Perjalanan Selingkuh - Bab 209 Sisi Hamil

Bahkan beberapa hari yang lalu, banyak orang yang menyukai Sunni tiba-tiba berubah menjadi benci.

Dan Sunni dinobatkan sebagai pelacur yang paling hebat dan paling pintar berakting.

Ketika aku melihat komentar ini, Steven tiba-tiba mendorong kursi roda datang ke belakangku, bertanya dengan pelan: “Puas?”

Aku menangguk: “Lumayan, aku tidak menyangka akan tersebar begitu cepat.”

“Aku mencari orang untuk mendorongnya.”ucap Steven.

Aku baru menyadari kali ini yang membantuku di belakang adalah Steven.

“Kalau begitu masalah Sunni sebelumnya juga kamu yang mencari orang untuk mendorongnya!”

Aku ingat dua hari yang lalu Sunni hanya memposting beberapa hal kegiatan amal, bahkan itu saja bisa didorong netizen menjadi trending topik, apanya yang paling cantik dan baik dll.

Sekarang kalau di pikir-pikir, Sunni yang bisa terkenal itu juga cukup aneh, tapi kalau digabungkan dengan masalah hari ini, aku bisa memahaminya.

Steven mengangguk: “Iya.”

Lalu dia berkata: “Sunni ini pada dasarnya sangat sombong, tidak tahu prinsip kejayaan akan mundur jika sudah mencapai suatu titik ekstrem, ketika masih terkenal dia sangat sombong, dan betapa senang dirinya kala itu, mungkin sekarang dia sangat marah!”

“Terutama ketika baru kalah dari gugatan, mungkin malam ini mereka tidak akan bisa tidur nyenyak.”

Memikirkan hal ini, hatiku merasa sangat senang.

Tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada menyaksikan musuh sendiri menderita.

“Aku telah banyak membantumu, tidakkah seharusnya kamu memberiku hadiah.”

Steven tiba-tiba memelukku dari belakang, dan dengan santai memelukku ke pangkuannya, lalu kedua tangannya mulai nakal.

“Jangan——”

Tubuhku gemetar, mengingat kejadian tadi pagi yang tidak etis, wajahku langsung berubah menjadi merah.

Tepat saat ini, terdengar suara ketukan pintu.

Aku menghela nafas lega, tapi pada saat yang sama merasa kecewa, Steven memelukku dan mencium sudut bibirku: “Jangan kecewa, aku akan memberikan hadiah padamu nanti malam.”

“Siapa yang kecewa?”tanyaku melirik dirinya.

Lalu bangkit membukakan pintu.

Di luar pintu, Weni berdiri di depan pintu.

“Bu, ada apa?”

“Aku berencana pindah tinggal di tempat pamanmu, apakah kamu ingin ikut bersama denganku?”

“Aku——”

Aku baru saja ingin menjawab, Steven yang mendengarnya langsung berkata: “Meskipun sekarang sudah memenangkan gugatan, tapi Siro dan lainnya pasti tidak akan terima, mungkin saja mereka akan melakukan sesuatu pada kalian, lebih baik tinggal di sini!”

“Di tempat Fuji juga sangat aman.”

“Bibi, aku sudah memutuskan untuk menikahi Safira begitu aku sembuh, aku pikir akan lebih baik kalau kalian tinggal di sini.”bujuk Steven memandang ibuku.

Ibuku memandang diriku lalu memandang Steven, dan tersenyum.

“Aku tahu hubungan kalian sangat baik, dan aku juga tidak memaksa kalian untuk berpisah, aku pulang sendiri tinggal di sana, pikiranku kadang sadar kadang tidak, aku hanya tidak ingin merepotkan kalian.”

“Bu, kenapa kamu berpikir begitu?”

Sebenarnya tidak peduli apakah ibu dalam keadaan sadar atau tidak, orang yang selalu dia ingat adalah diriku, bagaimana mungkin aku merasa direpotkan olehnya.

Ibuku menghela nafas, membelai rambutku, dan berbicara dengan pelan: “Aku tahu kamu tidak rela, dan aku juga tidak rela, tapi kamu sudah dewasa, aku tidak bisa terus memaksamu berada di sisiku, kalian mempunyai kehidupan sendiri, sudahlah, lagipula jarak dari sini ke rumah pamanmu juga tidak jauh, kalian bisa kapan saja datang melihatku.”

Sikapnya sangat tegas.

Pada akhirnya, aku dan Steven mengantarnya pulang ke rumah Fuji.

Dan kebetulan Sisi ada di rumah, aku sudah lama tidak bertemu dengannya, dengan senangnya aku ingin menceritakan kemenangan hari ini kepadanya.

Tanpa menunggu aku berbicara, aku mendengar kabar yang mengejutkan dari Sisi.

“Linda, aku sudah hamil.”

Aku membelalakkan mataku dengan bodoh: “Apa?”

Wajah Sisi memerah, lalu menundukkan kepala dan berkata: “Awalnya hari ini aku dan Fuji ingin pergi menghadiri persidangan, tapi ketika keluar rumah aku pingsan, sesampai di rumah sakit baru diketahui, ternyata aku hamil.”

“Pingsan? Apakah kamu baik-baik saja!”

Mendengar perkataan Sisi, diriku merasa khawatir, aku sendiri yang pernah mengalami keguguran tiga kali, mengkhawatirkan kehamilan Sisi takut terjadi sesuatu pada dirinya.”

“Aku baik-baik saja, kamu tenang saja! Hanya tekanan darah rendah.”ucap Sisi sibuk menenangkan diriku yang terlihat gugup.

Aku baru merasa lega.

Aku yang duduk di samping Sisi, hampir setiap saat terus menatap perutnya.

Selang sesaat aku bertanya kepadanya: “Sudah berapa bulan?”

“Satu bulan lebih.”ucap Sisi pelan dengan wajah memerah.

“Tidak disangka hubungan kalian berkembang dengan cepat.”ucapku yang mulai iri.

Karena trauma yang diterima rahimku cukup besar, aku lebih sulit hamil dibandingkan dulu, semenjak aku rujuk dengan Steven, aku tidak pernah menggunakan KB apapun, tapi sampai sekarang juga tidak kunjung hamil.

“Aku dulu bahkan pernah berpikir, setelah aku mempunyai anak, aku harus menjadi ibu yang baik, tapi sekarang, kamu sudah menikah dengan pamanku, bayi dalam kandunganmu akan menjadi adikku.”

Berbicara tentang ini, aku tidak bisa berkata apa-apa, berpikir teman baikku berubah menjadi bibi sendiri, bahkan nama panggilan juga berubah menjadi sangat canggung.

Sisi yang mendengar aku berkata begitu, juga merasa canggung.

“Nanti setelah kamu mempunyai anak, aku akan menjadi nenek, kedengarannya sangat tua, dan kamu menjadi kakak dari anakku.”berbicara tentang ini, Sisi mengerutkan kening, dan tampak sangat tertekan.

Mendengar Sisi berkata begitu, aku tidak bisa menahan diri untuk tertawa.

“Oh iya, sekarang kamu sudah hamil, kapan kamu berencana untuk menikah?”tanyaku kepada Sisi.

Sisi menggelengkan kepala: “Aku tidak tahu!”

Aku ingat sebelum keluar rumah Steven pernah berkata kepada ibuku, dengan tatapan berbinar: “Bagaimana kalau kita mengadakan pesta pernikahan bersama.”

Ketika kuliah, aku dan Sisi pernah berkhayal, dan sepertinya khayalan itu bisa diwujudkan sekarang.

Mata Sisi berbinar: “Bagus!”

“Tapi kalian harus cepat sedikit, aku tidak berharap perutku besar sendirian di acara pesta pernikahan.”

“Kamu tenang saja, sebulan kemudian, aku jamin bisa melakukan pesta pernikahan bersama.”

Steven tiba-tiba melirik ke sini dan menyela pembicaraan.

Fuji yang berada di samping bercanda dengan Steven: “Jangan lihat aku yang tidak memiliki pengalaman cinta lebih dari lama dari dirimu, tapi masalah istri dan anak aku tidak ketinggalan.”

“Beberapa generasi keluarga Fu sebelumnya hanya memiliki satu keturunan, dan sekarang akhirnya ada keturunan, di tambah dengan kemenangan gugatan hari ini, kita harus merayakannya dengan baik.”

“Sekarang langit sudah gelap, kita hanya bisa merayakan sendiri di rumah.”

“Satu keluarga merayakannya sudah cukup, aku pergi ke dapur memasak untuk kalian.”

“Bu, ada koki, kamu sibuk apa?”

Ibuku menoleh, memandangku: “Beberapa tahun ini, banyak masakkan yang aku pelajari, sejak awal aku ingin memasakkan masakkan kesukaanmu, sayangnya kala itu aku buta, menganggap mata ikan sebagai mutiara, dan sebaliknya menyayangi orang yang tidak tahu berterima kasih.”

Aku tahu dia membicarakan masalah Sunni, dan juga tahu dia takut mengingat dirinya yang selalu mencelakai diriku demi Sunni.

“Ibu, itu semua sudah berlalu, kita akan menjadi lebih baik dan lebih baik.”

Novel Terkait

Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu