Perjalanan Selingkuh - Bab 146 Mendonor Darah Untuk Sunni

“Orang itu lumayan.”ucap Sasi.

Sisi yang kebetulan baru pulang sedang membuka pintu, terkejut setelah melihat Sasi, lalu bertanya tanpa ekspresi: “Untuk apa kamu datang kesini?”

“Fuji, mengajukan permintaan untuk meminang kamu.”ucap Sasi bangkit berdiri.

Berita ini membuatku dan Sisi terkejut.

Aku tak menyangka yang dimaksud orang itu adalah Fuji.

Selang kemudian Sisi mengganti sandal tersenyum nyeleneh: “Begitu informasi ini disebarkan, harga saham keluarga bisa naik kan?”

“Sumber dana keluarga sudah diputus, dan Fuji bersedia membantu.”

Selesai mendengarnya, Sasi menatap Sisi penuh amarah, nada bicaranya sedikit emosi: “Perlu kamu ketahui, selama ada keluarga Sila, kamu baru bisa hidup senyaman ini.”

“Salah! Meskipun tidak ada keluarga Sila, aku tetap akan hidup baik-baik saja.”ucap Sisi yakin menggerakkan jari telunjuknya.

“Kamu.....”Sasi marah dibuat Sisi hingga tak bisa mengatakan apapun.

Lalu sebelum keluar, Sasi menatap Sisi dalam-dalam: “Menikah dengan Fuji adalah pilihan terbaik, setidaknya aku bisa melihat kamu sangat special baginya.”

Setelah dia pergi, aku baru pergi menghampiri Sisi menanyakan tanggapannya.

Sisi menyatukan kedua tangannya tanpa daya berkata: “Aku tak menyangka bisa jadi seperti ini.”

“Kalau memang tak bisa lepas dari perjodohan, memilih menikah dengan Fuji bukan pilihan yang buruk.”ucapku pada Sisi.

“Keluarga Fuji hanya tinggal dia seorang, tidak ada orang tua, kamu menikah dengannya juga tidak akan menderita.”

“Jangan lupa, Weni sepupunya Fuji.”ucap Sisi mengingatkanku.

“Weni ya Weni, Fuji ya Fuji, aku tidak akan menyamakan mereka berdua.”

Aku takut Sisi ragu, jadi menepuk tangannya dan berkata begitu.

“Tidak bisa, aku harus cari Fuji.”

Sisi yang marah, mengambil HP menelepon Fuji.

Setelah berdering beberapa kali baru diangkat.

“Fuji, kenapa kamu mau menikahiku?”

Tidak tahu apa yang dikatakan, kulihat ekspresi wajah Sisi berubah tenang.

Setelah telepon ditutup, wajah Sisi tersenyum pahit: “Setelah batal menikah dengan Evan, ayahku mulai sayembara mencarikan pasangan untukku.”

“Bagus itu, setidaknya Fuji lebih baik dari yang lainnya.”

“Jangan terlalu dipikirkan.”

Aku tak tahu bagaimana harus menenangkan Sisi.

“Demi saham keluarga Sila, dan kerja sama dengan Fuji, tanggal pertunangan sudah ditetapkan, sepuluh hari kemudian akan tunangan.”ucap Sisi padaku.

“Cepat sekali?”

Sisi tersenyum sinis: “Kalau bukan karena mempertimbangkan keluarga Evan, ayah ibuku mungkin sudah menyuruhku tunangan dengan Fuji sekarang juga.”

Malam harinya saat aku masak didapur, HP ku diruang tamu berdering.

Sisi meneriakiku yang sedang sibuk masak untuk mengangkat telepon, lalu aku memintanya untuk mengangkat dulu.

Selang kemudian, Sisi lari terengah-engah menghampiriku: “Linda, kamu berani sekali ya, menjual darah.”

Aku benar tak menyangka Sisi bisa mengetahui hal ini, dalam sekejap aku merasa bersalah pada Sisi.

Sisi mengangkat tangannya yang menggenggam HP: “Tadi ada dokter yang menelepon, menyuruhmu pergi donor darah, sudah ku maki dokternya.”

Dia marah menatapku: “Pantas saja ku lihat wajahmu pucat, ternyata kamu diam-diam jual darah.”

“Kamu tidak tahu kondisi tubuhmu sendiri? Masih berani pergi jual darah? Masih mau hidup tidak?”ucap Sisi emosi memandangku.

“Aku sudah periksa tubuh, sangat sehat kok semuanya, ku janji hanya sekali itu saja.”

“Terus kenapa dokter itu masih menyuruhmu pergi?”

“Sudah ku tolak, kamu tenang saja, aku pasti tidak akan pergi lagi.”setelah aku berjanji bertubi-tubi, Sisi baru tersenyum.

“Kapan kamu menjualnya?”

“Itu sewaktu kamu tunangan.”

“Ini baru dua puluh hari, kenapa memberitahumu lagi?”

“Ini juga keterlaluan tidak mementingkan kesehatan tubuhmu, benar-benar kejam.

“Mungkin masih belum menemukan pengganti! Kamu juga tahu, sulit mencari orang yang bergolongan darah seperti ku.”

Aku tak peduli, sudah kutolak, mereka juga tidak boleh memaksamu seperti ini!

Makan malam kali ini sangat mewah empat lauk satu sup, semuanya lebih kurang makanan penambah darah, selesai memakannya, Sisi berbaring puas disofa: “Linda, dari masakanmu ini, siapa yang bisa menikahimu pasti senang ibarat memungut berlian.”

Kukira masalah ini cukup sampai disini.

Tapi aku tak menyangka keesokan paginya melihat Weni.

Dia menatapku dari atas kebawah, ekspresinya tidak senang.

“Untuk apa kamu datang?”peringatanku padanya.

“Aku perlu kamu mendonor darah untuk Safira untuk waktu lama, kamu bilang saja, syarat apa yang kamu inginkan.”ucap Weni tanpa basa basi.

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu