Perjalanan Selingkuh - Bab 85 Terpergok Weni Demina

Aku juga mengerti pertanyaan Sisi, tapi juga tahu Kakek keluarga Demina juga tidak berhati jahat terhadapku.

Malam itu aku mimpi sebuah mimpi.

Malah bermimpi diangkat tinggi-tinggi ke atas kepala oleh Kakek keluarga Demina, dan tertawa dengan bunyi yang nyaring sepeti lonceng perak.

Adegan terakhir pun sampai kembali ke Kakek keluarga Demina memakaikan ke leherku lagi sebuah giok keselamatan yang lebih besar lagi daripada yang sebelumnya.

Setelah aku terbangun, aku hanya mengingat dua adengan ini, tapi sangat kabur, aku hanya mengira bahwa aku terlalu rindu dengan Kakek keluarga Demina, makanya bisa bermimpi seperti ini, agak tidak masuk akal, tapi dalam mimpi itu sangat lah bahagia.

Setelah aku mencuci muka dan mandi, buru-buru menelpon Steven: “Gimana urusannya?”

“Aku sudah janjian dengan Fuji, pria itu bisa membantuku membawamu masuk ke dalam.”

“Fuji?”

“Anak laki-laki dari adik perempuan Kakek keluarga Demina, beberapa waktu lalu dia tinggal di luar negeri, dua hari ini baru balik.”

Aku menganggukkan kepala: “Kalau begitu baiklah, aku sekarang pergi ke sana.”

Aku janjian dengan Steven untuk bertemu di airport, tapi sampai saat boarding Steven pun tidak kunjung datang, aku melihat Adit jalan ke arahku, mengatakan padaku: “Presdir Steven sekarang tidak ada waktu, aku yang akan mengantarmu.”

Mungkin bukannya tidak ada waktu, namun sudah dihalangi oleh Sunni!

Aku tersenyum pahit: “Baik!”

Kemudian mengikuti Adit masuk ke pintu boarding.

Di Jakarta setelah keluar dari airport pun ada orang yang menjemput, seorang yang berumur kurang lebih 30 an memberhentikan mobil di depanku, melepaskan kaca mata hitam bertanya padaku: “Kamu Linda?”

Meski bertanya tapi nada suaranya sangat lah pasti.

Aku menganggukkan kepala.

“Ternyata memang mirip sekali dengan Safira, aku sekarang percaya dengan perkataanmu.”

Setelah berkata, dia membalikkan kepala: “Mari naik mobil!”

“Tuan Fuji, tolong jaga baik-baik Nona Linda.” Adit berkata pada Fuji.

Fuji melihat Adit sejenak: “Asisten Steven, pria yang akhir-akhir ini jalan dekat dengan nona Sisi, aku tahu!”

Perkataan Fuji, membuat raut muka Adit suram.

Pria itu dengan erat merapatkan bibir, sorotan matanya agak terpukul, aku terhadap perselisihan antara pria itu dan Sisi sangat tidak paham, tapi kelihatannya saat ini, hati Adit seakan juga tidak enak.

Adit membantuku membuka pintu mobil, berkata kepadaku: “Jaga diri sendiri yang baik, jangan biarkan Sisi mengkhawatirkanmu.”

Aku mengangguk-anggukkan kepala: “Aku tahu.”

Aku tidak tahu harus bagaimana memperbaiki permasalahan antara Adit dan Sisi, terhadap masalah perasaanku sendiri saja aku kacau balau, jadi jangan bilang lagi tentang memberi saran orang lain.

Fuji menginjak pedal gas, mobil berputar balik, jalan ke jalan.

“Kamu kenapa mesti harus menjenguk Pamanku?” Fuji bertanya padaku melihatku dari kaca belakang.

Aku tidak tahu harus bagaimana mengatakannya? Mengatakan bahwa khawatir? Takutnya dari 10 orang 9 orang pun tidak percaya, kedekatan yang bersumber dari lubuk hati terhadap Kakek keluarga Demina, aku sendiri pun tidak bisa mengutarakannya.

“Aku tidak ada sedikit pun bermaksud tidak baik, kamu tenang saja, aku benar-benar hanya ingin bertemu sekali saja dengan beliau.” Aku takut Fuji salah paham, buru-buru berjanji padanya.

“Selama ada aku, kamu juga tidak akan ada kesempatan, tapi, kalau kamu berpikiran mau menunggu Pamanku sadar untuk membantumu mengklarifikasi, sementara ini tidak akan mungkin.”

Sambil berkata Fuji sambil menambah kecepatan pedal gasnya.

“Kalau aku tahu giok keselamatan ini begitu penting, aku sungguh tidak akan menerimanya.” Berkata sampai di sini, tidak bisa dihindari aku pun bisa menyesali.

Aku juga tidak mengerti, mengapa aku saat itu tidak menolak.

Karena kedekatan yang alami terhadap Kakek keluarga Demina, sampai-sampai membuatku tidak bisa berkata untuk menolaknya, adegan itu agak sedikit kukenal baik dan juga hangat.

Tapi kata-kata semacam ini, siapa yang bisa percaya, takutnya semua orang merasa aku mengharapkan giok keselamatan yang berharga ini baru berlagak bisa menerima kakek!

“Mungkin raut wajahmu membuat Paman salah mengenali ?” Fuji menghelakan nafas berkata.

“Salah mengenali? Apa mungkin mengenaliku menjadi Safira? Tidak mungkin! Aku juga mengatakan namaku.”

“Aku juga tidak jelas, semua ini masih harus menunggu beliau sadarkan diri baru lah bisa tahu.” Fuji menggelengkan kepala.

“Baik lah, sudah sampai.”

Fuji mengendari mobilnya masuk ke dalam sebuah rumah sakit, menghentikan mobil berkata padaku.

Aku segera membuka pintu turun dari mobil, Fuji menoleh ke arahku berkata: “Ayo! Kakakku kebetulan sekarang tidak ada, kamu hanya ada waktu 10 menit.”

“Kalau begitu baik lah, kamu pimpin jalan.”

Aku hampir sepenuhnya berlari kecil mengikuti Fuji dari belakangnya, akhirnya mengikutinya sampai ke sebuah ruang rawat.

Aku baru saja berjalan masuk ke dalam, terlihat orang tua yang terbaring dengan selang pernafasan, air mata pun tak bisa tertahankan berlinang ke bawah.

Aku duduk di atas ranjang pasien, mengangkat tangan Kakek keluarga Demina, dengan suara ringan berkata: “Kakek, kamu harus cepat sembuh…..”

Fuji dengan ekspresi wajah yang penuh keanehan melihatiku.

“Air matamu ini benar-benar langsung terjatuh seperti ini.”

“Aku hanya merasa sangat dekat dengan Kakek, membuatku teringat akan kakekku sendiri.”

Sebenarnya maksudku adalah sama seperti kakekku sendiri saja, tapi juga tahu bahwa kalimat ini tidak pantas, jadi mengganti kalimat di belakang.

“Apa boleh memberiku sedikit waktu, aku ingin secara pribadi berbincang dengan Beliau.” Aku berkata melihat ke arah Fuji.

Fuji menggelengkan kepala: “Itu tidak bisa, membawamu ke sini itu hanya menghormati Steven, membiarkanmu sendirian dengan Beliau tentu saja tidak bisa.”

Aku tahu permintaanku agak sedikit melewati batas, dalam hatiku ingin berkata banyak, banyak sekali yang mau dikatakan, tapi Fuji di sini, aku malah sepatah pun tidak bisa mengatakannya keluar.

Bicara sampai akhir, aku dan Kakek keluarga Demina hanya pernah bertemu sekali saja, tingkah lakuku yang tidak biasa ini sudah membuat orang merasa aneh.

“Kakek kamu harus cepat sembuh.”

“Kamu bisa menyanyi lagu ‘Menangkap Serangga Terbang’ tidak?” Fuji tiba-tiba bertanya padaku.

“Hah?” Aku ada sedikit tidak mengerti jadi melihat ke arah pria itu.

“Kalau kamu bisa menyayikannya, kamu nyanyikan berapa kali, Safira kecil sering menyanyikan lagu ini ke Kakek, mungkin saja lagu ini bisa membangunkan kesadarannya.” Fuji mengatakan kepadaku.

Aku buru-buru menganggukkan kepala: “Aku bisa, aku nyanyi sekarang.”

Aku menutup mataku, mengingat syair lagunya, dengan perlahan menyanyikannya.

Langit gelap datang terkulai

Bintang gemerlap berdampingan

Serangga berterbangan-terbangan

Siapa yang sedang kau rindukan

Bintang di langit mencucurkan air mata

Bunga mawar di tanah pun layu

Angin dingin berhembusan

Hanya ingin dirimu menemani

Serangga berterbangan, bunga bertiduran

Sepasang dan berpasangan baru lah indah

Tidak takut langit menggelap

Hanya takut hati melebur

Tidak peduli lelah atau tidak

Juga tidak peduli timur selatan barat utara

Tidak tahu apakah karena terlalu serius bernyayi, tau aku sendiri seperti sudah menjadi Safira masa itu, dalam benakku sendiri seakan terlintas muncul gambaran seorang anak perempuan yang menari dan bernyanyi menggelilingi Kakek keluarga Demina.

“Bergerak, bergerak..” Fuji dengan semangat menunjuk Kakek keluarga Demina di ranjang mengatakan pada diriku.

Mendengar suara Fuji, aku buru-buru melihat kakek, tapi yang membuatku kecewa adalah dia tidak juga membuka matanya.

“Aku kelihatan tangan paman bergerak.”

“Benarkah?” Aku dengan ekspresi wajah yang penuh kejutan melihat bertanya kepada pria itu.

“Tadi baru saja bergerak, kamu lanjut, mungkin saja sebentar lagi terbangun.”

Aku menganggukkan kepala, lanjut bernyanyi lagi.

Akhirnya baru saja bernyanyi setengah pun dihentikan oleh seseorang.

Pintu didorong terbuka oleh seseorang, Weni Demina dengan ekspresi muka penuh amarah melihatku: “Siapa yang membawamu kemari?”

Novel Terkait

 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu