Perjalanan Selingkuh - Bab 216 Perasaan Syukur Dan Dendam Antara Keluarga Himura Dan 叶老

Sisi sekarang seperti kucing marah yang bulunya berdiri semua, matanya memelotot dengan marahnya.

Sejujurnya ini pertama kalinya aku melihat Sisi seperti itu, tapi ini bisa dibilang bukan marah, lebih tepatnya malu.

Siapa juga yang menyangka Sisi yang dijuluki siluman rubah wanita itu ternyata suatu hari bisa malu jadi marah bahkan jadi patuh dengan seseorang.

Tidak heran kalau bisa dibilang seseorang lain bisa menekan seseorang yang lainnya! Fuji ini termasuk bisa menekan dan mengendalikan Sisi si siluman rubah wanita ini.

“Kamu itu istriku, menciummu sebentar memang kenapa? Kita kan sah berdasarkan hukum.” Kata Fuji kepada Sisi dengan tertawa terbahak-bahak tidak malunya.

Dia tampak sama sekali tidak akan takut wajah Sisi akan muram.

“Siapa yang istrimu itu, kamu saja belum pernah melamar, aku juga tidak pernah mengiyakan mau menikah denganmu!” kata Sisi dengan marahnya.

Mendengar ini, mata Fuji berbinar, “Oh ternyata kamu menungguku melamarmu!”

Bicara sampai sini, alisnya terangkat dan matanya bersinar lalu tersenyum lebar, “Begini saja kok susah. Tunggu saja, aku pasti bisa membuatmu bersedia dengan sendirinya menikah denganku!”

Mendengar ini, Sisi tersenyum dengan sangat manisnya.

Melihat pemandangan ini, aku pun mencubit lengan Steven dan berharap dia bisa belajar dari Fuji.

Steven malah tampak bingung, “Ada apa?”

Melihat sosoknya yang tidak paham itu, aku pun terpaksa menahan rasa iriku tenggelam ke dalam hati.

Sejujurnya, aku dan Steven saat itu tidak melewati jalan normal biasanya seperti pacaran ataupun melamar.

Tapi sebenarnya karena itu ada sedikit penyesalan dalam hatiku.

Fuji dan Sisi terus di sini sampai malam, setelah itu barulah mereka pulang. Perabotan rumah juga sudah minta orang untuk membawanya pergi, dan bunga lavender yang memenuhi setengah halaman juga sudah diratakan.

Weni memesan mawar, yang akan dikirim besok dan ditanam oleh tukang kebun.

Ketika mengantar Sisi pergi, Sisi merangkul tanganku dan terus saja menyesal karena aku tidak jadi untuk jadi ibu angkat dari anaknya. Dia juga tidak hentinya berceloteh mengeluh marah tentang Fuji.

Setelah mengantar Sisi pergi, hatiku tiba-tiba merasa kesepian, aku tidak bisa menahan diriku mengelus perut kecilku yang rata sekarang.

Juga tidak tahu kapan aku bisa punya anak lagi.

Weni memandangiku lalu berjalan menghampiriku, “Dulu aku pernah menuliskan sebuah alamat kepadamu, kamu bisa coba pergi ke sana. Lalu minta dokter itu untuk memeriksa serta menyembuhkan tubuhmu. Nanti jika sudah sehat lagi, kamu bisa mempertimbangkan lagi untuk punya anak. Ini adalah caraku untuk bertanggung jawab atasmu dan anakmu.”

Aku membayangkan anak di masa depan, dan tidak bisa menahan diriku untuk menggelus posisi dimana aku mengandung mereka, aku pun berjanji pada diriku sendiri, “Jika masih ada takdir mengandung lagi, aku pasti akan melindungi mereka dengan sebaik-baiknya.”

Tapi kehamilan Sisi juga telah mendorong hasratku untuk segera menyembuhkan tubuhku agar segera pulih.

Aku ingat, ketika dulu bercanda bersama Sisi, aku berkata jika kita berdua mau melahirkan anak, kita bisa menjodohkan mereka berdua. Tapi sekarang perjodohan bayi kami berdua sepertinya tidak bisa dilakukan lagi. Tapi setidaknya mereka masih bisa jadi adik kakak dan sahabat yang baik, kemudian keduanya tumbuh besar bersama. Dengan begini mereka tidak akan sendirian.

“Baiklah, aku besok akan pergi ke sana mencobanya.”

“Ingat bawa orang jika mau pergi ke sana, dan berhati-hatilah.”

Aku mengangguk, dalam hati aku juga mulai menantikannya.

Ketika malam datang, aku dan Steven tinggal di kamar tamu kakek di lantai atas.

Setelah mencoba sekali bermanis-manisan, malamnya dia menarikku melakukannya lagi dan lagi. Pada akhirnya, aku teringat dengan apa yang Weni ceritakan padaku siang hari tadi, lalu aku pun menceritakannya kembali kepada Steven.

Setelah mendengar ceritanya sampai akhir, dia mengangguk, “Si Tua Ye, aku tahu dia. Keahlian dalam kedokterannya sangat hebat dan luar biasa. Hanya saja sifatnya cukup aneh. Jika tidak suka seseorang, dia tidak akan memedulikan orang itu meskipun orang itu memberinya berapa banyak pun uang, dia tetap tidak akan memedulikannya. Bahkan satu sen pun dia tidak akan mau mengambilnya.”

Bicara sampai sini, dia memiringkan kepalanya lalu memandangku dengan sedikit merasa bersalah, “Maaf, harusnya aku memikirkan poin ini. Keahlian kedokterannya sangat luar biasa dan tidak ada yang bisa menandingi. Harusnya bukan masalah untuknya jika membantumu untuk menyembuhkan tubuhmu seperti semula.”

Aku mengangguk, “Ibuku bilang hubungannya dengan kakekku cukup baik. Jadi, harusnya dia akan bersedia membantu.”

“Begini juga bagus, tapi ingat jangan pernah menyebut mengenai keluarga Himura kepadanya.” Perintah Steven kepadaku.

Aku memandangnya dengan bingung, “Kenapa?”

Setelah diam sejenak, barulah dia berkata “Keluarga Himura ada sedikit masalah dengannya.”

“Kalau begitu, aku....”

“Kamu tidak perlu merasa terbebani. Itu adalah masalah generasi dua generasi sebelum kita. Istri pertama yang dinikahi oleh kakekku adalah adik perempuan Si Tua Ye. Hanya saja karena saat itu adalah masa perang yang sangat sengit jadi mereka berdua lebih banyak berpisah daripada bertemu. Pada akhirnya kakekku menyakiti adik Si Tua Ye, kemudian kakekku menikah lagi dengan nenekku.”

Mendengar cerita Steven ini, aku tidak tahu bagaimana sebaiknya mengomentari hal ini.

Tapi sebagai generasi muda yang bukanlah orang di waktu itu serta tidak ikut dalam kehidupan mereka waktu itu, aku juga merasa tidak terlalu baik untuk mengomentari apapun.

Tapi pada masa itu, memang banyak sekali orang yang meninggalkan isrinya dan kemudian menikah lagi. Tapi hal semcam ini pada akhirnya tidak baik dan tidak bermoral. Di masa itu, jelas kehidupan wanita yang bercerai dan ditinggalkan pasti tidak akan bagus. Dan jelas mereka menerima tidak sedikit hinaan dan gosip.

Maka tidak heran kalau Si Tua Ye tidak suka dan marah kepada Keluarga Himura!

“Besok ketika kamu pergi, aku akan menyuruh orang untuk melindungimu. Bawalah banyak orang pergi ke sana.” Steven memandangku penuh khawatir.

“Menurutku cukup membawa satu bodyguard perempuan saja. Jika aku pergi ke sana dengan banyak bodyguard. Pemandangan yang seolah sedang perang itu sepertinya Si Tua Ye tidak akan senang. Di sana kan bukan tempat yang berbahaya, membawa orang begitu banyak dan meramaikan seperti itu bukankah namanya mau cari masalah dengan orang?”

“Mereka tidak akan ikut masuk ke dalam bersamamu. Aku akan meminta mereka untuk melindungimu diam-diam dan tidak akan memberi pengaruh apapun untukmu.”

Steven bicara sambil mengulurkan tangannya dan memelukku ke dekapannya. Mataku langsung berhadapan dengan bibir tipisnya. Memandangi bibir tipis merah muda itu bagaikan buah yang sangat lezat. Sekejap membuatku membayangkannya dan berhalusinasi.

Steven menundukkan kepala, memandangku lalu tersenyum dan berkata dengan pelan, “Kamu melamun memikirkan apa?”.,

“Memandangi bibirmu.”

Mulutku lebih cepat merespon daripada otakku, tanpa sadar aku mengucapkan apa yang ada di pikiranku. Begitu kata-kata ini terucap, Steven langsung tertawa terbahak-bahak.

Mendengar tawa keras Steven, aku sangat canggung dan rasanya ingin sekali memasukkan diri ke dalam lubang.

Padahal jelas-jelas topik pembicaraan kami baik-baik saja, tanpa terasa tiba-tiba membelok seperti ini.

Demi mempertahankan kesan baikku, aku pun langsung berkata lagi, “Itu, em.. besok aku mau pergi ke dokter. Kalau begitu, aku tidur duluan!”

Sambil bicara, aku pun buru-buru memejamkan mata dan berpose seolah sedang tidur.

Steven menundukkan kepalanya lalu mengecup keningku, dia berkata dengan pelan dan penuh kasih sayang, “Iya baiklah, kamu istirahatlah dulu! Aku bangkit dulu mau bekerja sebentar!”

“Ini sudah malam, kondisi tubuhmu saat ini juga tidak terlalu baik, jangan begadang.”

“Menurutlah! Aku mau menyuruh orang untuk mengawasi Lulu. Aku selalu merasa ada yang tidak benar dengannya. Seorang wanita yang tidak ada yang diandalkan, mana bisa begitu sombongnya seperti itu.” kata Steven mengutarakan apa yang dipikirnya dengan keningnya yang berkerut.

“Bukannya yang diandalkannya adalah Siro?” jawabku asal-asalan.

Steven menggelengkan kepada, “Aku dulu juga berpikir seperti itu. Tapi kelihatannya sekarang, di belakang Lulu ada orang yang lainnya. Sejujurnya Siro dalam hal itu tidak lebih baik dari Lulu!”

Aku tidak menyangka Steven bisa setajam dan sesensitif ini.

Memikirkan ini, aku jadi mengungkapkan mengenai Rufin.

Namun, kedua keluarga hubungannya sangat dekat. Masalah Rufin bukanlah sebuah rahasia lagi. Terlebih lagi, mengenai tempat suci aliran Yun Yin itu, Keluarga Himura pasti juga tahu dan Steven harusnya juga tahu tidak sedikit tentang ini.

Novel Terkait

 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu