Perjalanan Selingkuh - Bab 262 Terjadi Masalah

“Kakek kelima, anda belum tidur?” Aku bertanya sambil tersenyum

“Ini aku lagi menunggu kalian! Bagaimana, sudah mengundang seseorang?” Dia menghentikan gerakan tangannya dan menoleh kearahku.

“Tebaklah.” Aku berkata sambil mengeluarkan lidah.

“Lihat suasana hatimu yang begitu baik, masalah ini pasti sudah beres.”

Saat berbicara, Weni berjalan kemari: “Ada makan malam yang sudah dihangatkan di dapur, makanlah terlebih dahulu!”

Aku menganggukan kepala dan bergegas menarik Steven lari kearah dapur.

………………

“Aku pergi mencari Si Tua Ye berkali-kali tetapi tidak ada hasil, tidak menyangka kamu mencari sekali sudah ketemu.”

Di ruang buku, aku menarik daguku dengan tatapan kagum melihat Steven.

“Kamulah kontribusi terbesar, jika bukan kamu yang menyelesaikan kerjaan pada minggu lalu, kemungkinan pintu rumah Si tua Ye pun tidak dapat masuk, kali ini berhasil, istrikulah yang mendapat pahala terbesar.”

Steven merangkul tubuhku dengan terampil dan berkata manis.

Tidak peduli dia menyanjungku atau tidak, yang penting kata-katanya membuat hatiku nyaman.

Aku melihat komputernya, lihat halaman, ternyata data itu adalah informasi Luna Lin .

Hal ini membuatku merasa aneh: “Mengapa kamu tiba-tiba menyelidiki Luna ?”

“Baru-baru ini dia dekat dengan Sunni, aku mencurigai keluarga Lin ada hubungan dengan Rufin, jadi aku harus mengikuti informasi Luna dan memeriksa dengan cermat.” Steven berkata sambil menggunakan mouse untuk membuka dokumen didepan matanya.

Dokumen ini jauh lebih jelas daripada informasi pada internet, hubungan Luna terpampang diatasnya.

Selain itu, latar belakang keluarga Lin dengan jelas tertera diatas.

Bahkan rute perjalanan dan pergerakan Luna , baik besar atau kecil semua tertera.

Data-data ini jelas tidak mungkin diselesaikan dalam dua hari ini, jadi bisa dibilang, Steven sudah memperhatikan Luna dari awal.

“Dari awal kamu sudah memperhatikan Luna ? “ Aku tidak bisa untuk tidak bertanya kepada Steven.

Steven mengangguk kepala: “Aku selalu membiarkan orang lain memperhatikan gerak-gerik Sunni.”

Berbicara tentang ini, dia menyentuh kepala: “Masalahmu adalah masalahku, aku membenci Sunni lebih dari kamu.”

Setelah mendengar kata-kata Steven, membuat hatiku terasa hangat yang tidak dapat diungkapkan.

Memiliki seseorang yang mengertimu, membantumu disaat kamu butuh, adalah berkat terbesar dalam hidup.

Disaat suasana bagus, ponsel di sakuku tiba-tiba berdering.

Sesudah menjawab panggilan, terdengar suara Puput : “Kak Linda, cepat kemari, paman dan bibi bertengkar.”

“Masalah ini kamu seharusnya mencari Yosi.” Aku berkata kepada Puput .

“Ta…tapi aku tidak ada nomor ponsel dia, dan sekarang pertengkaran mereka sangat besar, benar besar, aku sangat takut.” Terdengar suara Puput yang akan menangis.

“Kalau begitu laporlah kepada polisi!” Aku menarik nafas dalam dan berkata dengan tenang.

Sesudah berbicara, aku menutup telepon.

Walaupun sudah berniat untuk tidak mengurus masalah mereka, tapi dalam hati sudah tidak tenang.

“Kalau kamu ingin pergi melihat mereka, aku temenin kamu.” Steven melepaskan kerjaan ditangannya dan berkata padaku.

“Tidak perlu.”

Sekarang sudah larut malam, meskipun aku yang pergi, apa yang terjadi, bagaimanapun juga tidak akan memberi banyak perbedaan.

Aku berpikir masalah ini akan berakhir, tapi aku tidak menyangka, tengah malam polisi meneleponku.

Isinya ternyata ayah angkatku menebas ibu angkatku, sekarang mereka berdua dirawat inap di rumah sakit, polisi mendapatkan nomorku dari Puput , menyuruhku pergi ke rumah sakit, sekalian menjelaskan situasi.

Aku tidak menyangka masalah menjadi begitu besar, aku bangun dan mengenakan pakaian.

Steven terbangun karenaku, sesudah mendengar kata-kataku, dia juga ikut mengenakan pakaian: “Aku menemanimu pergi.”

“Aku bisa menanganinya sendiri, besok kamu harus pergi kerja, lebih baik kamu istirahatlah!” Aku dengan pandangan tidak tega menatap Steven.

“Tidak perlu, aku menemanimu.”

Sambil berbicara, Steven dengan cepat mengenakan pakaian dengan baik.

Dengan karakter Steven yang keras kepala, aku tidak dapat membujuknya, jadinya barengan dia pergi ke rumah sakit.

Sesampai di rumah sakit, Puput menunggu diluar ruang operasi, rasa terkejut pada wajah masih ada dan air mata membasahi matanya.

Setelah melihatku, bagaikan ketemu andalan, menarik lenganku, berkata dengan jelas kepadaku: “Paman mengetahui bahwa bibi menginvestasi semua uangnya di pasar saham, dan sangat marah setelah kehilangan semuanya, akhirnya bertengkar dengan bibi, lalu tidak tahu kenapa memegang pisau, dan langsung menebas bibi jatuh diatas lantai, kak Linda, aku sangat takut …..”

Aku harus menghibur Puput , menunggu kondisinya tenang.

Dan disana polisi sudah berunding dengan Steven.

Mereka mengetahui identitas Steven, dengan sopan, menceritakan kasus kepada Steven, setelah itu, membiarkan Steven pergi.

Puput menangis dengan terengah-engah, setelah menangis, dia bertanya kepadaku: “Bagaimana? Kak Linda, sekarang harus bagaimana?”

Aku bertanya kepadanya: “Mereka bagaimana bisa ke tempatmu?”

Puput mengusap air matanya, menangis dengan pelan: “Mereka pergi ke toko berbelanja kebetulan bertemu denganku, pada saat itu mereka mengenakan pakaian glamor, seharusnya masih ada sedikit uang ditangannya, setelah bertemu denganku aku meminta nomor yang dapat dihubungi, namun tidak lama kemudian, mereka bilang bahwa mereka tidak ada tempat untuk tinggal, dan memohon kepadaku untuk pindah ke tempatku.”

“Seingatku kamu tinggal di apartemen?” Aku menatap Puput sambil mengerut.

Puput Titian mengangguk: “Aku tidur disofa ruang tamu.”

Aku terdiam dengan tindakan Puput

Walaupun kali ini ayah angkat melukai ibu angkat, tapi tubuh dia sendiri juga tidak begitu sehat, dan sekarang juga terluka, sedang melakukan pengobatan di rumah sakit.

Aku pergi ke ruang sakit melihat dia dulu, pakaiannya sudah diganti dengan pakaian rumah sakit, berbaring di ranjang, mukanya sedikit pucat.

Baru beberapa bulan tidak berjumpa, kelihatan menjadi kurus.

Setelah melihat aku masuk, mulutnya terbuka, dan akhirnya memandang ke samping

“Aku datang melihatmu.” Aku membuka mulut untuk memecah keheningan.

“Aku belum mati!” Suaranya membawa kemarahan.

Emosinya yang masih sama tinggi, bahkan sedang sakit dia tidak bisa menahan amarahnya.

Dengan dia, aku tidak tahu bagaimana mengungkapkannya, hanya membawa buah dari rumah dan meletakkannya di atas meja.

“Aku sudah membayar biaya rawat inap, besok aku akan menyewakan satu rumah, kamu bisa tinggal di sana setelah keluar dari rumah sakit.”

Aku menyiapkan untuk mereka, membantu mereka membeli rumah lagi itu mustahil, tapi bisa membantu mereka menyewa rumah, lalu tempatkan mereka untuk usia tua, atau membawanya ke panti jompo.

Dia tidak berbicara, setelah mendengar kata-kataku.

Tampangnya diam dan menatap langit-langit, tidak tahu apa yang dia pikirkan.

Setelah sekian lama, disaat aku berpikir dia tidak akan berbicara, malah mendengar dia berkata: “Aku ingin hidup.”

Kata ini, membuatku terdiam sejenak.

Kanker paru-paru sekarang ini hanya bisa ditunda melalui pengobatan, tapi jika ingin hidup seperti orang normal hingga meninggal secara alami, nampaknya belum bisa terjadi.

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu