Perjalanan Selingkuh - Bab 121 Pesta Ulang Tahun (2)

“Aku pikir kamu tidak berani datang, wanita sialan yang merayu tunangan orang lain!” Sunni memasang gaya yang sombong, dan menurunkan nada suara kalimat terakhirnya, terasa sedikit menggigit bibirnya.

Aku mengangkat alisku dan menganggap tidak mendengarnya.

Sunni melihatku begitu tenang, dia tidak mau menyerah, dengan senyuman puas di wajahnya, berbisik: "Aku sengaja mengundangmu datang, sehingga kamu bisa menjadi saksi, membuatmu sengsara. Ayo ditunggu dramanya."

Setelah itu, Sunni berbalik badan untuk pergi, tetapi dia berhenti dan berkata: "Oh ya, kamu boleh menikmati makanan dan minuman anggur di sini hari ini, biasanya kamu tidak mampu memakannya."

Dia menatapku dengan pandangan mencemooh dan pergi.

Aku yang terbiasa dengan perkataan buruknya tidak merasa heran. Aku hanya bisa menahan api di hatiku dan menunggu hari untuk membalasnya. Tapi aku penasaran dengan drama yang dia katakan tadi, dan aku diam-diam menekan pikiranku.

Sebaliknya, Sisi yang berada di sampingku, tidak senang melihat gaya Sunni, dan dia dengan cemas bertanya: "Ayo katakanlah, bagaimana selanjutnya!"

Begitu ditanya Sisi, aku tidak juga tidak ada ide untuk sementara waktu, dan aku hanya tahu bahwa Sunni punya tujuan lain, tetapi tidak mengetahuinya dengan jelas. Ditambah dengan sikap yang Steven berikan padaku sebelumnya, jadi aku tidak mempersiapkan apapun, aku hanya bisa bertindak sesuai situasi.

Setelah berpikir sebentar, aku dengan terpaksa menjawab Sisi, "Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku mencoba bekerja sama dengan Steven. Jika dia tidak khawatir atas kedatanganku, harusnya dia sudah mempersiapkannya, jika tidak ada cara lagi, paling aku merayu Steven saja."

"Ini bagus juga. Sedangkan untuk rayuan, aku percaya pada kemampuanmu. Lagipula, masih ada aku!" Sisi menunjukkan senyuman yang aneh dan berkata dengan bahagia.

Setelah beberapa saat, Fuji datang untuk menyapa. Dia secara tidak terduga menghibur Sisi, dan aku juga merasa bahwa tempat ini agak pengap, aku ingin keluar dan bernafas, sekalian membantu Fuji, jadi aku mencari alasan dan berkata: "Aku pergi ke kamar mandi, Kalian lanjut saja dulu. ""

Aku berjalan keluar dari tempat pesta, menundukkan kepala dan pergi ke kamar mandi. Aku barusan ingin menginjak masuk kamar mandi, tetapi ada suara bernada rendah dari wanita dan suara terengah-engah seorang pria.

Aku mengagumi dua orang yang melakukan "hal-hal baik" ini cukup berani, tetapi aku tidak dalam suasana hati untuk menjadi penonton, lebih baik aku pergi, ketika aku ingin mundur, suara menawan seorang wanita membuatku berhenti di tempat.

"Siro, jangan, hari ini hari ulang tahun Safira, Weni sedang mencarimu, ah."

“Siro? ! Bukankah itu ayahnya Sunni, suaminya Weni? Dia ternyata berselingkuh!”

Aku tidak bisa menahan penasaran dalam hatiku, aku mengambil langkah ke depan dan melihat melalui tanaman pot tinggi di sebelah toilet, aku melihat dua orang berpelukan bersama, pakaiannya berantakan, dan wanita yang menyipitkan mata dan menikmati kegembiraan itu ternyata adalah Lulu!

Sebelumnya Sisi mengatakan bahwa keduanya memiliki hubungan spesial, aku tidak menyangka ternyata hubungan seperti itu. Ketika Kakek Demina dirawat di rumah sakit, Siro masih dengan muka suami yang penuh kasih sayang dan menghibur Weni. Sungguh ironis, memikirkan apa yang sebelumnya dilakukan Weni terhadapku. Aku merasa sedikit bahagia.

Aku tidak bisa memikirkan dia juga mengalami kondisi ini, suami dan sahabatnya berselingkuh, tetapi dia tidak mengetahuinya. Menjadi orang jahat akan mendapatkan hasil yang buruk, aku diam-diam tertawa dan bahagia dalam hati.

Aku benar-benar ingin tahu bagaimana reaksi Sunni dan Weni jika melihat adegan ini!