Perjalanan Selingkuh - Bab 237 Berangkat

Aku selalu mengira keturunan laki-laki keluarga Demina sangat sedikit, tapi tidak disangka keluarga semarga juga sangat besar, orangnya juga tidak sedikit.

“Kita istirahat dulu, nanti sore, Steven kamu pulang ke rumah lama pergi menjenguk kerabat keluarga Himura.”

Selesai mengatakan, pria itu menoleh bertanya padaku: “Apa kamu mau pergi dengan Steven?”

Tepat sewaktu aku mau membuka mulut, direbut dulu oleh Weni, wanita itu tersenyum melihat ke ayah Steven: “Tidak bisa seperti itu, Safira adalah keturunan keluarga Demina, seharusnya juga pergi bertemu dengan para tetua keluarga Demina.”

Ayah Steven mengangguk: “Ini juga sudah seharusnya, tapi mereka berdua sudah mau menikah, biar mereka berdua berkunjung sama-sama juga bagus, setelah pergi ke rumah keluarga Himura, pergi ke rumah keluarga Demina.”

Tak disangka dua orang tua yang hampir berusia setengah abad karena hal ini jadi berdebat.

Terakhir, Weni menghela nafas dengan dingin sebentar: “Tunggu nanti sudah menikah baru pergi berkunjung juga tidak terlambat.”

Aku tidak menyangka mereka berdua berinteraksi bisa ada situasi seperti ini, namun Steven terlihat sudah terbiasa, langsung menarikku naik ke atas.

Aku masih agak khawatir terus melihat ke arah mereka.

“Ibuku sepertinya tidak menyukai Paman.” Aku tanya ke Steven.

Steven mengangguk: “Setelah ibuku meninggal belum setahun, ayahku membawa pulang Justin ibu dan anak, dan tante Weni dulu itu teman baik ibuku, tentu saja tidak suka melihatnya, jadi komunikasi mereka berdua juga jadi tidak cocok.”

Aku tiba-tiba jadi mengerti, tapi benar juga, melihat hubunganku dengan Sisi, kalau Fuji berbuat sesuatu yang menyakitinya, aku juga akan memutus hubungan dengan pria itu, jangan lihat pria itu adalah pamanku.

Setelah masuk kamar, Steven langsung menggendongku ke atas ranjang: “Sudah semalaman tidak tidur, kamu baring istirahat sebentar.”

“Nanti sore aku pergi dengan kamu saja?”

Steven mengelus kepalaku, dengan suara yang lemah lembut: “Aku sendiri pergi saja, kamu sekarang yang paling penting itu tidur.”

Aku tahu, Steven takut aku terlalu lelah, yang terpenting adalah, pria itu seharusnya takut aku bisa ada bahaya kalau berada di sisinya.

Tapi aku juga khawatir Steven.

“Rumah lama keluarga Himura dimana?” Aku tanya ke Steven.

“Rumah lama keluarga Himura dan Demina tidak jauh, semuanya di sekitar aliran Yun Yin, dengar-dengar di sana ada tempat pemakaman aliran Yun Yin, anggota keluarga Himura dan Demina dulu akan kembali ke sana untuk menikmati hari tua sekalian menjaga makan, kemudian perlahan, tidak sedikit kerabat juga pindah ke sana.”

“Di sekitar aliran Yun Yin?”

Aku pernah mendengar Weni mengatakan, perkataan seperti itu, dari sini lumayan jauh, itu berada di daerah pinggiran, kebanyakan semuanya adalah jalan gunung.

“Keluarga Himura dan Demina di sana membangun beberapa pabrik pengelola makanan, jadi, mereka kerabat keluarga semarga juga memiliki saham di dalamnya, jadi hidupnya sama sekali tidak bermasalah, yang terpenting adalah, di sana sudah dibeli semua oleh dua keluarga ini, di sana hanya ada dua marga, tapi dua keluarga tinggal di dua kampung yang berbeda.”

Himura menceritakan ini ke aku, mendengarnya aku agak terobsesi.

Mungkin aku semakin membawa diriku kembali ke peran Safira dulu, lalu aku jadi semakin ingin tahu tentang semua hal mengenai keluarga Demina.

Aneh sekali, jelas-jelas kembali ke keluarga Demina belum lama, tapi aku semakin terbiasa menjadi Safira, dan Linda itu, sebaliknya jadi sama seperti mimpiku saja.

Mendengar Steven bercerita, tak disangka aku perlahan tertidur.

Tunggu setelah aku terbangun, Steven tidak ada, hatiku kacau, kaki ayam turun dari ranjang mencarinya kemana-mana.

Setelah turun ke bawah, kelihatan Steven masih ada, aku baru tenang.

“Aku kira kamu sudah pergi?” Aku agak sedih melihat Steven.

“Aku sudah diskusi dengan baik ke tante Weni, kali ini aku tetap bawa kamu ke sana! Kita naik pesawat ke sana, di sana ada bandara yang dibagun bersama oleh keluarga Himura dan Demina.”

Aku melihat Weni, melihat wanita itu mengangguk: “Aku percaya Steven akan membantuku menjagamu dengan baik.”

Mendengar perkataan wanita itu, aku gembira dan tersenyum.

Weni menghela nafas: “Kalau dibahas, kakekmu seharusnya dikubur di sana, tapi aku dulu sungguh tidak berniat, ditambah bujukan ayahmu, lalu membeli sebuah makam di sini, sekarang dipikir-pikir, apa yang kulakukan sungguh tidak pantas.”

Berkata sampai di sini, tidak tahu aku memikirkan apa, wajah jadi pucat.

Aku buru-buru turun, dengan wajah khawatir melihat wanita itu: “Bu, sewaktu kakek hidup juga berharap kamu gembira.”

Tapi dia menggeleng melihatku: “Ibu hanya teringat saat proses pemakaman, hal-hal yang kulakukan terhadapmu itu, hati jadi sakit sekali.”

Selesai mengatakan, air mata wanita itu menetes: “Tidak menyangka aku tidak mempercayai putri kandungku, mataku buta baru bisa salah mengenali orang.”

Aku menggeleng: “Ini tidak bisa menyalahkan kamu, sungguh.”

Semakin berinteraksi dengan Weni, aku semakin memahaminya.

Apalagi saat itu, suami dan teman baiknya bekerjasama membohonginya, ditambah aku dan Sunni mirip, bahkan golongan darah juga sama, salah mengenali juga tidak menyalahkan dia.

“Apa saat itu sangat sakit?” Dia memegang mukaku bertanya dengan suara ringan.

Aku segera menggeleng: “Tidak apa-apa.”

Setelah Weni menangis sebentar, akhirnya berhasil aku hibur.

“Dulu waktu kecil aku dan kakekmu pernah membawamu ke sana sekali! Sayangnya saat itu kamu masih terlalu kecil, seharusnya sudah lupa, tapi tetua di sana sangat baik, setelah kamu sampai di sana, ingat bantu ibu menyapa mereka, oh iya, barang-barang aku sudah meminta orang beli.”

Selesai mengatakan, menunjuk ke tumpukan kotak di lantai berkata: “Ini semua adalah hadiah yang aku berikan ke mereka, namanya sudah tertulis di atas semua, kamu ingat saat berkunjung mau bawa ini semua.”

Aku melihat barang-barang yang menumpuk jadi gunung kecil itu agak tidak bisa berkata-kata, untungnya ada pengawal yang ikut, setelah turun dari pesawat juga ada mobil yang menjemput, kalau tidak, barang-barang ini sungguh tidak bisa dibawa ke sana.

Setelah aku merapikan dan membersihkan diri dan juga membawa beberapa baju ganti, lalu pergi bersama Steven.

Dari sini terbang ke rumah lama perlu 3 jam.

Di rumah tidurnya belum cukup, Steven lalu merangkulku menyuruhku istirahat di sampingnya, dan dia mengambil laptop di sampingku mengerjakan urusan kantor.

Jarinya yang panjang dan langsing terbang menari di tombol keyboard, membuat orang yang melihat jadi terpesona.

Ditambah wajah samping yang sempurna dan tampan, membuat orang teringat satu patah, pria tampan wanita cantik, dijodohkan oleh yang di Atas.

Beruntung sekali, tidak menyangka seorang pria seperti ini bisa menjadi milikku, berpikir sampai di sini, hatiku sangat bangga sekali.

“Kenapa belum tidur juga?”

Aku baring di atas paha Steven, dia berhenti mengetuk keyboard, jari panjang dan langsingnya bergerak maju dan mundur di antara rambut panjangku, jarinya memijat kulit kepalaku, tenanganya pas, membuat orang sangat nyaman.

“Kalau memejamkan mati tidak bisa melihatmu lagi.”

Selesai mengatakan, aku baru menyadari, kalimat ini sungguh seperti sedang menggoda, membahas ini, usiaku ini sudah merupakan wanita tua, pernikahan kedua lagi, tapi tidak disangka, sekarang masih bisa bertingkah seperti gadis kecil saja.

Tapi Steven yang mendengar perkataanku ini tentunya suasana hati juga sangat baik, aku kedengaran dia tertawa kecil, sangat enak didengar.

Saat Steven tidak tertawa, meski dingin, walau demikian, bisa menarik tidak sedikit wanita muda menerjang ke depan dan berbaris mengantri di belakang.

Dan sekali tertawa seperti ini, lebih memikat hati orang lagi, melihat dari sudutku ini, membuatku melihatnya lebih terpesona lagi.

“Wanita, mesum, air liur sudah menetes.” Ibu jari Steven mengusap ujung bibirku, nada suara yang meledek.

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu