Perjalanan Selingkuh - Bab 71 Membawa Ami Pergi Ke Pesta Pertunangan

"Jika bukan karena kemunculan Safira, kamu dan Steven mungkin bisa bersama sampai akhir!"

Bahkan Sisi tidak merasa optimis akan hubunganku dengan Steven, kisah cinta ini baru saja mau bersinar, ternyata langsung menghilang tanpa bekas.

Hatiku merasakan sakit yang teramat sangat, hanya dalam waktu setengah tahun, aku bercerai lalu berpisah, saat itu aku merasa sepertinya seluruh dunia bersalah kepadaku, sebenarnya aku sudah membuat marah dewa yang mana, kenapa justru hanya aku yang disiksa sampai seperti ini.

Waktu malam Sisi memberitahu Adit kalau dia menginap di rumahku lalu dia tetap tinggal untuk menemaniku.

Melihat wajahnya yang cemas, aku tahu kalau dia takut aku tidak bisa berpikir dengan jernih.

Dia terlalu meremehkanku, setelah melewati begitu banyak hal, kemampuanku untuk menangkis serangan benar-benar semakin meningkat.

Keesokan paginya, Sisi menemuiku sambil memegang ponselnya, nada suaranya terdengar gembira : "Linda, kamu cepat lihat, foto Ling Ling dimasukkan oleh orang ke dalam internet."

Aku menoleh dan melihatnya, itu adalah foto pada hari itu saat baju Ling Ling dirobek oleh 4 orang pria.

Fotonya tidak terlalu jelas, sangat jelas orang itu tidak berani mengambil fotonya secara terang-terangan.

"Istri sah mengutus orang untuk memberi pelajaran kepada pelakor, sebenarnya siapa yang benar siapa yang salah--"

Di bawahnya ada banyak orang yang memberikan pendapatnya masing-masing, ada yang merasa si pelakor sangat menjijikkan, dia diperlakukan seperti itu membuat banyak orang merasa puas.

Ada juga orang yang merasa kalau tidak terlalu baik berbuat seperti ini, dampaknya terlalu besar, selain itu pelakor juga seorang manusia, dia juga mempunyai harga diri sebagai seorang manusia, mempermalukannya seperti ini sudah merupakan sebuah pelanggaran hukum.

Karena hal ini, diskusi online terus berlanjut, akhirnya sampai membicarakan mengenai Laki-laki, istri dan pelakor, ketiga hal ini.

Wanita yang sudah menikah ataupun wanita yang sudah mempunyai pacar tidak ada yang tidak membenci pelakor, tetapi ada juga wanita yang belum menikah menaruh harapan terhadap cinta, merasa kalau cinta lebih tinggi dari segala-galanya, bahkan lebih daripada pernikahan.

Kedua belah pihak mulai saling bertengkar.

Aku sedang berpikir, jika Safira dan Steven benar-benar sudah bertunangan, maka jika aku tetap bersama dengan Steven, aku sudah menjadi pelakor.

Menjadi orang yang keberadaannya paling kubenci, saat ini aku merasa sangat bingung.

"Asalkan mereka tidak bertunangan, maka kamu bukan pelakor." Sisi menjawabku dengan malas.

Asalkan tidak bertunangan, maka aku bukan pelakor? Mataku tiba-tiba bersinar.

Benar sekali! Masih ada waktu empat hari, mungkin aku masih bisa memperjuangkannya untuk yang terakhir kali.

Setelah berpikir begitu, aku menyemangati diriku sendiri untuk bersiap-siap untuk berperang.

Besok adalah hari Senin, kebetulan adalah hari kerja, di kantor aku mempunyai waktu seharian untuk bisa berhubungan dengan Steven, ini adalah keuntunganku.

Hari senin, saat aku memasuki kantor, pandangan mata orang di sekelilingku tertuju kepadaku, ada yang berbahagia di atas penderitaanku, ada yang mengasihaniku, ada juga yang menanti untuk melihat pertunjukan bagus, setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda-beda.

Aku membusungkan dadaku dan mengangkat kepalaku serta mengambil napas yang dalam, setelah itu aku melangkah untuk memasuki lift.

Saat aku memasuki kantorku, aku melihat di sini benar-benar berbeda dengan sebelumnya, Sunni membawa sekantong permen untuk diberikan kepada karyawan perusahaan.

"Lusa adalah pesta pertunanganku dengan direktur kalian, aku datang kemari untuk membagikan permen untuk kalian lebih dulu." Sunni membagikan permen yang ada di tangannya sebungkus demi sebungkus kepada karyawan perusahaan.

Setelah habis, dia menoleh dan melihatku, di tangannya masih tersisa satu bungkus, dia menatapku sambil tersenyum : "Linda, kita adalah teman satu kampus, kamu harus datang di hari pertunanganku ya!"

Setelah itu, dia memberikan permen yang ada di tangannya kepadaku.

Aku hanya melihat permen yang ada di tangannya dan tidak bergerak sama sekali, pandangan mata orang-orang di sekelilingku semua tertuju kepadaku.

"Linda, kita sudah sangat lama tidak bertemu, masak kau bahkan tidak memberiku muka di depan--"

Sebelum Sunni selesai bicara, aku lansung mengambil permennya dan menatapnya dengan datar : "Aku harap pertunangan kalian bisa berjalan lancar."

Selesai bicara, aku membawa permen itu lalu duduk di kursiku sendiri, sesungguhnya permen ini benar-benar bagaikan pisau yang menancap ke hatiku.

Jika harus melihat Steven bertunangan dengan wanita lain, sesungguhnya aku merasa tidak rela, tidak rela sedikitpun.

Tetapi saat ini aku tidak tahu harus berbuat apa, Steven jelas sedang menjauhiku, pekerjaan yang biasa dilakukannya semua digantikan oleh sekertarisnya dan Adit, sedangkan aku sama sekali tidak bisa ikut campur.

Semua hal ini membuat hatiku merasa sangat sakit.

Tidak terasa dalam sekejap mata saja sudah merupakan hari pertunangan Steven, selain itu aku juga menerima undangan yang diberikan oleh Sunni, membuatku sangat depresi sampai hampir muntah darah.

Sisi menyuruh Moli membawa Ami kemari untuk menemaniku, aku terlihat pucat dan lesu, mata pandaku terlihat jelas, saat aku melihat Ami, mataku langsung bersinar.

Sekarang Ami sudah banyak makan makanan bernutrisi, meskipun dia masih belum bertambah tinggi, tetapi wajahnya sudah lebih berisi, dia terlihat putih dan cantik, selain itu wajahnya sangat mirip dengan Steven.

Tiba-tiba saja, aku mempunyai sebuah ide.

"Ami, bantu tante yah?" aku mengatupkan kedua tanganku di depan Ami dan menatapnya.

Ami melihat Moli, Moli mengelus kepala Ami dan bertanya kepadaku : "Asalkan itu adalah hal yang bisa Ami lakukan, maka kamu beritahu saja kepada Ami."

Ami juga menanggukkan kepalanya kepadaku.

Sekarang Ami sudah jauh lebih terbuka dan ceria, jika tidak aku juga tidak akan memikirkan ide seperti ini.

"Ami, tante membawamu pergi ke Beijing mau tidak?" aku berjongkok di depannya, bertanya dengan hati-hati kepada Ami.

Aku mempunyai satu ide, atau bisa dibilang, ide yang tidak baik.

Aku berencana menyuruh Ami untuk berpura-pura menjadi putriku, lalu membawanya untuk membuat keributan di pesta pertunangan Steven, jika dilihat dari kemiripan antara Ami dan Steven, pasti tidak akan ada orang yang curiga.

Ami menganggukkan kepalanya : "Kalau begitu tante membawaku ke Beijing untuk apa?"

"Bagaimana jika Ami dan tante memainkan sebuah permainan?"

"Tante akan membawamu ke sebuah pesta, kamu harus ingat untuk memanggil tante dengan sebutan mama, lalu memanggil seseorang yang wajahnya mirip denganmu dengan sebutan papa...."

Saat aku baru selesai berkata seperti itu, Moli langsung melihatku dengan tatapan cemas : "Linda, apa yang ingin kau lakukan?"

"Mengejar seorang pria...."

Setelah aku memberitahu Moli dan Ami, saat itu juga aku memesan tiket pesawat ke Beijing.

Pesta pertunangan mereka diadakan di halaman belakang kediaman keluarga Demina, halaman belakang mereka sangat besar, pemandangannya juga sangat indah bagaikan sebuah surga yang indah dan langka, dikelilingi dengan pepohonan hijau, terlihat sederetan villa-villa yang indah, itu merupakan area perumahan orang kaya.

Aku membawa Ami turun dari taxi, saat aku melihat pemandangan di depanku, aku merasa sangat terkejut.

Saat aku sampai di pintu depan, ada petugas keamanan yang menahan kami.

"Mohon menunjukkan kartu undangan."

Aku menyerahkan kartu undangan yang ada di tanganku kepadanya, setelah orang itu memeriksa kartunya, barulah kami diperbolehkan masuk ke dalam.

Aku membawa Ami masuk ke dalam dengan lancar, ruangannya didekor dengan mewah, bunga-bunga segar diletakkan dari pintu gerbang depan sampai kepada pintu aula villa.

Karpet merah, prasmanan minuman yang beraneka ragam serta kue-kue cantik yang melimpah, sangat mewah dan sempurna.

"Tante, aku lapar...."

Ami menarik tanganku, dan melihatku dengan tatapan memelas.

"Tante akan membawamu untuk mencari makanan yang enak."

Aku menarik Ami ke samping meja lalu mengambil satu buah piring dan mengambil beberapa makanan manis dan menaruhnya di atas piring.

"Kamu makan ini dulu untuk mengisi perut."

"Selain itu, jangan panggil tante, mulai saat ini panggil mama--" aku sambil menyuruh Ami makan, sambil mengingatkannya di dekat telinganya.

Ami menganggukkan kepalanya, mulutnya menggembung karena kue yang ada di dalamnya, terlihat seperti tupai yang rakus, sangat imut sekali.

"Ingat, tante adalah mamaku, Steven adalah papaku, tahun ini aku berumur 7 tahun."

Ami menghafalkannya sekali lagi.

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu