Perjalanan Selingkuh - Bab 194 Steven Sadar

Tidak peduli kabar di internet, maupun masalah produk perusahaan keluarga Himura diboikot, andai tidak ada orang yang mengipas, sama sekali tidak akan bisa berkembang secepat ini.

Dan semua ini orang belaang layar terakhir, pasti adalah Siro beberapa orang itu.

“Linda, tante sana gimana bilang?” Sisi dengan wajah yang cemas melihatku.

Aku tersenyum pahit menggelengkan kepala: “Mau 10juta, mereka baru setuju menarik balik berita itu.”

Berkata sampai di sini, hatiku sendiri jadi dingin, siapa yang terpikir di saat diri sendiri genting, bisa ditusuk satu tusukan oleh orangtua asuh sendiri.

Tapi aku merasa, di dalamnya pasti telah terjadi sesuatu, kalau tidak, orangtuaku tidak akan tiba-tiba membuka mulut langsung 10 juta.

Berpikir sampai di sini, aku berkata ke Fuji: “Kamu periksa sebentar, lihat mengapa mereka mau 10 juta.”

Fuji menjamin berkata padaku: “Tidak masalah.”

“Tapi, kamu sekarang apa tidak seharusnya pergi periksa kesehatan.” Pria itu berkata padaku.

“Steven….”

“Kamu jangan urus dia dulu, kamu sekarang saja tidak bisa menjaga dirimu sendiri dengan baik, kamu rawat dengan baik kesehatan sendiri dulu, ini adalah bantuan yang paling bagus untuknya.” Fuji berkata padaku.

“Iya! Lagian, kalau sekarang kamu tidak kelihatan, juga tidak leluasa melakukan apa saja, lebih akan membebani Steven lagi, lebih baik cepatan periksa lalu menyembuhkan kesehatan sendiri yang baik.” SIsi juga mengangguk menambahkan.

Dua orang bernyanyi lagu yang sama, akhirnya berhasil membujukku naik ke atas ranjang pasien.

Setelah melewati pemeriksaan, otak besarku ada satu potong darah, kebetulan menekan satu saraf, dan itu kebetulan mempengaruhi saraf penglihatanku.

Ini juga alasan yang mengakibatkan aku kehilangan penglihatan.

Tunggu sore hari setelah periksa, Fuji meminta orang untuk pergi meneliti berita juga sudah berhasil diperiksa.

Pria itu kelihatan aku yang baring di atas ranjang pasien, mau berbicara juga berhenti lagi.

Aku meski tidak kelihatan, juga bisa merasakan suasana hatinya yang bimbang, hanya bisa tersenyum berkata: “Tidak peduli hasilnya apa, kamu beritahu aku saja.”

Mengalami banyak hal, aku juga tidak merasa bisa ada masalah apa yang bisa memukulku.

“Akhir-akhir ini Yosi berpacaran, latar belakang keluarga lumayan, tapi karena Yosi adalah putri asuh, jadi tidak punya mas kawin, dan lalu orangtua asuhmu berpikir menggunakan segala cara untuk menyokong sejumlah uang mas kawin untuk Yosi.”

Tapi aku malah merasa, masalah mungkin juga tidak sesederhana itu.

Meski keluarga Vinna adalah keluarga pengurus rumah tangga di keluarga Demina, tapi ekonomi keluarga juga lumayan, meski adalah putri asuh, bagaimana bisa perlu keluarga asuhnya menyokong mas kawin.

“Kamu periksa lebih mendalam lagi tentang Yosi, aku rasa dia mungkin tidak segampang itu.”

Aku teringat sebelumnya ketemu dan berbincang, Yosi orang ini terlihat juga tidak segampang yang terlihat di permukaan, terus memberiku semacam, perasaan dalam sampai tidak bisa diukur.

“Apa kamu curiga di belakang Yosi ada orang yang membimbing?” Fuji terkejut bertanya padaku.

“Orangtua asuhku, aku juga agak mengerti, kalau tidak ada orang yang mendorong, tidak akan melakukan sampai langkah ini.” Aku berkata ke Fuji.

“Masalah-masalah ini takutnya tidak lepas dari campur tangan Siro.” Fuji dengan nada suara yang berat membuka mulut berkata.

“Periksa Siro dulu, mungkin Lulu, Sunni dan Yosi secara pribadi ada tidak berhubungan.”

Mengatakan dengan jujur, jangan lihat sebelumnya Yosi bilang dia dan keluarganya berdiri di pihak kami, tapi dalam hatiku malah samar-samar merasa masalah ini juga tidak seindah itu.

“Oh ya, juga perlu periksa sebentar masalah Yosi berpacaran.” Dalam otakku tiba-tiba menangkap sesuatu, buru-buru menambahkan berkata ke Fuji.

Fuji mengangguk: “Kamu tenang saja! Asal masih ada di atas bumi ini, aku bisa cari orang mencarinya.”

Setelah selesai mengerjakan semua ini, aku mengantar pergi Fuji dan Sisi.

Di dalam kamar pasien, selain ada perawat, sisanya hanya aku dan Steven, suasana ruangan seketika jadi sunyi.

Aku meraba-raba menetap di samping ranjang Steven, mengenggam erat tangan pria itu, mungkin karena terlalu lelah, tunggu setelah aku terbangun lagi, kedengaran ada orang sedang berbicara.

Aku kedengaran suara bicara langsung berdiri, lalu kedengaran suara yang akrab, sekujur tubuhku kaku di sana.

“Kak Steven, kamu juga segera sadar!”

Suara ini, tak disangak adalah Sunni, kedengaran suara wanita itu, nafas di dadaku tak berhenti bergejolak

“Sunni, siapa yang butuh kamu datang berpura-pura baik.”

Api amarah yang tak dapat kutahan langsung membludak keluar ke Sunni.

“Kak, aku hanya mau melihat kak Steven saja.” Sunni menangis mengandung suara hidung berkata.

“Kamu pergi sana, siapa yang menyuruhmu datang?” Wah sekujur tubuhku berasap, kalau bukan sepasang mata ini tidak kelihatan, aku ingin membidik agar wajah kecil seperti ratusan bunga itu tercakar kembali.

“Kak, aku tahu kamu tidak suka aku, merasa dulu aku sudah mengisi identitasmu, tapi aku tidak ad acara lain.” Sunni dengan kasihan berkata.

Tapi amarahku malah tergoncang oleh dia sekali lagi.

“Aku tidak ingin tahu apa kamu tidak ada cara lain atau tidak, aku sekarang hanya ingin kamu segera pergi ke luar.”

Sekarang Steven belum sadar, hatiku semakin gelisah dan khawatir, mana ada waktu untuk mendengarkan Sunni berakting.

Tapi aku tidak menyangka, hari itu, beberapa video lalu tersebar keluar.

Itu semua video yang sudah diedit, video yang ada aku dengan orangtua asuhku dulu saat di rumah sakit bertengkar dan juga melontarkan mau putus hubungan, dan juga beberapa video antara aku dan Sunni.

Meski untuk memutar balikkan fakta, tapi topik panas karena pemain utama dalam berita adalah aku seorang putri cinderella yang jadi burung phoenix seperti ini, juga menarik perhatian tidak sedikit orang.

Bisa dibilang, aku dalam seketika terkenal oleh semua orang menjadi orang yang tak berbudi.

Tapi, aku yang berada di rumah sakit, kejahatan di luar sana kali ini malah dihalangi oleh Fuji dan Sisi.

Aku tidak menyangka, cara mereka semakin ganas.

Ini belum mulai sidang, kepercayaanku dan juga nama baikku sudah hancur sampai tahap semacam ini, kalau terus seperti ini, saat mulai sidang mungkin bisa agak berpengaruh.

“Steven, ayo kamu sadar!”

Malam hari, aku menggenggam tangan Steven dengan suara kecil memohon berkata.

Tidak peduli kepusingan di luar sana, yang paling aku pikirkan masih saja Steven yang terbaring di atas ranjang pasien.

Bahkan aku sedang berpikir, aku lebih baik meninggalkan semuanya, hanya berharap menggantikannya dengan kesehatan dan keselematan Steven saja, juga tidak berharap dia terbaring seperti ini saja di atas ranjang pasien.

“Steven, ayo kamu sadar? Aku sudah hampir tidak tahan.” Berkata, air mataku sebutir demi sebutir terjatuh ke atas punggung tangan Steven.

Aku tak berhenti mengingat adengan-adengan setelah bertemu dengan Steven, aku semakin tidak bisa mengendalikan suasan hati sendiri.

Sama seperti aku biasanya, saat mau meletakkan tangan Steven masuk ke dalam selimut, lalu merasakan, tangannya yang kugenggam bergerak.

Gerakan yang sangat ringan dan kecil sekali, tapi aku masih bisa merasakannya.

“Steven, apa kamu sudah mau sadar?”

Aku dengan semangat bertanya terus ke pria itu beberapa kalimat, lalu menekan bel ranjang, mau mencari dokter kemari.

Tapi setelah menekan berapa kali, juga tidak ada dokter yang datang kemari, aku hanya bisa menopang tubuh, meraba-raba sendiri pergi mencari dokter.

Tapi karena tidak kelihatan apapun, baru berdiri, kaki terbentur dengan keras ke bagian atas kursi, aku sakit sampai menghirup nafas dalam.

Tapi aku merasa tangan sendiri yang mengandeng Steven itu, ditarik oleh orang.

“Safira——"

Novel Terkait

Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu