan membuat Sunni mati dengan menjijikkan.

“Sunni, dibandingkan dengan apa yang kamu lakukan padaku, aku baru saja mulai sekarang,” kataku pada Sunni, yang sedang berbicara di telepon.

"Linda, kamu tidak bisa melawanku, hanya dengan statusmu sekarang ini, kamu ingin melawanku? Ini hanya sebuah mimpi bodoh, kita lihat saja nanti." Suara Sunni yang dingin terdengar dari telepon.

"Baik! Mari kita tunggu dan melihatnya."

Setelah itu, aku dengan tenang menutup telepon.

Memutarkan kepala dan melemparkan telepon ke Steven, melihat dia menatapku dengan mengerutkan kening, dan memikirkan sesuatu.

Dengan meremehkan aku berkata: "Kenapa? Kamu merasa aku jahat?"

Steven menggelengkan kepalanya, "Kamu terlalu baik dan lembut hati."

"Itu tunanganmu," aku menatap Steven.

“Masih bukan istriku,” Steven membalasnya dengan santai.

Aku mendengar kata-katanya dan tertawa: "Semua orang mengatakan bahwa Tuan Steven selalu tidak mengenang hubungan masa lalu, hatinya dingin, dan sepertinya rumor ini tidak bohong."

Aku tersenyum di wajahku, tetapi hatiku sangat sakit.

Terkadang aku merasa bahwa Steven tidak memiliki hati, tidak peduli berapa banyak wanita yang tergila-gila padanya, dia dapat berdiri diam, dan hatinya seperti batu.

Ini membuat aku sangat frustrasi dan merasa diperlakukan secara tidak adil.

Aku merasa bahwa di antara aku dan Steven, itu seperti permainan yang saling melawan. Siapa yang jatuh cinta duluan maka dia kalah. Dan aku, meskipun merupakan pihak yang mengambil inisiatif, tetapi juga merupakan pihak yang kalah duluan. .

Aku berpikir bahwa aku merindukannya sampai tidak bisa tidur, bahkan aku sedih dan sakit hati, jika dibandingkan dengan ketenangan Steven, aku merasakan kemarahan di hatiku.

Jika cinta ini adalah sebuah jurang, aku ingin membawa Steven jatuh ke dalamnya. Ketika Steven jatuh cinta padaku, dan aku meyingkirkannya, begitu baru bisa menghilangkan keluhan dalam hatiku.

Steven mengangkat tangannya dan menyentuh wajahku dengan lembut. bertanya, "Apa yang kamu pikirkan?"