Perjalanan Selingkuh - Bab 154 Lepas

Genius ingat dalam sedetik website 86 (www.86zw.cc)

Bab 154 Melepaskan

“Ada beberapa hal, sudah saatnya dilepaskan.”

Steven menghelakan nafas dengan ringan, kerumitan di matanya tak dapat dikatakan keluar.

Dan aku yang mendengar perkataan Steven ini langsung jadi senang, dengan erat memeluk pinggangnya, tak bisa menahan untuk tersenyum, aku tidak perduli apa yang membuat pikiran Steven terbuka, yang aku mau tahu hanya, setelah Steven membatalkan pernikahan dengan Sunni, aku dan Steven bisa dengan terang-terangan bersama.

Karena Steven dan aku dua hari ini tidak tidur, ditambah setelah kita saling melepaskan beban hati kita, lalu saling berpelukkan, tertidur dengan nyenyak.

Saat terbangun lagi juga sudah malam hari.

Aku mengambil ponsel, ponsel sudah mati, setelah mengaktifkannya lagi ada beberapa panggilan tak terjawab, yang menelpon semuanya adalah pengasuh yang merawatku di rumah keluarga Demina .

Saat aku sedang bersiap untuk pergi, pinggang terikat, terangkul oleh lengan Steven, dan memeluk aku kembali ke dalam pelukannya.

Kepala pria itu sama seperti seekor anjing besar saja, mengelus-elus ke leherku, dengan suara malas yang rendah dan berat: “Jangan pergi, temani aku.”

“Aku harus kembali ke rumah keluarga Demina.” Aku membalas dengan suara kecil.

“Tidak perlu, besok aku temani kamu sama-sama pergi.”

Setelah berkata, kaki panjang Steven diangkat, lalu menekan sepasang kakiku.

Kemanjaan dalam perkataannya membuat hatiku terasa manis, semua kekhawatiran hilang dengan hanya beberapa patah kata singkat dari pria itu, lalu hanya berharap terus terhanyut di pelabuhan pria itu yang melingkar ini.

Aku teringat Steven yang hari itu menjaga jarak denganku, teringat lagi semua yang terjadi sekarnag ini, selalu merasa seperti bermimpi saja, aku takut semua ini adalah mimpi, setelah terbangun, aku teap tidak ada apa-apa.

Aku melihat pria itu dengan tamak, mata juga tidak berani berkedip sebentar saja, jari mengelus mengikuti tulang alis pria itu, bulu alis yang berbentuk seperti sarung pedang membuat orang terasa sedikit ganas dan tangkas, tapi sama sekali tidak mempengaruhi ketampanannya.

Mungkin jariku membuat dia terasa geli, dia memejamkan mata, langsung tangannya menarik jariku, lalu meletakkan ke samping mulut dan menunduk setelah mencium beberapa kali, baru membebaskan aku.

Tidur kali ini sangat tenang sekali, tidak ada mimpi buruk, di tengah-tengah tidak terbangun dengan terkejut, sepanjang malam bermimpi indah sampai langit terang.

Keesokkan hari setelah terbangun, ketika sekali membuka mata tidak kelihatan Steven, hatiku galau, membuka selimut, langsung mau turun dari ranjang, rasa dingin dari tubuhku mengingatkan aku bahwa aku belum mengenakan pakaian.

Ketika mukaku sedang memerah, Steven berjalan masuk dari luar sana, membawa satu set pakaian di tangannya dan meletakkan di atas ranjang: “Aku ambil dari tempat kakakku, belum pernah dipakai, kamu pakai pakaian ini dulu saja!”

“Terima kasih!”

“Setelah mengenakan pakaian, turun ke bawah makan, nanti aku baru temani kamu lagi ke rumah keluarga Demina.” Steben dengan alis mata yang lembut dan hangat berkata padaku.

Aku tidak tahu mengapa Steven tiba-tiba berubah dengan begitu cepat, tapi tidak bisa dipungkiri, aku sangat senang terhadap perubahannya sekarang.

Saat makan di ruang makan, Sonya dan juga Ami, juga Jingga dan Darius semuanya di sana.

Ekspresi muka Darius sangat jelek sekali, dari awal sampai akhir terus bermuka berat, sampai Ami makan juga tidak berani mengeluarkan sedikit suara, takut menyentuh kawasan petir pria itu.

Ekspresi muka Jingga terbilang bagus, setelah selesai makan, dia mendongak melihat Steven berkata: “Pernikahan untuk menjalin hubungan keluarga dengan keluarga Demina mana bisa bilang putus langsung putus?”

“Kalau hanya karena pernikahan untuk menjalin hubungan keluarga, bukannya masih ada Sheng Jingyun?” Steven mendongak, dengan sorotan mata yang datar melihat Jingga.

Baru saja perkataan Steven terlontar, muka Darius menjadi berat lagi, matanya dipenuhi kemarahan, suara yang rendah dan berat aura itu seakan seperti pertanda akan ada hujan badai: “Tidak sopan, Steven, tujuan dari pernikahan kalian, kamu harusnya jelas, ini bukannya anak kecil bermain.”

Bersamaan dengan perkataan Darius, aku menjadi sangat gugup sekali.

Tidak disangka sorotan mata Steven dengan mengadung senyuman melihat ke Darius: “Pasangan cinta yang paling berharga, juga perlu lihat barangnya ada di tangan siapa.”

“Apa maksudnya?” Darius mendongak dengan berat melihat Steven.

Steven membalikkan badan melihatku, lalu menjulurkan tangan ke aku.

Aku tak bisa menahan untuk menundukkan kepala, ujung jarinya memandang sekilas leherku, lalu melepaskan giok keselamatan yang dikalungkan di leherku.

Aku dengan ekspresi tak mengerti melihatnya.

Dan setelah Darius melihat giok keselamatan yang ada di tangan Steven, bibirnya mulai gemetaran, lalu menunjuk giok keselamatan itu, lama sekali baru mengatakan keluar: “Ini adalah giok keselamatan keluarga Demina yang melambangkan status kepala keluarga?”

Aku ingat pernah dengar Sisi mengatakannya sekali.

Yang besar melambangkan status kepala keluarga, yang kecil melambangkan penerus generasi berikutnya.

Steven dengan tenang mengangguk: “Betul.”

“Kenapa bisa ada di tangannya?” Setelah Darius melirikku sebentar dengan rasa curiga, mengalihkan sorotan mata ke arah Steven.

“Dikasih oleh kakek keluarga Demina.”

Sekali perkataan ini dikeluarkan, aku kedengeran suara menghirup nafas dari sekitar.

Dan Jingga melihatku dengan sorotan mata yang mengandung iri hati dan cemburu, dalam waktu satu menit ada beberapa macam perubahan ekspresi wajah, sungguh rumit.

Darius tiba-tiba berdiri tanpa bersuara, lalu berjalan keluar dari ruang makan.

Hatiku ketakutan, aku tidak menyangka giok keselamatan ini bisa mendatangkan banyak masalah.

Tidak berapa lama, Darius mengambil keluar sebuah kotak, lalu membuka kotak itu, lalu kelihatan sebuah pelat yang terbuat dari emas.

Lalu Darius langsung membenamkan giok keselamatan itu bagian yang cembung dan cekung.

Merapat tanpa rongga, menyatu dengan baik.

Melihat ini, Darius tertawa, lalu melepaskan giok keselamatan itu, langsung melemparkannya ke aku.

Aku dengan cepat dan berhati-hati menerima, terakhir juga dengan serius menggantungkan giok keselamatan itu lagi ke leher.

“Masih kurang satu yang kecil, tapi kamu mau bagaiamana melakukannya ya lakukan saja!” Darius menghelakan nafas, bisa dibilang sama sekali tidak mengurusi masalah ini.

Aku tidak mengerti, mengapa sebuah giok keselamatan yang biasa ini, bisa membuat Darius menyetujui untuk mengganti perjanjian pernikahan, seakan di dalam ini melilit banyak sekali hal yang tidak aku mengerti.

Sonya, juga adalah Moli, diam-diam memberiku jempol, Ami juga mengedipkan mata denganku.

Sarapan ini, meski suasananya terlihat agak kaku, tapi untung saja bisa lancar dilewati, hatikku juga jadi tenang.

Dan stasiun berikutnya, arena pertarungan kita adalah rumah keluarga Demina, tempat Weni sana.

Aku tahu Sunni keras kepala, tahu kalau mau membuat keluarga Demina melepaskan hal ini agak sulit, tapi mengingat aku sudah mengambil keputusan untuk bersama dengan Steven, dan pria itu juga sudah siap untuk menerimaku, aku juga tidak akan mundur.

Setelah pergi dari rumah keluarga Himura, aku dan Steven langsung pergi ke rumah keluarga Demina.

Pintu baru dibuka, setelah pengurus rumah kelihatan aku dan Steven muncul bersama ekspresi wajah langsung terkejut.

Kemudian melihat aku berkata: “Nyonya besar di ruang tamu menunggumu!”

Selesai berkata, lalu langsung membalikkan badan dan pergi.

Aku dan Steven saling melihat, lalu diam-diam bergenggaman tangan, berjalan ke arah rumah keluarga Demina.

Baru saja masuk, ekspresi wajah Weni dan Sunni kelihatan aku dan Steven menjadi tidak enak dilihat.

Terlebih lagi Sunni, sorotan mati itu sangat ingin sekali menelanku dan mengulitiku hidup-hidup.

“Kak Steven, kenapa kamu bersama dengan wanita itu?” Sunni tidak bisa percaya dengan pandangan matanya dan melihat ke Steven yang ada di sampingku.

Awalnya mukanya agak memucat, saat ini jelas terlihat lebih memucat lagi, orangnya yang lemah seakan hampir saja mau tumbang.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu