Perjalanan Selingkuh - Bab 151 Baginya Siapalah Aku Ini?

Pengasuh ingin membawa pergi foto, hatiku tiba-tiba tidak merelakannya.

Terakhir tetap membiarkan barang itu tinggal di sana: “Aku akan mengembalikan sendiri fotonya.”

Sikapku sangat keras, sama sekali tidak menyerah. Tapi mungkin karena adalah gudang darah berbentuk manusia. Meski Weni tidak suka melihatku. Juga tidak akan berbuat apapun terhadapku, mungkin ini juga termasuk pembalasan lainnya!

Setelah pengasuh pergi, aku baru ingat di dalamnya juga ada sepucuk surat.

Amplop surat sudah dibuka dengan membentuk bentuk hati. Membuka dan melihat, catatan di atasnya agak kekanak-kanakan. Tapi tulisannya sangat rapi sekali.

Tertulis di sana.

Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke-10. Kakak Sheng bilang kalau membuat harapan di bawah bunga sepatu, harapan bisa terwujud. Aku ingin mengatakan harapan, aku harap aku bisa selalu tetap bersama dengan kakak Steven, setelah besar nanti. Jadi pengantin kakak Steven.

Tahun 2000. Oleh Safira.

Melihat surat ini, aku seakan melihat gambaran anak perempuan kecil itu menggenggam 10 jari membuat harapan di bawah bunga sepatu.

Saat itu, bunga sepatu mekar. Anak perempuan kecil menutup mata, ujung mulut mengandung senyuman. Kelihatan sangat bahagia sekali, terakhir dia membuka mata. Selanjutnya menyimpan harapan berserta beberapa lembar foto ke dalam kotak dan ditanam di bawah pohon.

Aku tahu, aku tahu barang ini semua seharusnya adalah milik Sunni. Tapi aku malah tanpa beralasan tidak merelakannya.

Aku teringat Steven sepertinya juga berada di tempat Sunni sana, kemudian mengambil barang ini langsung pergi keluar.

Setelah aku pergi. Aku kelihatan Steven sedang berjalan-jalan bersama Sunni di taman, ada keindahan yang tak bisa diungkapkan di antara mereka berdua. Langkah kakiku berhenti di sana, maju tidak mundur juga tidak.

“Nona Linda.”

Ujung mata Sunni kelihatan aku, tersenyum dan menyapa.

Sekarang aku kalau mau sembunyi juga tidak sempat lagi, lalu menebalkan muka keluar, terlihat sorotan mata Steven yang secara reflek mengandung beberapa kebencian yang terpendam.

“Nona Linda tinggal di sini baik-baik saja!”

Sunni bertanya melihatku.

“Dianggap sebagai gudang darah manusia dewasa, apa kamu rasa baik?” Aku mendongak, melihat ke arah wanita itu.

Mendengar perkataanku, Sunni menggigit bibir, ekspresi wajah seperti bersedih: “Aku juga tidak ad acara lain! Sekarnag badanku perlu donor darah, dan jenis darahmu kebetulan sama denganku.”

Aku mendongak, melihat ke Steven, melihat matanya yang tenang dan tak bergejolak itu, hati berkobar amarah.

“Calon suami di sampingmu, sepertinya juga bergolongan darah ini!” Aku dengan datar berkata dan melirik memberi peringatan ke Steven.

“Aku tahu!” Rangkulan tangan Sunni ke lengan tangan Steven semakin erat lagi.

“Makanya, kakak Steven pindah dan tinggal ke sini, tidak hanya perlu menemaniku, juga rela mendonorkan darah untukku!” Sewaktu berkata, Sunni menggenggam lengan Steven mulai menebarkan kemesraan.

Tapi aku tidak percaya dan melihat ke Steven, hatikku nyeri perih dan sedih sekali.

Teringat kali itu aku tidak tahu diri menyumbangkan tulang sumsumku ke orang, hasilnya membuat tubuh sendiri melemah, Steven juga yang mendonorkan darah dan menyelamatkan aku.

Aku selalu mengira diri sendiri adalah suatu pengecualian, tapi tidak disangka, hari ini, dia bisa bersedia menyelamatkan Sunni, bersedia dengan setulus hati menjadi pendonor Sunni.

Aku ingin sekali mendengar dia bilang ini karena terpaksa!

Tapi aku dari awal sampai akhir juga tidak kelihatan sorotan mata meminta maaf dari pria itu, dia terhadapku, dingin dan menjaga jarak, seakan sudah kembali lagi ke lama sebelumnya.

Aku tiba-tiba merasa agak sedikit capek hati, bersamaan juga merasa sangat sedih sekali.

Aku langsung membuang kotak besi yang ada di tanganku ke dalam pelukkan Steven, kemudian membalikkan badan: “Kembali ke sang pemilik.”

Setelah berkata, aku lalu mulai berlari.

“Linda ——”

Peduli denganku.

Saat sedang berpikir, lalu kelihatan muka Steven yang cemas dan juga tak sabaran melihatku: “Linda, dari mana kamu menemukannya?”

“Di bawah bunga sepatu.”

Aku menunjuk bunga sepatu yang tak jauh dari sana.

Steven termenung berdiri di sana, saat ini, aku merasa sekujur tubuhnya menampakkan kesepian.

“Kenapa kamu bisa tahu ada barang di sana?” Steven sama sekali tak mengerti melihat kea rah bunga sepatu itu.

“Mungkin karena aku juga ada kebiasaan ini!”

Saat sedang berbincang, suasana sangat pas sekali, lalu Sunni ke sana memotong pembicaraan: “Linda, kamu sekarang ini hanya adlaah seorang pendonor darah yang dibeli oleh keluarga Demina saja, siapa yang mengizinkanmu keluar semaumu, apa masih berkeinginan untuk mendapatkan harta keluarga Demina?”

“Ingin mendapatkan harta keluarga Demina?” Ini adalah lelucon yang paling lucu yang pernah aku dengar sedunia.

Walau benar mendapatkan semua harta keluarga Demina sebagai pengganti, aku juga tidak ingin memaafkan Sunni, wanita yang memcelai anakku sampai mati, tidak takut mereka merasa aku kejam.

“Sunni, kalau bukan Weni yang tak keberatan menggunakan tubuhnya sendiri untuk mencelaikai keluargaku, dipukul sampai mati juga aku tidak ingin datang ke rumah keluarga Demina, kekayaan dan kehormatan yang kamu sukai, di mataku itu sangat kotor sekali.”

Aku dengan ekspresi wajah yang meremehkan melihat Sunni.

“Sangat kotor sekali?” Sunni mulai tertawa lantang.

“Bukanya kamu bisa suka kakak Steven itu karena ingin mendapatkan harta keluarga Demina? Sok suci, sebenarnya menurutku kamu juga menginginkan kekayaan dan kehormatan.”

Aku menoleh, lalu kelihatan wajah Sunni yang dipenuhi kebengisan melihatku, sorotan mata yang menelan darah itu seakan ingin menyakitkan sekali.

“Tidak…. yang aku mau itu adalah dia, orangnya saja.” Aku menggelengkan kepala, mata tak dapat menahan melihat ke arah Steven sana.

Dan Steven dengan sangat hati-hati mengelus kotak dalam pelukkannya, dia yang seperti itu, sama seperti sedang memperlakukan barang berharga yang paling disayanginya saja.

Melihatan ini, hatiku semakin jadi sangat sedih lagi.

Hal detail yang sangat sederhana seperti ini, dari sini juga bisa kelihatan betapa cintanya Steven terhadap Safira.

Baginya siapalah aku ini? Barang pengganti?

Tapi bukannya jelas pemilik sebenarnya juga ada di sini? aku tidak bisa menahan diri untuk melihat ke Sunni, namun kelihatan dia ekspresi wajahnya yang berubah sepenuhnya melihat kotak yang berada di dalam pelukkan Steven.

Sorotan mata itu, hanya membuat bulu kudukku berdiri saja.

Sunni menoleh, juga sama dengan galak melototiku: “Besok-besok jangan banyak ikut campur urusan orang.”

“Barang aku ambil pergi dulu.”

Steven menggendong kotak itu, tanpa menoleh langsung membalikkan badan dan pergi, juga tidak menggubris Sunni sedikit saja.

Saat itu, dalam hati tiba-tiba ada sebuah pemikiran yang gila, kecintaan Steven terhadap kotak itu seakan melebihi kesukaannya terhadap Sunni.

“Kakak Steven….”

Aku kelihatan Sunni melihat Steven dengan sorotan mata yang mengandung kegelisahan dan ketakutan.

Setelah banyangan pundak Steven tak terlihat, Sunni menoleh lalu menggati ekspresi muka lagi, dia dengan muka yang sangat menghina melihatku: “Lain kali jangan sering keluar dan berputar-putar.”

“Seorang tahanan juga tetap bisa keluar berkeliling!”

Setelah berkata, aku dengan datar melirik untuk memperingati Sunni: “Kalau aku lihat foto kamu kecil lebih imut jauh dari kamu yang sekarang.”

Jujur berkata, bagaimana saja aku tidak berani percaya, Sunni wanita seperti ini, bisa adalah orang yang ada di foto itu.

Meski hanya selembar foto, tapi juga bisa kelihatan, bisa dirasakan perbedaan yang sangat jauh sekali antara anak itu dan Sunni.

Tapi tidak tahu bagian mana dari perkataan ini yang menusuk Sunni.

Hanya kelihatan ekspresi mukanya berubah dan melihatku: “Linda, nanti sore, pakai darahmu saja!”

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu