Perjalanan Selingkuh - Bab 54 Wanita Cantik Menyelamatkan Pahlawan

Bab 54 Wanita Cantik Menyelamatkan Pahlawan

Bartender berkata iya lalu dia mulai meracik minumannya, cara dia meracik minuman bagaikan sedang bermain akrobat, botol anggur bagaikan sedang menari di tangannya, membuat orang yang melihatnya terpana.

Terakhir, dia menuang minuman yang sudah diraciknya ke dalam gelas transparan.

Warna minuman itu terlihat seperti warna awan merah, setelah beberapa saat, bagian yang paling atas berubah menjadi merah, bagian tengahnya adalah oranye dan warna bagian bawahnya paling muda.

"Cobalah!" bartender melihatku sekilas lalu mengulurkan tangannya dan membuat gerakan mempersilahkan minum dengan tangannya.

Aku menganggukkan kepalaku lalu mengambil gelas itu dan mencobanya.

Manis, di dalam mulut terasa manis, tanpa sadar membuat suasana hati sesorang menjadi senang, setelah mencoba tegukan pertama, aku terus meminumnya lagi, saat sudah minum sampai ke bagian tengah, rasa manis itu pelan-pelan menghilang, malahan mulai berubah menjadi asam, saat diminum lagi, selain rasa asam, juga terasa sedikit pahit.

Aku duduk dengan tatapan menerawang di sana, dari tegukan pertama sampai sekarang, bagaikan perasaanku terhadap Steven, dari manis sampai asam, lalu menjadi pahit.

Air mataku tiba-tiba mengalir keluar, tidak bisa minum lagi.

"Habiskan! Jika kau tidak minum sampai akhir, kau tidak akan tahu akhirnya."

Setelah mendengarnya, aku minum lagi, aku menyadari rasa pahitnya pelan-pelan menghilang, akhirnya ternyata berubah menjadi rasa air putih.

Air putih

"Minuman ini dinamakan 'Pelupa Perasaan' dikarenakan rasa minuman ini seperti seseorang yang pernah mengalami patah hati, akhirnya seiring dengan berjalannya waktu, segala rasa manis dan pahit hilang seluruhnya, kembali tenang seperti keadaan yang semula, seiring berjalannya waktu, luka dan perasaan sedalam apapun, suatu saat nanti pasti akan terkikis habis."

Sambil berbicara, bartender itu mengambil gelas kaca yang lain lalu menuang minuman lain yang sudah selesai diraciknya ke dalamnya, warna mawar biru yang menggoda, seperti kesan yang diberikan oleh Ling Ling kepada orang lain, siluman penggoda.

Bartender mendorong gelas itu kehadapan Sisi : "Dua gelas ini anggap saja aku mentraktir kalian minum, semoga kalian berdua semakin lama semakin muda dan cantik."

Selesai bicara, bartender itu berbalik dan pergi.

"Minuman di sini benar-benar lumayan." aku tidak menyangka meminum satu gelas alkohol saja ternyata memiliki begitu banyak cerita.

"Orang tadi itu adalah pemilik tempat ini, kau dapat meminum 'Pelupa Perasaan' yang diracik olehnya sendiri, kau benar-benar beruntung." Sisi menatapku dengan tatapan iri.

Aku kira orang itu adalah bartender, ternyata dia adalah pemilik tempat ini, pantas saja terlihat berwibawa.

"Di sini ada banyak lelaki yang baik, tidak perlu memberikan hatimu hanya kepada Steven saja, ayo kita turun ke lantai dansa."

Setelah itu, Sisi mengulurkan tangannya dan menarikku.

Aku ditarik paksa oleh Sisi untuk masuk ke lantai dansa, disekelilingku penuh dengan orang yang sedang meliukkan pinggulnya dan menari dengan panas, semuanya terlihat seksi dan menggoda.

Sedangkan Sisi seperti seorang siluman penggoda, meliukkan pinggulnya seperti seekor ular, tatapan matanya sangat menggoda, gerakannya sangat menawan.

"Ayo menari! Selesai menari, suasana hatimu akan langsung membaik." Sisi mengedipkan matanya kepadaku.

Aku agak sedikit canggung, aku bisa menari, tetapi itu adalah tarian balet yang waktu kecil kupelajari sebentar dari seorang guru, akhirnya setelah diketahui oleh ayah dan ibu, mereka memaksaku untuk berhenti, hanya saja guru balet itu merasa sangat sayang sekali, dia berkata aku mempunyai bakat untuk belajar menari.

"Ayo menari! Lagipula di sini tidak ada yang mengenalimu selain aku, jangan terlalu canggung!"

Dengan dorongan dari Sisi, aku akhirnya mulai menggerakkan badanku, awalnya aku masih merasa sangat malu, tapi dengan bantuan Sisi, gerakanku akhirnya pelan-pelan mulai berani.

Sisi juga mulai mengajakku dance battle, pelan-pelan, di sekelilingku terlihat kosong.

Aku dapat mendengar sorakan dan teriakan banyak orang, juga terdengar suara siulan.

Aku menari dengan bebas, gerakanku semakin lama semakin mahir, pinggangku dari dulu memang sangat lentur dan kecil, meskipun awalnya gerakanku terlihat canggung, tetapi akhirnya semakin baik.

Saat aku sedang menari dengan bersemangat, pinggangku tiba-tiba dipeluk oleh seseorang.

"Apa yang kau lakukan?"

Aku langsung mendorong orang itu, tetapi tidak peduli sekeras apapun aku mendorongnya, tetap tidak bisa melepaskan diriku darinya.

"Linda" suara ini sangat familiar, membuat tubuhku membeku seketika.

Aku tidak menyangka aku akan bertemu Steven kembali, terlebih di tempat seperti ini.

Suaranya mengandung emosi yang ditahan, dia menarik tanganku lalu langsung berjalan ke luar.

"Apa yang kau lakukan? Apa hakmu untuk menarikku pergi? Aku masih mau menari!" untuk pertama kalinya aku marah terhadap Steven.

Apa yang sedang dia lakukan? Apa haknya berbuat seperti itu terhadapku? Jika dia ingin bertemu dia akan mencariku, jika tidak ingin bertemu, maka akan menendangku pergi, apa dia menganggapku ayam kampus yang kapanpun bersedia jika dipanggil olehnya?

Jika memikirkan hal ini, aku benar-benar merasa tidak terima, nada bicaraku kepadanya menjadi sangat kasar.

"Apa kau tidak sadar? Menarikan tarian seperti itu di atas panggung, apa kau tidak melihat pria-pria itu menatapmu dengan tatapan yang ingin menelanjangimu?" Steven memandangku dengan tatapan mata yang berbahaya, suaranya terdengar marah.

Aku bengong menatapnya.

Akhirnya tiba-tiba aku tertawa : "Aku menarikan tarian yang seperti apa, apa hubungannya denganmu? Aku tidak pernah mendengar seorang bos mengatur karyawannya sampai seperti ini, eh, salah, aku sudah mengundurkan diri, kita sudah tidak ada hubungan apapun."

Setelah itu, aku berbalik untuk berjalan ke atas panggung.

Saat ini aku hanya ingin menentang Steven, dia tidak ingin aku menari, aku justru ingin menari untuk ditunjukkan kepadanya.

Aku dengan cepat kembali masuk ke lantai dansa, tarian kali ini semakin panas dan seksi, bahkan tatapan matapun terlihat menggoda.

Aku bisa melihat Steven yang berada di bawah panggung menatapku dengan tatapan yang sangat marah, melihat ekspresinya yang seperti itu, suasana hatiku sepertinya berubah menjadi lebih baik.

Saat menari, aku langsung melepaskan jaketku dan melemparkannya ke bawah panggung, para lelaki itu mulai saling memperebutkan jaketku.

Saat Steven melihat adegan ini, wajahnya berubah semakin tidak enak dilihat, dia maju ke depan dan langsung mengambil baju itu, setelah itu dia melempar segepok uang kearah lelaki itu.

"Pergi dari sini."

Orang itu kaget melihat tatapan mata Steven, tetapi dia bersikeras berhadapan dengan Steven : "Kau merasa hebat, hah? Berani melempar uang kepadaku?"

Setelah itu dia mau mengayunkan tinjunya kepada Steven, orang lain juga ikut mengelilingi Steven, mereka sangat jelas adalah satu kelompok.

Hatiku sangat cemas, keinginan untuk membuat Steven marah seperti tadi sudah menghilang, aku segera berlari kesana dan membuka kerumuman, lalu langsung menghadang di depan Steven, aku berteriak kepada mereka : "Kalian tidak boleh menyentuhnya."

Mereka semua melihatku dengan ekspresi heran.

Sisi datang dari samping dan berbisik kepadaku : "Mereka tidak memukul Steven."

Tadi aku panik jadi tidak melihat keadaan di sini, hatiku hanya mengkhawatirkan Steven.

Sekarang aku baru melihat, orang yang pertama kali berusaha memukul Steven sedang memegang lengannya dan terlihat kesakitan.

Aku menoleh dan melihat Steven, bajunya sedikit berantakan, tetapi wajahnya hampir tidak terluka sama sekali.

Sebaliknya keadaan ketiga orang yang tadi berusaha memukulnya malah tidak baik.

"Pergi" Steven berkata dengan dingin kepada orang-orang itu.

Mereka kali ini tidak membantah, segera masuk ke dalam kerumunan orang lalu pergi.

Ada orang yang sedang membicarakan hal yang terjadi tadi.

"Pria ini sangat tampan, sangat hebat, hanya dengan satu tangan dan beberapa tendangan, dia bisa mengalahkan mereka semua, keren sekali."

"Iya benar, terlebih lagi dia sangat tampan, aku bahkan belum melihat jelas gerakannya, ternyata sudah selesai, sekarang aku sangat menyesal kenapa tadi aku tidak merekamnya."

Aku baru tahu, Steven sama sekali tidak butuh pertolonganku, aku benar-benar seperti orang bodoh, sia-sia aku mencemaskannya.

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu