Perjalanan Selingkuh - Bab 143 Perjanjian Pernikahan Akan Dibatalkan (1)

Setelah berkata seperti itu, dia menoleh dan menatap Evan : "Ini adalah persoalan di antara kita, jangan melibatkan orang yang tidak bersalah."

Evan menatap Dennis, wajahnya terlihat melembut : "Baiklah."

Setelah itu, Evan menoleh dan menatap Sisi : "Perjanjian pernikahan antara keluarga Mario dan keluarga Sila akan dibatalkan."

Saat aku mendengar perkataannya, aku dengan sangat gembira menarik tangan Sisi : "Sisi, apakah kamu mendengarnya?"

Namun wajah Sisi malah tidak terlihat bahagia sedikitpun.

Setelah aku membawa Sisi pergi meninggalkan rumah Dennis, Sisi menoleh dan melihat pintu kayu yang ada di belakangnya.

"Jika aku tahu kalau dia adalah si putih, aku tidak akan melakukan hal itu terhadapnya."

Setelah berkata seperti itu, Sisi berbalik dan pergi dari sana.

Hari itu aku baru tahu kalau Sisi dibesarkan oleh neneknya, hubungannya dengan orang tuanya tidak begitu baik, sedangkan Sasi, setiap tahun dia akan menghabiskan liburan musim dingin dan musim panas di rumah neneknya untuk menemani neneknya.

Waktu kecil Sisi sangat iri terhadap Sasi, akan tetapi di saat dia berumur 14 tahun, Sasi menyelamatkannya saat dia hampir tenggelam di kolam, sedangkan dirinya sendiri malah kehilangan nyawanya, membuat Sisi bahkan tidak tahu harus iri terhadap siapa lagi.

Dia tidak menyukai kehidupan yang mewah ini, karena bagaikan ada orang yang sedang memberitahunya setiap hari kalau kehidupannya saat ini didapatkan dengan menukar nyawa Sasi.

Jadi setelah lulus SMA, dia memilih Universitas di Kota Langfang yang jauh dari rumah.

Sedangkan mengenai masa lalunya itu, Sisi tidak pernah mengatakannya kepada siapapun, termasuk aku.

Setiap orang mungkin memiliki masa lalu yang sangat ingin dilupakannya, setiap orang juga memiliki sebuah pintu di dalam hati mereka masing-masing untuk menutup kegelapan disana, membohongi orang lain sekaligus juga membohongi dirinya sendiri.

Dan aku juga akhirnya mengerti mengapa keluarga Sila lebih memperhatikan keuntungan dari pada putri mereka sendiri.

Hal itu dikarenakan dari awal sampai akhir, Sisi dan mereka tidak pernah sungguh-sungguh berusaha memahami hati satu sama lain.

"Masalahnya sudah selesai, saat ini aku tidak ingin kembali ke rumah, jika tidak ayah dan ibuku pasti masih akan menyalahkanku, Linda, aku akan membawamu pergi ke suatu tempat!"

Setelah Sisi berpikir sejenak di dalam mobil, dia langsung membelokkan mobilnya lalu putar balik.

"Itu adalah tempat dimana aku tumbuh besar, pemandangannya sangat indah."

Aku juga baru tahu kalau Sisi merasa trauma dengan tempat itu, setelah dia pergi dari sana dia tidak pernah kembali lagi, namun dua tahun setelah kepergiannya, neneknya meninggal, saat itulah dia baru merasa menyesal, namun setelah kembali ke rumah neneknya dan melakukan pemakaman disana, dia melarikan diri lagi dari tempat itu.

Neneknya dan juga kakaknya Sasi dikuburkan di sana, di sana juga ada penyesalannya yang sangat besar bagaikan gelombang pasang.

Mobil melaju dengan sangat cepat, pemandangan di sekitarnya terlihat mundur.

Untungnya rumah neneknya berada di pinggiran kota Jakarta, meskipun jaraknya lebih dari 100 mil, namun hanya dalam waktu 1 jam lebih kami sudah sampai di sana.

Tempat itu merupakan area yang berada di atas gunung, jalannya berliku-liku, akhirnya mereka sampai ke suatu tempat yang sangat indah bagaikan surga dunia.

"Beberapa tahun belakangan ini, tempat ini sudah dibangun menjadi area pariwisata." Sisi memarkirkan mobilnya di tempat parkir berbayar, pria tua penjaga tempat parkir itu adalah kenalannya di desa.

"Paman Wang."

Sisi menyapanya dengan akrab, pria tua berkacamata itu melihat Sisi cukup lama, dia tidak dapat mengenali Sisi.

"Ini aku, Sisi!"

"Sisi! Anak ini yah, sepertinya sudah belasan tahun kita tidak berjumpa! kali ini kenapa kamu kembali kemari?"

Paman Wang juga menyapa Sisi dengan akrab, seolah-olah Sisi masih adalah anak yang sama yang baru keluar dari desa itu.

"Pulang kerumah."

Sisi berkata kepadaku kalau pemandangan di sini sudah berubah, jalannya menjadi lebar, di sisi jalan sudah dibangun banyak penginapan, dan ada lebih banyak turis, sudah tidak ada ketenangan seperti sebelumnya.

"Namun meskipun begitu, aku masih mengingat jalan-jalan di sini, orang-orang di sini, selain anak-anak kecil, aku masih mengingatnya dengan jelas, dulu aku adalah seorang gadis liar yang terkenal di sini, naik ke atas gunung dan memukul burung, turun ke sungai dan menangkap ikan, aku melakukan semua hal itu."

Novel Terkait

My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu