Perjalanan Selingkuh - Bab 122 Tertangkap Basah Selingkuh (2)

Dia langsung menciumku dengan tatapan matanya yang penuh dengan kebingungan dan nafasnya pendek, dia meraba dada dan kakiku dengan penuh nafsu, aku mencoba menggerakkan tubuhku, tapi ditahan olehnya hingga tidak bisa bergerak, dia membuatku tidak bisa melawan.

Dia menggendongku, menciumku sambil meraba, lalu merobek gaunku, dan mendorongku ke tempat tidur.

Gerakannya yang nyaris gila ini dan ciumannya yang lembut hampir membuatku jijik, tapi itu semua membuatku tenggelam dalam kegembiraan yang mendalam.

Kenapa tiba-tiba dia menjadi begitu brutal dan genit, meskipun dia terangsang, tapi juga tidak sebrutal ini.

Aku tidak melawan, terserah dia mau bagaimana. Dia terus berusaha untuk mendapatkan kesenangan klimaks nya, tapi dia malah menenggelamkanku ke dalam perilakunya yang kasar. Aku sangat takut dilabrak orang, yang bisa kulakukan hanya bisa menahan sakit dan tidak berani berteriak, bahkan aku hampir mati lemas.

Tiba-tiba, ada suara teriakan di luar pintu, untuk sesaat hatiku kaget, dimana aku harus menahan hasratnya. Lalu terdengar suara yang keras dan langkah kaki yang kacau datang menghampiri ruangan ini, semakin lama suara ini semakin jelas.

Steven tiba-tiba memindahkanku sambil mengubah posturnya, dan dia terus melampiaskan hasratnya padaku dengan gila. Aku menahan rasa sakit tidak berteriak, tapi samar-samar mendengar suara seorang wanita di luar pintu berkata dengan terkejut, ‘Safira, kenapa kamu bisa ada di sini...？’, Sunni juga terkejut, dan tanpa sadar menjawab ‘Ma...’，tanpa tunggu lama kata ini diucapkan, ditambah dengan langkah kaki yang kacau, aku tidak memperhatikan apa yang dikatakan selanjutnya.

Kemudian, tiba-tiba terdengar suara ‘bang’, pintu itu ditendang terbuka, banyak cahaya yang masuk ‘deng’ ‘deng’menyorot wajahku.

Saat ini, Steven perlahan-lahan mulai sadar, dia menghentikan hasratnya, dan menarik selimut menutupi wajahku.

Hatiku ciut bersembunyi didalam selimut, terlebih sebelumnya nama burukku sudah terekspos di media, kalau kali ini kembali terekspos, takutnya mulai hari ini aku tidak akan punya hidup yang damai.

“Keluar!” ucap Steven memandang media dengan marah, dan sikap yang tegas.

Di lokasi kejadian situasi langsung sunyi, mata Sunni memerah, dia berteriak marah:“Steven, kenapa kamu memperlakukanku seperti ini?”

Steven menyibak rambutnya sendiri dan tidak mengeluarkan suara.

Kemudian Weni bergegas masuk, melihat pemandangan itu, Wajahnya marah dan malu.

Sebagai seorang Nyonya muda, Weni tahu dengan jelas, masalah ini tidak boleh berkembang lebih jauh, karena mempertimbangkan status dan citra keluarga, dia hanya bisa menghentikan media dan mengusir mereka pergi.

“Katakanlah! Siapa pelakor yang ada di tempat tidur itu? Kenapa kamu memperlakukan putriku seperti itu...”Weni tidak puas, suaranya tajam setajam pisau menusuk telingaku.

Tanpa menunggu Steven menjawab, orang yang bersembunyi dibalik selimut itu keluar. Dia menyadari orang itu adalah aku, dia terbengong, wajahnya terkejut dan marah.

Dia mengangkat tangannya dengan marah dan mencoba menamparku, tapi Steven menghentikannya.

Air matanya mengalir dan berkata dengan marah: “Kenapa kamu harus selingkuh dengan pelakor ini, jelas-jelas hari ini tanggal pernikahan kita!”

Tanggal pernikahan ...？Aku mengingat-ingat.

“Hari ini hanya pesta ulang tahunmu, bukan tanggal pernikahanmu.” jawab Steven, yang sedikitpun tidak memberi Sunni muka.

Steven merapikan pakaiannya, dengan tangan dan bahu yang kuat, dia membungkusku dengan selimut, lalu pergi keluar tanpa memperdulikan mereka.

Aku berbaring di bahunya, menatapnya dengan ragu, apakah dia melakukan ini untuk melindungiku dan sengaja bertengkar dengan mereka?