Perjalanan Selingkuh - Bab 153 Keputusan Steven

Nyonya besar? Apa mungkin itu Weni?

Dia bukannya terluka dan berobat ke rumah sakit Langfang? Kenapa bisa pulang secepat ini?

Kebetulan sekali, aku juga mau pergi melihat dia sebentar, berpikir, aku mendongak kearah pembantu wanita yang mengantarkan pesan itu berkata: “Baik, tunggu aku selesai makan langsung pergi.”

Setelah aku menghabiskan makan dengan lamban, baru dengan tenang berdiri dan berjalan keluar.

Dua gedung villa bersebelahan, dari sini berjalan melewati taman, juga hanya memerlukan berapa menit saja.

Setelah aku kelihatan Weni, dia ada di kursi ayunan di depan villa, tubuhnya ditutupi selembar selimut tipis berbulu, warna wajah agak memucat.

Setelah kelihatan aku, mata melirik sebentar, bulu mata datar: “Duduk!”

Aku duduk di kursi di sampingnya, dengan nada suara yang dingin seperti es: “Ada apa kamu mencariku?”

“Aku dengar kamu kemarin pingsan ya?”

Dia dengan nada suara yang sederhana menceritakan, tapi tidak ada perhatian sama sekali.

“Sebulan ambil darah dua kali, tubuh yang kuat saja tidak akan kuat menerimanya.”

Selesai berkata, dua lanjut membuka mulut berkata ke Weni: “Keluarga Demina tidak kekurangan uanga, meski golongan darah ini langkah, tapi bukannya tidak ada, kalau mau mencari lebih banyak lagi 2 pendonor juga bukannya tidak bisa.”

“Tapi darahmu yang paling cocok dengan wanita itu.”

Tapi aku kelihatan ekspresi wajah Weni, terus merasa perkataan wanita itu belum selesai dikatakan, hal ini seakan juga tidak sesederhana itu.

“Iya juga, di mata kalian, aku adalah orang yang ingin sekali kalian bereskan, bagaimana bisa peduli dengan kesehatanku!” Aku menertawakan diri sendiri berkata.

“Justru karena hubunganku dengan Steven, jadi kalian terus saja mempersulitku.”

Sungguh lucu, andai berdasar siapa duluan dia yang dapat, juga aku yang terlebih dahulu bersama Steven, ditambah lagi, setelah Steven bertunangan, aku sudah mundur, setiap kali Sunni dan Weni yang memaksa, sebaliknya membuat aku menyatu lagi dengan Steven.

“Dia adalah putri yang kutemukan kembali dengan jerih payah, demi dia, tidak peduli cara sehina apapun akan kulakukan, jadi, kamu paling baik jangan menghalangi kebahagian putriku.” Weni mendongak, mengancamku dengan suara dingin.

Melihat Weni yang melindungi Sunni seperti itu, hatiku tersumpat parah.

Aku berpikir, meski aku benci sekali dengan Weni, tapi juga sangat iri dengan perlindungan Weni terhadap Sunni.

“Kamu pulang jaga kesehatan dengan baik, aku akan mencari spesialis ahli gizi untuk menyusun makan bergizi, setelah 1 bulan, tapi ketika melihat Weni saat itu, tiba-tiba muncul pemikiran yang menggelikan.

Tapi sekarang sudah ditolak olehku.

Bukan seperti itu, kenapa bisa orang yang berdarah dingin seperti Weni ini.

Berpikir, aku membalikkan badan dan pergi dari sini.

Namun setelah baru berjalan beberapa langkah, kelihatan Siro yang pulang.

Setelah Siro melihatku, terlihat jelas tertegun, lalu agak kaku melihat ke samping.

Saat berpapasan pundak denganku, setelah langkah kaki terhenti satu detik, berjalan ke arah Weni.

Lalu membengkokkan pinggang, dengan lembut bertanya kepadanya: “Apa sudah baikan?”

“Sudah baik banyak.”

“Benar demikian bagus, oh ya, itu adalah anak yang mendonorkan darah untuk Safira?”

“Em! Ada apa?”

“Aku haya penasaran saja.”

Aku menoleh, melihat gambaran Siro bersama dengan Weni, teringat gambaran saat itu kedapatan Siro bersama dengan Lulu.

Mereka berdua pasti ada hal yang disembunyikan, dan mesra.

Sayangnya, Weni dikelabui, sungguh kasihan.

Andai di antara aku dan Weni tidak ada persoalan ini, aku mungkin juga bisa mengingatkan dia sebentar, tapi sekarang ini, maaf! Terhadap orang yang demi memaksaku untuk mendonorkan darah ke Sunni dan merancang untuk mencelakai keluargaku, aku tidak akan berlembut hati terhadapnya lagi.

Berpikir, aku membalikkan badan dan pergi.

Meski tinggal di rumah keluarga Demina, tapi untungnya kebebasan tidak dibatasi, setelah aku pergi dari rumah keluarga Demina, lalu aku naik ke taxi.

Meski kemarin bertemu sebentar dengan Steven, tapi karena ada Sunni, juga tidak banyak berkomunikasi, aku ada banyak sekali perkataan yang mau dibicarakan dengan pria itu, ada beberapa hal, tidak dibicarakan dengan jelas, dalam hati selalu saja tidak tenang.

Setelah aku sampai di rumah keluarga Himura, karena hubunganku dengan Sheng Shimei, kepala pengurus rumah keluarga Himura mengenaliku, juga tidak menolak kedatanganku.

“Nona Linda.”

“Mana Steven? Apa dia ada?”

“Tuan muda sudah mengurung diri di kamar 2 hari, kamu segera pergi lihat saja!”

Pandangan mata kepala pengurus rumah agak gelisah melihat ke arahku, sorotan mata itu bisa dibilang menganggapku sebagai rumput yang bisa menyelewatkan nyawa saja.

“Apa yang terjadi?”

“Setelah pulang dari rumah keluarga Demina memeluk sebuah kotak besi, terus tidak keluar.”

Kotak besi?

Aku teringat aku memberikan Steven kotak besi itu, apa mungkin karena itu?

Teringat tentang ini, hatiku menjadi sedih, perasaan Steven terhadap Safira, mungkin lebih dalam lagi dari yang kupikirkan.

Tapi aku juga tidak mengerti, kalau dia memang begitu menyukai Safira, kenapa bisa begitu dingin terhadap Sunni?

“Kamu bawa aku cari dia! Aku akan mencoba.”

Aku mengikuti kepala pengurus rumah dengan cepat sampai di luar kamar tidur Steven, mengetuk pintu: “Steven, aku Linda, apa kamu di dalam?”

Aku mengetuk beberapa kali, pintu terbuka, Steveb dengan paras muka yang lemah membuka pintu kamar, dagunya juga sudah tumbuh bakal jenggot, terlihat bersedih sekali.

Rambutnya juga sudah 2 hari tidak dirapikan, di bawah matanya juga ada 2 lingkaran hitam.

Setelah kelihatan aku, setelah kebingungan sebentar, tiba-tiba menjulurkan tangan memelukku.

Kemudia aku terasa ada air mata yang menetes dari dalam mata pria itu, menetes ke atas leherku, terasa dingin seperti es.

Hatiku tiba-tiba merasa sakit untuknya.

“Linda ——”

Dia berkali-kali memanggil namaku, aku berkali-kali membalas.

Terakhir, dia langsung menarikku masuk ke dalam kamar.

Kemudian terdengar suara “Phang”, pintu tertutup, menekan dan menciumku, bakal jenggot yang ada di dagunya mengelitik leherku.

Tapi hatiku malah dipenuhi kehangatan api.

Tidak bertemu sebulan, dari awal rindu sekali.

Aku dengan sangat bersemangat meresponnya, terakhir, kedengaran dia berkali-kali memanggil namaku: “Linda… Linda…”

“Steven… Steven…”

Berkali-kali aku membalasnya, menggunakan seluruh kehangatan dalam diriku.

Terakir, setelah selesai, dia merangkulku sepenuhnya masuk ke dalam pelukkan, tangannya berkali-kali mengelus rambutku yang indah.

Terakhir, di samping telingaku berbisik: “Hari ini aku akan mengatakan tentang pembatalan pernikahan dengan keluarga Demina.”

Perkataan pria itu seketika membuatku tertegun di sana, aku sampai curiga diriku salah dengar.

“Kamu bilang apa?” Aku mendongak, tidak percaya melihatnya.

Dia kelihatan paras wajahku yang bodoh, tiba-tiba mulut terkoyak dan menebar senyum, tangan yang besar mengelus di kepalaku, mengelus sampai rambutku berantakan, baru tertawa ringan berkata: “Aku bilang, aku mau membatalkan pernikahan dengan keluarga Demina.”

“Mengapa begitu?”

Aku sangat tidak mengerti, jelas terlihat dia mengurung diri di kamar selama 2 hari karena sebuah kotak besi yang tertanam belasan tahun lamanya, orang yang sangat setia seperti ini, kenapa bisa mau membatalkan janji untuk menikah?

Novel Terkait

Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu