Perjalanan Selingkuh - Bab 214 Ruang Buku Rahasia

Semua ini membuatku meneteskan air mata yang tidak asing dan mencurahkan semua ingatan yang terpendam dalam benakku.

Setelah melihat Weni yang bernostalgia di dalam kamar, pada akhirnya dia membawaku masuk ke ruang buku.

Setelah sampai sini, Weni berkata kepada Steven, Fuji dan Sisi yang mau ikut masuk, “Kalian semua tunggu di sini saja dulu. Aku mau mengatakan sesuatu kepada Safira.

Steven dan beberapa orang yang lainnya pun paham lalu mundur.

Aku bisa merasakan kalau Weni akan mengatakan sesuatu yang sangat penting. Dalam beberapa waktu ini, dia akan mengatakan semua hal yang diketahuinya kepadaku selama dia masih dalam keadaan sadar.

Seolah takut kalau waktunya kedepan tidak akan cukup untuk digunakan.

Pintu dibuka, dekorasi belakang ruang buku sama seperti karakter kakek, perabotan rumah yang begitu ketat dan bermartabat. Ada dua dinding yang berdiri di rak buku yang tingginya ada lima lantai yang mana isinya penuh sekali dengan buku yang sudah tertata dari atas ke bawah, seperti toko buku.

Weni langsung berjalan ke tengah-tengah dua dinding itu, lalu mengeluarkan satu kamus Bahasa Mandarin. Setelah itu telunjuknya menekan sesuatu di bawahnya.Dan aku pun melihat kedua rak buku itu dari tengah bergerak ke dua sisi.

Seolah seperti dua pintu yang sedang dbuka perlahan. Ada sebuah pintu di belakang rak buku yang terbuka itu.

Aku sangat terkejut ketika melihat adegan itu, Aku ingat sekali ketika aku masih kecil, aku sering sekali datang ke ruang ini, tapi aku benar-benar tidak tahu ada ruangan rahasia di belakang dinding ini.

Weni tiba-tiba tertawa melihat sosokku yang sangat terkejut.

“Ketika aku berumur 18 tahun,ayah yang membawaku kemari. Pertama kali aku melihat ini, aku jauh lebih terkejut lagi darimu. Karena bagaimana pun aku besar dan tumbuh di rumah ini, tapi aku tidak tahu sama sekali ternyata ada ruang rahasia di rumah ini.”

Bicara sampai sini, Weni pun mengajakku berjalan masuk ke dalam.

Ketika turun tangga, Weni menyalakan lampunya. Cahaya lampu yang terang seketika menerangi dan menyinari lorong rahasia yang gelap.

Aku kira hanya ada ruang rahasia saja di belakangnya, aku tidak menyangka ternyata masih ada lorong rahasia.

“Kontruksi bangunan di sini sangat rumit.” Aku berjalan sambil memperhatikannya.

“Vila tua ini sudah berdiri seratus tahunan. Saat itu mereka membangun lorong rahasia ini demi menghindari kekacauan perang. Lalu, sempat disita oleh pemerintah setelah semuanya kembali normal, baru dikembalikan lagi ke pemiliknya. Kakekmu menghabiskan banyak tenaga dan pikirannya untuk vila ini.”

Jangan lihat ini hanyalah sebuah ruang rahasia, dan tidak tahu letak saluran udaranya, tapi yang jelas di sini tidak pengap.

Setelah menyusuri lorong mengikuti Weni, aku sampai di sebuah ruang rahasia.

“Ini adalah ruangan pertama. Jika lewat pintu lain maka juga akan tersambung di tempat lain, dulu dibuat untuk melarikan diri. Tapi sekarang sudah tidak ada gunanya lagi.

Aku memandangi ruangan yang dekorasinya penuh dengan buku-buku. Aku sedikit terkejut lalu bertanya, “Kenapa buku-buku ini diletakkan di lorong rahasia ini?”

"Beberapa dari buku-buku adalah buku terisolasi yang berharga dan sengaja disembunyikan dalam masa pergerakan. Sedangkan, buku-buku yang lainnya adalah buku yang memuat segala hal tentang tempat suci aliran Yun Yin yang ditinggalkan oleh para tetua."

Weni bicara sambil mengambil beberapa buku dari barisan buku-buku itu, lalu memberikannya padaku, “Catatan peninggalan ini semua mengenai segala hal tentang tempat suci aliran Yun Yin, juga tidak sedikit yang merupakan catatan rahasia.”

Bicara sampai sini, dia pun menghela napas dan berkata, “Tapi yang sangat disayangkan adalah ada buku yang mencatat peta tempat suci aliran Yun Yin yang hilang 50 tahun yang lalu."

“Hilang?” tanyaku heran kepada Weni.

Keluarga Demina sangat memandang penting buku-buku ini, harusnya mereka akan menyembunyikannya dan menjaganya dengan sangat baik!

“Petanya dibagi menjadi dua, satu untuk keluarga Demina dan satu lagi untuk Keluarga Himura. Lima tahun yang lalu, Rufin mencuri peta Keluarga Demina”

Ketika mengucapkan nama itu, wajah Weni tampak tidak senang.

Rufin ?

Ini adalah pertama kalinya aku mendengar nama ini.

“Dia adalah pengkhianat Keluarga Demina. Dia adalah anak dari selir Keluarga Demina. Ketika itu dia mencintai seorang mata-mata. Demi cinta yang dimilikinya, dia rela mengkhianati Keluarga Demina dengan membantu orang itu mencuri peta itu.” kata Weni dengan ekspresi wajah penuh marah dan benci.

“Hubungan apa yang dimilikinya dengan kita?” Aku tidak bisa menahan diri untuk menanyakan hal ini.

“Adik selir dari ayahku.”

Weni bicara sampai sini dan mengambil sebuah foto hitam putih dari sebuah buku, lalu memperlihatkannya kepadaku, “Dia adalah Rufin Demina . Umurnya sekarang harusnya tujuh puluhan tahun.”

Aku pun melihat foto yang ada di tanganku. Mata dan alis yang indah, sungguh cantiknya. Ada perasaan yang menggoda di antara alisnya.

Aku tidak tahu, apa karena terlalu lama memandangi foto itu, aku merasa begitu tidak asing dengan wajahnya.

Aku pun berusaha menginngat-ngingat kenangan yang ada di pikiranku, tiba-tiba aku teringat dengan wajah Lulu. Aku pun memberikan foto itu lagi kepada Weni dan memintanya melihat foto itu, “Ibu, coba kamu lihat. Tidakkah dia sangat mirip dengan Lulu?”

Mendengar ini, Weni pun terkejut lalu mengambil foto itu dari tanganku. Setelah memperhatikan cukup lama, Weni menutup mulutnya dengan kedua tangannya, dengan sulit percayanya berkata, “Benar-benar mirip, apa jangan-jangan...”

Bicara sampai sini, dia tidak melanjutkan lagi ucapannya. Tapi aku malah sudah paham apa maksud ucapannya.

“Ibu, lalu apa yang terjadi kepada Rufin Demina?”

“Dia kabur, karena ada orang yang memberitahunya sehingga dia pun tidak tertangkap. Tapi, keluarga Demina sudah memutus hubungan dengannya.”

Setelah bicara sampai sini, Weni terdiam, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan saat ini, seolah sedang tenggelam dalam dunianya sendiri.

Sedangkan di dalam hatiku, ada perasaan yang tersembunyi, mungkin ada hubungan di antara Rufin dan Lulu.

Ketika memikirkan ini, hatiku pun gemetar. Jika memang benar seperti itu, maka orang di balik Lulu, mungkin adalah Rufin dan mungkin juga ada hubungannya dengan pria yag disukai oleh Rufin ?

“Ibu, lebih baik selidiki dulu saja mengenai latar belakang Lulu yang tumbuh besar di Jakarta”

Kataku tidak bisa menahan diri untuk memberikan saran.

“Aku sangat tahu jelas latar belakang keluarga Lulu! Keluarganya adalah orang desa. Dari kecil hidupnya tidak terlalu baik, dia punya dua adik laki-laki. Ayah dan ibunya lebih memandang penting pria daripada wanita jadi mereka tidak menyukainya. Bahkan untuk sekolah saja, dia sendiri yang cari uang untuk membayar biaya sekolah dan biaya hidupnya.”

Weni melanjutkan, “Saat itu aku sangat mengagumi dirinya. Aku merasa dia sangat kuat dan hebat dan juga sangat suka belajar. Dia sangat bertekad dan pekerja keras. Maka dari itu aku menyarankan kepada ayah untuk membantunya bersekolah dengan membiayainya sekolah.”

“Berdasarkan ini, bisa dikatakan harusnya ada hubungan yang tidak terputus dengan Rufin .” katanya dengan sedikit tidak percaya.

“Mungkin ada pengecualian, seperti Sunni yang tidak tumbuh besar di samping Lulu! Jika bukan karena kali ini terkuak setelah diselidiki, mungkin siapapun tidak akan ada yang menyangka dia ternyata melahirkan dua anak di belakang semuanya.”

Bicara sampai ini, Aku merasa sedikit sedih. Membuat anak menjadi anak yang tidak sah dan tidak kelihatan, apa itu benar-benar cara mencintai anak?

Menurutku cinta yang semacam ini terlalu egois. Ini hanyalah cara untuk memuaskan diri sendiri.

Mendengar ucapanku, Weni terdiam.

Tidak lama setelah itu, dia mengangkat kepala dan berkata kepadaku, “Masalah ini tetap masih butuh untuk diselidiki.”

“Aku akan menyuruh pamanmu untuk menyelidiki ini. Sedangkan kamu bacalah sampai selesai buku-buku itu dalam beberapa waktu ini.”

Aku pun mengambil buku-buku itu, lalu tersenyum kecut, “Apa semua ini sangat penting?”

Bagiku, ini hanyalah beberapa sejarah dari tempat suci aliran Yun Yin dulu.

Weni menatapku, lalu berkata dengan ekspresi sangat serius, “Sebelum tempat suci aliran Yun Yin musnah, para tetua di sekolah ini meramalkan akan datang suatu hari dimana setelah seratus lima puluh tahun, tempat suci aliran Yun Yin akan kembali dan aktif lagi.”

Novel Terkait

The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu