Perjalanan Selingkuh - Bab 144 Dia Adalah Istriku (2)

Mobil melaju di atas jalan tol selama sehari, setelah itu barulah mereka tiba di Shanghai, begitu sampai di rumah, aku dan Sisi langsung berbaring di atas ranjang.

Tanganku memegang ponsel, sedang membaca berbagai macam berita di internet, aku tidak melihat Steven mengirimiku pesan apapun.

"Apakah kamu tahu soal Sunni?" aku berbaring di atas ranjang dan bertanya kepada Sisi.

"Dua hari belakangan ini aku bahkan tidak sempat memperhatikan diriku sendiri."

Sisi tertawa kemudian menoleh dan bertanya kepadaku : "Apakah wanita jalang itu kembali berniat jahat dan mengerjaimu lagi?"

Aku menggeleng : "Tidak tahu, namun aku merasa sebentar lagi aku akan mendapatkan masalah darinya."

"Sunni menderita gagal ginjal, Weni Demina sekarang sudah gila."

"Gagal ginjal?" Sisi merasa sedikit terkejut.

Tidak lama kemudian dia bertepuk tangan lalu berguling ke arahku sambil tertawa : "Bukankah ini bagus sekali, kamu tidak perlu melakukannya dengan tanganmu sendiri, Tuhan sudah membantumu."

"Tetapi hatiku tetap merasa tidak terlalu tenang, aku selalu merasa ada sesuatu hal yang akan terjadi." aku memegang jantungku yang sedang melompat liar.

"Apakah kamu sedang mengkhawatirkan Steven?"

Aku menggeleng, aku juga tidak tahu apa yang sebenarnya sedang aku khawatirkan, akan tetapi aku selalu merasa sedikit tidak tenang.

Aku tidak bisa memberitahu perasaan apa ini, aku juga tidak tahu bagaimana mengatakannya.

"Jika Steven memang adalah seorang pria, maka dia akan membantumu mengatasi segalanya, jika tidak, lebih baik kamu tinggalkan saja dirinya." Sisi menatapku dengan ekspresi yang terlihat serius.

"Tetapi meskipun tidak ada Steven, Sunni juga tidak akan melepaskanku, selain itu, akulah yang tidak berguna, aku bahkan tidak mampu melindungi diriku sendiri."

Saat ini aku hanya dapat melihat situasinya terlebih dahulu, baru memikirkan tindakan apa yang harus aku lakukan, aku bahkan tidak mempunyai kesempatan untuk menyerang keluarga Demina yang besar itu.

"Lebih baik kamu memulihkan dirimu dengan baik saja! Tidak usah mengkhawatirkan soal ini dulu."

Setelah berkata seperti itu, Sisi menatapku dengan sebal : "Kenapa wajahmu saat ini masih terlihat begitu pucat seperti kekurangan darah? Segala macam makanan penambah darah dan juga stamina yang kuberikan kepadamu pada lari kemana?"

Perkataan Sisi membuatku merasa sedikit bersalah, jika dia tahu aku pergi menjual darah, dia pasti akan memarahiku.

Keesokan harinya saat aku bangun tidur, aku melihat Sisi sedang duduk termenung diatas sofa, tangannya memegang sepucuk surat yang sudah dibuka.

Saat dia melihatku sudah bangun, dia memaksakan sebuah senyuman di wajahnya kemudian bertanya kepadaku : "Adit sudah pergi?"

Aku mengangguk, tidak tahu harus menghiburnya dengan cara apa.

"Aku seharusnya sudah memperhatikannya sejak dulu."

Sisi mengambil kunci di mejanya, kemudian langsung mengambil surat itu dan merobeknya menjadi serpihan-serpihan, terakhir dia langsung membuangnya ke dalam tempat sampah.

Akhirnya dia berkata kepadaku : "Mulai saat ini jangan menyebut nama Adit lagi."

Setelah itu dia bangkit berdiri dan mengambil mantel merah dari atas sofa dan memakainya, dirinya kembali terlihat tegas dan tidak bertele-tele.

"Aku mau pergi ke kantor pengacara, jadi aku akan sarapan diluar."

Setelah itu dia pergi tanpa menoleh sama sekali.

Setelah aku membereskannya, sebelum aku keluar rumah, aku mengambil plastik sampah, di dalamnya hanya ada surat yang sudah menjadi serpihan-serpihan itu.

Aku mengenakan pakaian kerja yang rapih untuk pergi wawancara kerja di perusahaan Justin.

Mungkin karena Jason sudah memberitahu mereka terlebih dahulu, sehingga aku dapat melewati setiap tahap dengan lancar dan diterima menjadi customer service disana.

Saat aku baru saja mengambil ID Card karyawan, aku bertemu Jason dan seorang wanita yang tinggi dan cantik masuk ke dalam perusahaan bersama-sama.

Wanita itu sedang Tarik-tarikan dengan dengan Jason di depan pintu perusahaan, banyak karyawan yang sedang melihat mereka secara diam-diam.

Aku berdiri disana dengan canggung dan ingin berbalik lalu pergi dari sana.

Tetapi aku malah mendengar suara Jason : "Linda!"

Tatapan mata semua orang yang berada di sekelilingku langsung mengarah kepada kami.

Jason langsung melangkah mendekatiku dan memeluk pinggangku tanpa menerima penolakan, dia berkata kepada wanita itu : "Aku sudah pernah bilang bukan kalau aku sudah menikah, dia adalah istriku."

"Omong kosong, kamu sedang membohongiku." wanita itu menatap Jason yang ada di sampingku dengan tidak terima.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu