Perjalanan Selingkuh - Bab 171 Mengumpulkan Bukti

Tetapi seiring kata-katanya, hatiku merasa semakin dingin.

Aku menduga Weni seharusnya mengalami sejenis gangguan jiwa psikosis.

Dengan kata lain, kondisinya tidak stabil, dapat kambuh kapan saja dan kadang-kadang sadar diri.

Sebenarnya dalam ingatanku, karena Weni selalu sibuk dengan pekerjaannya sepanjang tahun, dia benar-benar tidak pernah berpartisipasi dalam pertemuan apapun dia sekolah.

Tetapi aku tidak menyangka ketika dia gila, dia masih ingat masalah itu, mungkin karena cinta dan rasa bersalah yang mendalam, bahkan sudah gila, yang dia pikirkan tetap hanyalah aku.

Ini membuat hatiku rumit dan sedih.

“Ma, besok tidak perlu menghadiri pertemuan orang tua.” Aku berkata.

“Tidak perlu? Aku ingat kamu pernah bilang akan berpartisipasi hari Senin ini.” Weni menatapku dengan ekspresi kaget.

“Benar tidak perlu, sudah pernah hadir kemarin.” Aku berkata.

“Apakah kamu mencari Bibi Limun lagi?” Weni berkata dengan sedih.

Ini pernah terjadi beberapa kali, karena Mamaku terlalu sibuk, jadi aku menyuruh bibi pengasuh pergi ke sana beberapa kali, dan ini juga menyebabkan jarang ada orang yang tahu bahwa aku adalah Nona keluarga Demina, mereka semua menyangka aku hanyalah anak-anak keluarga biasa.

Aku menyangka kenangan itu bagaikan sebuah film yang tidak ada hubungannya denganku, tanpa memiliki perasaan apapun.

Tetapi tanpa terduga, meskipun setelah terjadi begitu banyak hal, kenangan yang tersembunyi itu masih ada dalam pikiranku.

Ketika kamu memikirkannya secara teliti, baru akan menemukan perasaan masa lalu.

“Ini semua salah Mama, Mama terlalu sibuk, tapi kamu jangan khawatir, Mama sudah memutuskan akan menyerahkan pekerjaan pada orang lain, dan akan konsen menemani putri kecilku, oke?” Weni menatapku dengan senang.

Ekspresinya ketika berbicara denganku hampir sama seperti masa muda, sangat elegan dan anggun, sambil menghiburku, kombinasi yang rumit namun sangat unik.

Aku tahu, dia ingin menebus kekurangan masa kecilku.

Tetapi semuanya telah berlalu, kita harus melihat ke depan, melihat ke masa depan.

Aku meletakkan tanganku di tangan Weni, dan berkata dengan lembut, “Jangan salahkan dirimu, aku tidak menyalahkanmu.”

“Safira, apa yang kamu katakan?”

Mamaku mengangkat kepala menatapku.

“Jangan salahkan dirimu, aku tidak menyalahkanmu.” Aku menatapnya dan mengulangi perkataanku.

“Safira, ini salah Mama, Mama seharusnya lebih sering menemanimu.” Weni menatapku dengan pandangan memohon.

“Tidak..... itu bukan salahmu, itu salah orang-orang yang bermain trik di belakang.”

Aku menghentikan perkataan Weni.

“Tidak peduli bagaimana pun, aku berharap kamu bisa bahagia.”

Membicarakan ini, aku memeluknya dengan lembut, air mata tak bisa menahan jatuh di lehernya.

“Safira, anakku.....”

Aku berada di rumah Fuji hingga Weni tertidur, baru aku pergi.

Dan apa yang ingin aku bicarakan dengan Fuji, sangat jelas sudah tidak mungkin.

Lalu, aku keluar dari rumah Fuji.

Tetapi begitu aku melangkah keluar, aku melihat sebuah mobil berhenti di depanku.

Aku terkejut, tetapi akhirnya merasa lega setelah melihat orang yang di dalam sebenarnya adalah Steven.

“Mengapa kamu ada di sini?”

Aku merasa sudah terlalu malam, jadi tidak menelepon Steven, awalnya berpikir akan kembali dengan naik taksi, tetapi tanpa terduga baru saja keluar langsung ketemu Steven.

Steven membuka pintu mobil dan berkata: “Masuklah ke mobil!”

Aku masuk ke dalam mobil dan menatap pada Steven yang sedang menyetir, wajahnya yang tampan membuat hatiku merasa senang.

Aku diperkirakan telah menyelamatkan alam semesta di kehidupan terakhirku sehingga bisa bersama pria yang begitu tampan, berkemampuan, dan begitu perhatian terhadap pacarnya.

Saat berada di dalam mobil, aku berbicara dengan Steven tentang Weni.

Ketika dia mendengar Weni didorong ke bawah oleh mereka berdua, seluruh tubuh Steven menjadi semakin dingin.

“Tenanglah, aku sudah mulai mengumpulkan buktinya sekarang, asalkan bisa menemukan bukti bahwa dia memiliki anak haram di luar negeri, maka dia tidak akan memiliki kesempatan apapun lagi.

Membicarakan ini, mata Steven memancarkan tatapan yang kejam.

Kemudian dia memeluk pinggangku, dan berkata dengan lembut, “Tenanglah, semua yang berhutang padamu, aku akan meminta mereka membayar dengan ribuan kali lipat.”

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu