Perjalanan Selingkuh - Bab 56 Bunga Mawar Hari Valentine

Bab 56 Bunga Mawar Hari Valentine

Malam ini, aku hampir semalaman berulang kali disiksa oleh Steven, awalnya aku masih mempunyai tenaga untuk melawan, akhirnya aku tidak mempunyai tenaga sedikitpun, kakiku terasa lemas dan pegal, bahkan tenaga untuk berdiri saja tidak ada.

Aku langsung tertidur begitu saja, bahkan saat Steven menggendongku ke kamar mandi dan memandikanku, akupun tidak mampu membuka mataku karena aku terlalu lelah.

Sebelum tidur, sepertinya Steven berbicara sesuatu di telingaku, tetapi aku terlalu mengantuk, sehingga tidak mendengarnya dengan jelas.

Saat aku bangun keesokan harinya, Steven sudah tidak ada di sana, tidak ada pil pencegah kehamilan yang dulu harus diminum, juga tidak meninggalkan pesan apapun, aku merasa sedikit tidak terbiasa.

Aku tidak berpikir untuk membeli pil sendiri dan meminumnya, lagipula aku tidak akan bisa hamil, untuk apa repot-repot meminumnya.

Aku memakai bajuku, setelah selesai berkemas, aku baru keluar dari hotel.

Mal dibuka agak siang, jadi saat sebelum mal dibuka, aku akhirnya masih belum terlambat.

Tetapi setelah aku sampai di sana, manager berkata dengan serius kepadaku : "Maaf, kau sudah tidak bisa bekerja di sini."

"Kenapa?" aku melihatnya dengan tatapan tidak mengerti.

Selama ini aku bekerja dengan sangat giat, aku bertanya di dalam hati apakah ada kesalahan yang aku lakukan, kenapa aku harus pergi?

"Maaf, dikarenakan beberapa alasan, kau tidak bisa menjadi pegawai tetap, gajimu bulan ini kami akan memberikan sedikit lebih banyak untukmu."

Setelah itu, kepala toko menyerahkan sebuah amplop yang berisi uang kepadaku.

Beberapa alasan? Sebenarnya alasan apa? Aku bertanya kepada kepala toko, tetapi kepala toko malah melihatku dengan tatapan yang tidak kumengerti dan mengisyaratkan sesuatu kepadaku : "Kau sudah menyinggung seseorang akhir-akhir ini yah!"

Setelah mendengar perkataannya, aku sangat marah sampai-sampai seluruh tubuhku bergetar, aku tidak tahu siapa sebenarnya yang tidak suka padaku sehingga dia menghalangi jalanku.

Aku membawa gaji yang baru kuterima dan berjalan dengan tidak sadar.

Saat ini ponselku tiba-tiba berbunyi, dari sana terdengar suara Steven : "Kapan masuk kerja?"

"Apa kau yang menyuruh kepala toko untuk memecatku?" aku bertanya dengan tenang kepadanya.

Aku tidak marah-marah lagi, setelah merasakan sakit dan terluka, akhirnya aku sudah semakin dewasa.

Dari seorang ibu rumah tangga yang baru saja melangkah memasuki masyarakat, dan di sini aku tersandung berkali-kali, akhirnya aku sudah belajar untuk mempersenjatai diriku sendiri.

Aku tidak menyukai kehidupan yang seperti ini, tetapi aku harus membuat diriku beradaptasi dengannya, bunga yang ada di rumah kaca memang bahagia, tetapi tidak tahan menghadapi terpaan angin dan hujan.

"Iya!" Steven hanya menjawabnya dengan datar.

"Saat ini kau di rumah saja memulihkan kesehatanmu, sambil menunggu kau hamil."

Setelah mendengar perkataan Steven, aku langsung mematikan sambungan telepon.

Aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Steven? Apakah benar-benar murni hanya untuk memintaku menggantikan dia seorang anak?

Ini pertama kalinya aku merasakan kalau ternyata aku tidak mengenalnya, bukan, mungkin bisa dibilang aku dari dulu tidak pernah mengenalnya.

Pemikiran dia terlalu rumit, dia sangat ahli di dunia bisnis, jika dia mulai menggunakan otaknya, dia benar-benar mampu untuk membunuh lawannya, salah satu contohnya adalah perusahaan Justin, sedangkan otak yang sepertiku ini, mana mungkin bisa menebak jalan pikirannya.

Aku berjalan dengan pelan dan tanpa tujuan, kadang-kadang memperhatikan sekeliling apakah ada toko yang membutuhkan karyawan.

"Linda"

Tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti di depanku, lalu aku mendengar Jason sedang memanggil namaku.

Aku menoleh dan melihatnya : "Kenapa kau masih ada di sini?"

Aku ingat kalau kantor pusat perusahaan Justin ada di Jakarta, meskipun dia berada di sini untuk bekerja sama dengan PT. Vienna, tetapi juga tidak seharusnya berada di sini begitu lama!

"Justin membuka satu perusahaan cabang di sini, aku adalah presdir di perusahaan cabang ini." Jason berkata sambil tersenyum kepadaku.

"Oh!"

Aku tidak tertarik kepada perusahaan Justin, aku ingin melanjutkan berjalan.

Jason segera membuka pintu dan berteriak kepadaku : "Kau mau pergi ke mana? Aku akan mengantarmu."

Dia menatapku dengan gugup dan juga berharap.

Aku menganggukkan kepalaku, dia terlihat sedikit tertegun, sepertinya dia tidak menyangka kalau aku ternyata benar-benar menyetujuinya.

"Emm itu, akhir-akhir ini kau dan Steven bagaimana?" Jason ragu-ragu sebentar lalu menoleh dan bertanya kepadaku.

"Aku sudah mengerti, ada beberapa orang dan beberapa hal yang jika dilepaskan malah akan semakin baik." aku berbicara dengan datar, mataku memandang ke kejauhan lewat jendela kaca mobil.

Di jalan ada banyak pasangan yang sedang berjalan-jalan, tangan mereka kebanyakan memegang bunga mawar, selain itu di jalan juga banyak pedagang bunga mawar yang bermunculan.

Aku baru menyadari kalau hari ini adalah tanggal 14 Februari, hari Valentine.

Melihat wajah para pasangan itu menunjukkan senyuman yang manis dan bahagia, hatiku merasa sedikit iri.

Tiba-tiba Jason menghentikan mobilnya, lalu menoleh dan melihat ke luar jendela, dia mengambil uang 200 ribu dan memberikannya kepada gadis kecil yang menjual bunga di pinggir jalan : "Kemari, aku mau membeli seikat bunga mawar."

"Tuan, anda ingin berapa batang?"

"Pilih yang angkanya bagus."

"Kalau begitu 11 batang saja! Menandakan seumur hidup, 1 batangnya 20 ribu, totalnya 200 ribu, aku memberikan bonus 1 batang." gadis kecil itu tersenyum dengan sangat manis lalu dengan tangkas membungkus bunga mawar itu dan menyerahkannya kepada Jason.

Jason menerimanya dan memberikannya kepadaku yang terkejut : "Untukmu."

Seumur hidupku, ini pertama kalinya aku diberikan bunga mawar oleh seseorang, dan orang itu ternyata adalah Jason.

Aku sangat canggung, tidak tahu bagaimana cara menolaknya, perkataan selanjutnya juga sangat canggung, karena bagaimanapun juga maknanya sepertinya adalah melambangkan cinta.

"Anggap saja aku ingin kau bahagia, bukankah semua wanita menyukai bunga?" Dia melihatku tidak menerimanya, nadanya terdengar heran.

Aku teringat kalau Jason tinggal di luar negeri selama 10 tahun, mungkin menurutnya memberikan bunga hanyalah sebuah kebiasaan saja.

Aku tidak segitu narsisnya sampai mengira Jason menyukaiku, biar bagaimanapun, kita bertemu lagi setelah berpisah selama 15 tahun, interaksi di antara kami berdua tidak banyak.

"Terima kasih!" aku menerima mawarnya dan mencium baunya, aroma bunga yang samar-samar tercium olehku, memang membuat suasana hatiku lebih baik.

Jason mengantarku ke lobby apartemen.

Saat aku baru saja membuka pintu mobil, aku langsung melihat Steven.

Dia bersandar di atas mobil, tangannya memegang sebatang mawar, lalu dia menoleh dan melihatku.

Jason juga kebetulan turun dari mobil, tanganku juga sama, memegang seikat bunga mawar.

Wajah Steven terlihat sedikit tidak enak dilihat, dia membuang bunga mawar yang berada di tangannya ke tanah dan menginjaknya dengan menggunakan sepatunya yang mengkilap, kelopak mawar yang cerah itu dihancurkan menjadi lumpur, terlihat sangat menyedihkan.

Kalau dulu, aku pasti akan segera maju dan menjelaskan kepada Steven dengan cemas, tetapi setelah aku teringat hal-hal yang pernah dikatakannya kepadaku, hatiku menjadi dingin.

Aku berjalan masuk ke dalam apartemen, saat melewati sampingnya pun, aku tidak berhenti sama sekali.

Tanganku dicengkram sekali lagi oleh Steven

Aku menoleh dan menatapnya dengan dingin : "Lepas!"

Steven menyipitkan matanya, suaranya tidak besar tetapi mengandung emosi yang sangat besar : "Linda, sekarang nyalimu besar ya?"

Dulu aku selalu menurutinya, pemberontakan yang tiba-tiba ini mungkin membuatnya tidak terbiasa, sekarang dia malah semakin mencengkram tanganku.

Aku teringat akan perkataan Sisi, laki-laki semua seperti itu, mereka semua bajingan, saat kau sangat patuh kepadanya, dia malah merasa kau tidak berharga, saat kau selalu menentangnya, dia malah sangat tertarik kepadamu.

Ini seperti perbedaan antara hidangan rebus dan tumisan yang memakai cabai, hidangan yang kedua meskipun sangat pedas sampai mengeluarkan air mata, tetapi membuat orang merasa ketagihan.

"Steven, aku sudah tidak tertarik padamu." Aku memandang Steven dan berkata seperti ini dengan datar kepadanya.

Aku benar-benar bukannya sedang bermain tarik ulur dengannya, tetapi setelah 1 bulan tidak bertemu dengan Steven, aku baru bisa berpikir semakin jernih.

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu