Perjalanan Selingkuh - Bab 42 Mata dan Pikiran Dikendalikan Hati

Bab 42 Mata dan Pikiran Dikendalikan Hati

Sambil berbicara, Lisi, ibu David sudah ingin memukul Ling Ling.

Sangat disayangkan sebelum dia mengangkat tangannya, Ling Ling sudah berbaring di tanah sambil menutupi perutnya : "Perutku, perutku sakit sekali."

Sikap angkuh Lisi yang tadi, pada saat melihat Ling Ling seperti ini langsung berubah menjadi panik : "Kenapa perutmu bisa sakit? Yang mana yang sakit! Aduh, cucu emasku! Kau harus hati-hati."

Aku berdiri tidak jauh dari sana dan melihat drama mereka, aku tersenyum dengan dingin.

Ini hanyalah sebuah permulaan.

Saat malam hari aku mulai demam, kepalaku pusing, tenggorokanku bagaikan terbakar, sangat kering dan gatal.

Saat tengah malam aku terbangun ingin minum, baru saja berjalan beberapa langkah, kakiku terasa lemas sampai hampir jatuh.

Aku berusaha menahan tubuhku dan pergi untuk menuangkan segelas air, lalu mulai mengaduk-aduk lemari untuk mencari kotak obat, tetapi tidak menemukan apapun.

Aku baru teringat kalau aku sudah pindah ke rumah baru, barang-barang itu belum aku siapkan.

Aku bersandar di atas ranjang dan batuk tanpa henti, mungkin pada saat kau berada di titik terlemahmu, kau akan menginginkan ada orang yang bisa kau andalkan, akupun tidak terkecuali.

Saat ini aku benar-benar ingin Steven ada di sisiku.

Aku mengeluarkan ponselku dan menghubunginya.

Setelah berbunyi beberapa kali, teleponnya diangkat, tetapi suara yang terdengar dari dalamnya bukanlah suara Steven, melainkan suara wanita itu : "Steven sudah tidur, untuk apa kau menghubunginya?"

Setelah mendengar suaranya, aku dengan bodohnya langsung mematikan teleponku.

Saat dia tidak mengetahui tentang diriku, aku masih bisa menipu diriku sendiri, tetapi begitu ketahuan, aku bagaikan tikus yang bersembunyi di pojok ruangan yang gelap, merasa rendah diri dan penakut.

Ada yang bilang, saat seseorang mencintai seseorang dengan begitu dalam, maka dia akan menempatkan dirinya di posisi yang sangat rendah, rendah bagaikan debu.

Menurutku, aku sudah menjadi seperti itu.

Aku mengangkat Steven tinggi-tinggi lalu mendongak dan memandangnya dengan kagum, sedangkan wanita yang secara terang-terangan bisa berada di sisinya itu, tanpa disadari juga ikut terkena sinarnya yang menyilaukan mata, sampai-sampai membuat aku yang hanya bisa bersembunyi di balik bayangan merasa sangat rendah diri.

Kesedihan hatiku ditambah dengan sakit di tubuhku, benar-benar menyiksa fisik dan mentalku.

Aku bersandar di tempat tidur, mengambil ponsel lalu mencari foto Steven yang diam-diam kuambil.

Ada yang dari depan, ada juga yang dari samping, kebanyakan adalah saat dia sedang bekerja, kelihatannya sangat serius, wajahnya dingin, terlihat seperti tidak menerima urusan lain selain urusan bisnis.

Setiap angle fotonya tanpa terkecuali terlihat sangat bagus, wajahnya sangat tampan, kemampuannya sangat tinggi.

Pria ini sangat hebat, sangat luar biasa, sedangkan aku hanyalah wanita yang pernah bercerai dengan penampilan biasa-biasa saja, aku berdiri di hadapannya terlihat sangat menyedihkan.

Tidak ada orang yang akan merasa kalau kami pasangan yang serasi, tidak peduli dilihat dari latar belakang keluarga, kualitas maupun kemampuan, semuanya tidak dapat dibandingkan dengannya.

Menurutku, mungkin seharusnya aku merasa beruntung, bisa mempunyai kisah cinta dengannya, meskipun hanya sementara.

"Linda, bangun!"

Aku merasa wajahku ditepuk dengan pelan oleh seseorang, aku berusaha membuka mataku, lalu aku melihat Sisi duduk di depan ranjang, melihatku dengan cemas.

Setelah melihatku bangun, akhirnya dia menghela napas lega, suaranya terdengar seperti sedang menangis : "Linda, kau menakutiku, panasmu tinggi sekali, kenapa kau tidak menghubungiku!"

"Maaf, tengah malam baru terasa."

Aku membuka mulutku dan tenggorokanku terasa sangat kering dan gatal sehingga batuk terus-menerus.

Sisi segera menuangkan segelas air untukku : "Cepat minum."

Sisi memegangi gelasku dan membantuku minum, setelah minum tenggorokanku baru terasa sedikit lega.

Lenganku masih ada bekas tusukan jarum infus : "Kenapa diinfus lagi?"

"Steven yang menyuruh dokter keluarganya untuk datang."

"Steven datang?" mataku tiba-tiba melihatnya dengan bersinar.

Sisi memutar bola matanya dan berkata : "Begitu aku datang dan melihatmu panas sampai seperti itu dan kau juga terus memanggil nama Steven, tentu saja aku harus memanggil dia kemari."

"Dia sekarang ada di mana?" aku melihat ke sekeliling ruangan.

"Jangan dicari lagi, kau tidur sampai pagi baru saja bangun sekarang, dia masih ada pekerjaan yang harus dilakukan, sudah pergi dari tadi."

Sambil bicara, Sisi memegang semangkuk bubur yang ada di sampingnya : "Ayo dimakan, ini adalah bubur yang aku masak sendiri untukmu, makan banyakan."

"Bisa dimakan tidak bubur ini?" Aku memasang wajah tidak suka.

"Ternyata kau sudah bisa menghinaku, kelihatannya kau sudah baikan yah?"

Sisi melihatku dengan kesal, lalu langsung menyendokkan sesendok bubur dan menyuapkannya kepadaku.

Aku membuka mulutku dan memakannya, rasanya lumayan.

"Linda, menurutku sebaiknya kau pindah ke rumahku saja! Menurutku kau tinggal seorang diri tidak dapat menjaga dirimu sendiri dengan baik, kau jangan mengira kau masih muda maka tidak menyayangi tubuhmu sendiri, ku beritahu, banyak anak muda sakit karena hal ini." Sisi mulai menceramahiku.

Aku tahu kalau dia benar-benar mengkhawatirkanku, meskipun sangat cerewet, aku juga hanya tertawa saja dan mendengarkannya sampai selesai.

"Tetapi jika aku pindah ke tempatmu, Adit bagaimana?"

"Suruh dia pindah kemari untuk menjaga rumahmu saja." Sisi berkata dengan sembarangan.

"Tidak perlu, aku kan tinggal di sebelahmu! Selain itu bukankah aku meninggalkan kunci rumahku untukmu? Jika kau ingin datang langsung datang saja, hanya beberapa langkah saja."

"Linda, jika kau bekerja di kantor Steven tidak bahagia, maka kau berhenti saja." Sisi tiba-tiba menghela napas dan menatapku dengan cemas.

Setelah mendengar perkataan Sisi, aku terdiam.

"Tetapi jika aku meninggalkannya, aku akan lebih sakit."

Aku juga merasa diriku sedikit menyedihkan, bahkan di saat diriku jelas-jelas tahu kalau aku hanyalah seorang pengganti, tetapi aku masih .tidak rela meninggalkan dirinya.

Tidak peduli tujuan awalnya seperti apa, tetapi aku tidak bisa menyangkal kebaikannya terhadapku.

Mungkin kecuali cinta dan janji yang tidak mampu dia berikan kepadaku, apa yang dia mampu berikan sudah dia berikan kepadaku.

Hanya saja apa yang aku inginkan terlalu mewah, jadi aku ditakdirkan untuk tidak mendapatkannya.

Aku tidak tahu kenapa aku bisa begitu membuang-buang waktuku, seperti sedang menunggu suatu hari nanti perasaanku ini akan habis tidak bersisa, menunggu Steven berkata, "Aku sudah tidak tertarik lagi dengan tubuhmu."

Jadi sebelum kata-kata ini datang, aku ingin berusaha menggapainya, meskipun hanya kebahagiaan yang semu juga tidak apa-apa.

"Kalau begitu kau anggap saja dia seorang playboy seperti David." Sisi berkata dengan tidak berdaya.

Perkataan Sisi membuatku tertawa, cara ini memang menghiburku

"Jika dari awal aku tahu kau akan mencintainya.." Sisi mengucapkan kalimat ini dengan berbisik.

Selanjutnya aku tidak mendengar perkataannya dengan jelas, jadi aku bertanya : "Apa yang kau katakan?"

Sisi tertawa dengan canggung : "Tidak apa-apa, oh iya, apa kau sekarang sudah baikan?"

Sambil berkata, dia mengulurkan tangannya dan memegang dahiku : "Masih sedikit hangat."

Tiba-tiba pintu kamar dibuka oleh seseorang.

Aku melihat Steven berjalan masuk ke dalam, mataku langsung berbinar : "Kau sudah datang?"

Sisi segera pergi dari sana, dia tidak mau jadi obat nyamuk, sebelum dia pergi dia sempat mengedipkan matanya kepadaku, tanpa suara berkata : "David."

Aku mengerti maksudnya, menyuruhku menganggap Steven sama seperti David, sehingga aku tidak akan jatuh cinta kepadanya.

Tetapi ada kalanya hati seseorang tidak bisa dikendalikan oleh pikirannya, saat ini hati dan mataku hanya ada dirinya.

"Apa kau sudah baikan?" dia membungkuk dan meraba dahiku dengan lembut.

Tatapan matanya yang penuh dengan kekhawatiran membuatku tertegun, akhirnya tanpa sadar aku bertanya kepadanya hal yang terus menghantuiku akhir-akhir ini : "Steven, apakah aku adalah pengganti dirinya?"

Novel Terkait

Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu