Perjalanan Selingkuh - Bab 132 Cerita Di Balik Layar (2)

"Oke."

Begitu aku selesai berbicara, langsung terlihat senyuman dari wajah Jason: "Pas sekali aku juga ingin kembali bekerja, kita pulang ke rumah untuk membereskan barang-barang, lalu berangkat."

Suara Jason melembut, hatiku merasa jauh lebih baik.

Aku membereskan koper, menariknya keluar dari kamar, saat aku ingin berangkat, aku melihat sejenak kamar ayah dan ibuku, lalu aku mengambil sehelas kertas beserta pena, dan menulis kata-kata perpisahan pada selembar kertas memo, aku tempel pada pintu kamar mereka.

Sebenarnya beberapa tahun ini, aku sangat mengharapkan pengakuan dari mereka, tetapi tidak peduli bagaimana aku berusaha, aku seperti tidak dapat masuk ke dalam hati mereka.

Jelas-jelas hubungan terdekat di dunia ini adalah hubungan seorang anak dengan orang tua, tetapi hubungan kami seperti ada tembok pemisah yang tidak terlihat.

Begitu tiba di Shanghai, Jason langsung mengajakku ke dalam komplek perumahannya.

"Kalau saja Sisi di sana, akan lebih baik." Aku mengatakan sesuatu yang tidak nyambung.

"Sisi sekarang sudah kembali ke rumah keluarganya, dan sekarang Sisi sudah mulai menerima menangani perusahaan keluarganya, mungkin sekarang dia sedang di Beijing." Kata Jason.

Begitu mendengar berita ini, aku merasa terkejut karena tidak tahu harus bergantung dengan siapa di Shanghai, hatiku dalam sejenak langsung khawatir.

"Tinggal di sini saja! Ini adalah rumah yang baru saja kubeli, kamu tinggal di lantai atas, aku tinggal di lantai bawah, anggap saja seperti sedang menyewa rumah bersama, kamu juga tidak perlu merasa sungkan." Tatapan mata Jason yang lembut menatapku, beserta senyuman yang hangat.

Aku mengedipkan mataku, aku hanya dapat menolaknya.

Aku tahu, hubunganku dengan Steven sekarang, jika aku tinggal di sini bersama Steven aku berhubungan dengannya pun tidak akan nyaman.

Walaupun Jason adalah orang yang baik sekalipun, Ia tidak akan men toleransi.

Tanpa basa-basi, aku hanya dapat menolaknya: "Tidak perlu, aku ada tempat untuk tinggal."

Jason yang mendengarku, langsung tersenyum pahit: "Oh, rumah yang dibeli oleh Steven itu?"

Perkataannya membuatku terdiam, tidak tahu harus menjawab apa.

"Kamu lebih memilih untuk mengikuti Steven daripada tinggal bersamaku?" Suara Jason seperti sedih, dan nada suaranya pun membuatku sedih.

Begitu sedih, aku akan langsung meneteskan air mata, aku merasa bersalah pada Jason.

"Maaf!"

Aku tidak berani membalik badanku untuk melihatnya, perkataan maaf keluar, begitu pun juga air mataku.

Lalu aku menunduk, menarik koper untuk pergi.

Aku tidak berani berbalik, tetapi aku juga tidak berani berhenti, karena perasaan bersalah dapat menghantuiku, dan aku pun juga takut untuk melihat Jason yang sedih.

Setelah aku memanggil taxi, aku pergi ke tempat apartemen Sisi.

Sesaat aku keluar dari lift, aku bertemu dengan Steven.

"Kamu.... Kenapa bisa di sini?"

"Aku kesini lihat-lihat."

Lalu Steven memberikan kunci yang ada di tangannya padaku, dan memberikan kantung yang Ia pegang kepadaku: "Rumah ini atas nama kamu, rumah ini adalah milikmu sekarang."

Aku terdiam sambil melihat kunci yang ada di tanganku, dan melihat di dalam kantung ada sebuah sertifikat rumah, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kurasakan.

"Kamu datang ke sini untuk ini?" Setelah beberapa waktu aku memberanikan diri untuk bertanya.

"Mengenai kecelakaan papamu aku sudah mengecek nya dengan jelas, video juga sudah dapat, kamu mau lihat tidak?" Kata Steven.

"Mau lihat."

Sejujurnya saja, hatiku merasa seingin-ingin nya aku menangkap pelakunya, ayah dan ibuku tidak mempermasalahkan masalah kecelakaannya, tindakannya benar-benar aneh.

Semakin melihat ini, aku semakin merasa kalau ada cerita di balik ini semua.