Perjalanan Selingkuh - Bab 49 Salah Paham

Bab 49 Salah Paham

Aku segera menggelengkan kepalaku, Steven hari ini memberikanku suatu perasaan kalau dia sangat berbahaya, seperti perasaan pada saat aku pertama kali mengenalnya.

Aku dapat merasakan setelah bertemu dengan Justin, suasana hatinya berubah menjadi sangat buruk, dia bagaikan memakai satu lapis baju perang yang sangat dingin, bagaikan orang asing, dingin dan tidak berperasaan.

"Kemari!" Steven melihat tempatku berdiri agak sedikit jauh, ekspresinya terlihat tidak senang.

Aku maju beberapa langkah lalu langsung ditariknya masuk ke dalam pelukannya, satu tangannya memeluk pinggangku, tangannya yang lain memegang wajahku dengan kuat lalu dengan sewenang-wenang langsung mencium bibirku.

Ciumannya sangat brutal, seperti seorang tiran yang ingin menghancurkan bumi.

Aku dicium olehnya sampai hampir tidak bisa bernapas, setelah itu dia dengan kasar langsung merobek kemejaku, sambil menggendongku ke tempat tidur.

Kali ini tidak ada pemanasan apapun, Steven seperti sedang melampiaskan kemarahannya, tidak berhenti menyerang tubuhku.

Aku menahan sakit, dengan lembut memeluk lehernya, aku bisa merasakan seluruh tubuhnya mengeluarkan aura suram, begitu sedih dan brutal.

Mungkin dengan sepenuh hati melakukan hubungan antara pria dan wanita dapat menghilangkan stres, setelah Steven selesai melampiaskannya, dia duduk bersandar di atas ranjang dan menyalakan sebatang rokok di tangannya.

Aku tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi di antara dirinya dan Justin, aku juga tidak berani bertanya, lebih tidak berani menyentuh bekas luka di tubuhnya itu, hanya bisa diam-diam merasa sedih untuknya.

Setelah dia selesai merokok satu batang rokok, barulah Steven bangkit berdiri dan memakai bajunya.

"Kau istirahat dulu di sini, aku mau pergi ke kantor."

Steven memakai bajunya selapis demi selapis, memerintahkanku sambil menoleh dan menatapku yang masih berbaring di atas tempat tidur.

Aku mengangguk dan melihat dia pergi, sampai punggungnya tidak terlihat lagi.

Aku tidak menuruti perkataannya, saat Steven baru saja pergi, aku langsung masuk ke dalam kamar mandi, setelah selesai mandi, aku mengganti bajuku dan keluar dari dalam kamar hotel.

Di lantai ini semuanya adalah president suite, satu lantai ada 3 kamar.

Saat aku baru saja mau keluar dari kamar, aku langsung berpapasan dengan orang yang juga baru saja keluar dari kamar seberang.

Jason menatapku dengan tatapan tidak mengerti, akhirnya pandangan matanya jatuh ke leherku : "Linda."

Aku menganggukkan kepalaku dengan datar, anggap saja sebagai sapaan lalu berbalik dan ingin pergi.

Jason mengulurkan tangannya dan segera menarik tanganku, lalu menarikku dengan kuat ke dalam kamarnya.

"Lepaskan aku!" aku segera berusaha untuk lepas dari cengkraman tangannya.

Jason mencengkram pergelangan tanganku dengan erat dan tidak mau melepaskannya, suaranya terdengar marah : "Ayo kita bicara."

Selesai bicara, dia langsung dengan sekuat tenaga menarikku ke dalam kamar lalu menutup pintu kamar dengan keras dan langsung mengunci pintunya di hadapanku.

"Jason, sebenarnya apa yang kau inginkan?" aku memelototinya dengan marah.

Jason terkekeh : "Sekarang kau jauh lebih baik dibandingkan dulu, setidaknya sifatmu yang sekarang terlihat jauh lebih hidup."

"Saat itu umurku 10 tahun, sekarang 26 tahun." aku mengingatkan Jason.

Saat Jason pergi, aku baru berumur 11 tahun, hari itu kebetulan adalah hari ulang tahunku, semenjak kepergiannya, aku akan merasa sedih setiap merayakan ulang tahunku.

Sudah berlalu 15 tahun, sebenarnya tidak peduli perasaan sedalam apapun, itu tidak akan mampu bertahan dari waktu yang sudah terbuang begitu lama, Jason yang dulu akan terus hidup selamanya di dalam kenanganku, tetapi Jason yang sekarang malah bagaikan orang asing.

"Kau memang sudah dewasa, sikapmu juga sudah tidak seperti dulu lagi yang suka menyendiri." Jason mengulurkan tangannya, ingin mengelus kepalaku.

Tetapi aku malah menghindar ke samping, tangannya berhenti di sana dengan canggung, lalu dia menariknya kembali, matanya yang melihatku terlihat sedikit terluka.

"Sudah 15 tahun, rumahku tetap di sana, jika kau benar-benar ingin mencariku, dari awal pasti sudah ketemu." aku menatapnya sekilas dengan datar, tatapan mataku yang tenang seperti sedang melihat satu orang asing.

Perkataanku membuat wajah Jason sedikit canggung dan malu.

"Aku tinggal di luar negeri selama 10 tahun, setelah aku kembali, aku menyadari kalau kau sudah menikah."

Aku sudah tidak perduli alasan Jason yang sebenarnya, dulu aku pernah berulang kali bermimpi, jika kelak aku bertemu dengannya, aku harus bertanya apa kepadanya, jika tidak berencana untuk menepati janjinya, kenapa membuat janji untuk menunggunya 10 tahun, hanya memberikanku kebahagiaan yang semu.

Tetapi setelah sekarang dipikir-pikir lagi, itu hanya dikarenakan aku masih belum rela saja.

Yang aku rindukan sebenarnya adalah 16 tahun yang lalu, anak muda berumur 15 tahun yang senyumannya bagaikan bunga matahari yang mekar itu.

"Linda, aku mencarimu karena ingin membicarakan soal kau dan Steven." Jason menatapku dengan tidak berdaya.

"Aku pernah bilang padamu, kau tidak usah ikut campur urusan kami berdua." aku memandangnya dengan dingin.

"Apakah kau mengenal Steven ini? Apa kau mengetahui latar belakangnya? Apa kau tahu dia sebenarnya adalah orang yang bagaimana?" Jason bertanya sekaligus begitu banyak pertanyaan kepadaku.

Wajahnya juga terlihat sangat suram, menatapku dengan lekat, seperti sedang menatap seorang anak kecil yang bandel.

Sejujurnya aku tidak tahu jawaban dari semua pertanyaanya, tetapi apa hubungan semua hal ini denganku? Yang aku cintai hanyalah orangnya saja.

Melihat ekspresiku, wajah Jason menunjukkan ekspresi seperti yang “sudah kuduga” terhadapku : "Steven sudah dijodohkan, mereka tumbuh besar bersama, hubungan mereka sangat baik, dia tidak akan mungkin menikahimu."

Perkataan Jason membuat tubuhku hampir tidak mampu berdiri tegak.

Mendengar sendiri dengan menebak adalah dua hal yang berbeda.

"Apakah wanita yang sedang hamil itu?" aku mundur selangkah dan mengangkat kepalaku menatap Jason.

Jason menggelengkan kepalanya, nada bicaranya terdengar meremehkan : "Bukan dia, dia juga hanyalah pengganti orang lain saja."

Pengganti? Masih saja seorang pengganti? Satu kata ini sudah membuatku bingung.

"Kami berdua adalah pengganti siapa?" tanpa sadar aku menggunakan kata "kami", alam bawah sadarku merasa kalau aku dan wanita itu sepertinya adalah pengganti orang lain!

Saat memikirkannya, tatapan mataku terlihat sedih dan hampa.

"Safira, tunangan Steven." Jason memandangku dan mengucapkan kata demi kata dengan jelas.

Safira? Nama ini bagaikan sebuah palu yang menghantam kepalaku, lalu terus menggema di dalamnya, membuatku merasa buta dan tuli.

"Linda, kau kenapa?"

Jason segera menahan pinggangku, aku memberontak dan mendorongnya : "Tidak apa-apa, hanya sedikit pusing saja."

Beberapa waktu yang lalu aku kurang asupan nutrisi, ditambah lagi secara berurutan keguguran 2 anak, jadi aku mengalami kekurangan darah akut.

"Kau istirahat sebentar." Jason ingin membantuku untuk duduk.

"Tidak perlu, aku ingin keluar." aku selalu ingat peringatan Steven untukku, dia tidak suka aku berhubungan dengan Jason, kalau begitu aku tidak akan berhubungan dengannya.

Jason melihat ekspresiku yang keras kepala, akhirnya dia tidak menahanku lagi dan membantuku membuka pintu.

Baru saja aku membuka pintu, langsung bertatapan dengan Steven.

Dia melihatku keluar dari kamar Jason, tatapan matanya terkunci kepadaku, matanya yang hitam terlihat sangat dingin.

Tanpa sadar aku mendorong Jason yang sedang memapahku, hatiku sangat panik.

"Kenapa kau kembali?" aku memandang Steven dengan hati-hati, suaraku terdengar gugup.

"Aku lupa membawa dokumen." mata Steven yang dingin menatapku, suaranya seperti tidak mengandung perasaan sedikitpun.

Setelah itu Steven tidak menatapku lagi, dia berbalik dan membuka kamar yang di seberang menggunakan kartu.

"Steven--"

Aku maju beberapa langkah, ingin mengikutinya masuk ke dalam, tetapi Steven menutup pintunya dengan keras dan mengunciku di luar, hidungku menabrak pintu kamar dan segera terlihat merah, sangat sakit sampai air mataku segera mengalir keluar.

Novel Terkait

Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu